Pukul 08.14 Melewati liku Endikat, khawatir kembali mogok di tanjakkan dengan jurang di satu sisi.
Pukul 09.56 Melewati Kota Pagaralam, lanjut lagi ke Jarai, tinggal beberapa kilometer lagi.
Ahad (24 Desember)
Usai dua hari acara pernikahan Cicik Fifit (kayaknya dieja Pipit), petang hari meski mendung, sempat ziarah ke makam nenek, melewati Pasar Jarai yang dulunya ada lapangan bola di seberang jalan. lanjut ke Tempat Wisata Ayek Pacar, sepertinya ini tempat pemandian, jadi kami hanya melihat-lihat sekilas dari luar.Â
Sebelumnya, di pagi hari, saya berkeliling belakang rumah nenek. Terlalu banyak yang berubah disini, kolam ikan yang sudah tidak ada berganti semak. Puncak Gunung Dempo sudah sulit dilihat. Aroma kopi dari tempat penggilingan yang nyaris tak ada lagi.
Senin (25 Desember)
Pukul 08.43 Sebagian keluarga mulai pulang. Anak saya turut rombongan, dengan travel gelap. Ia sepertinya trauma naik mobil dengan AC karena mabuk sepanjang jalan.
Pukul 09.21 Mampir sebentar ke salah satu icon (menurut saya) Desa Jarai, yakni situs mirip Ruang Terbuka Hijau dengan beberapa pohon pinus sangat tua. Dulu, waktu kecil kami sering nongkrong disini. Kini, sudah ditutup untuk publik.
Pukul 11.23 Coba ke Situs Megalitikum di Tebing Tinggi. Awalnya ragu karena lokasi kata warga tak jauh,untunglah ia memastikan hanya lima menit. Tetapi, masuk ke lokasi lebih mirip ke kebun dan sempat nyasar. Situs purbakala ini hanya sering saya baca di buku atau sejarah. Sayang sekali, saya tak terpikir mampir ke lokasi wisata Plang Kenidai.
Siang menjelang sore usai istirahat di Lahat, mengajak anak dan keponakan ke Pasar Malam di Citimall, cukup jalan kaki dari rumah. Sekalian mencari jas hujan, karena kami akan berdua saja pulang ke Palembang besok.