Saya ndak tahu bagaimana cara anda menjatuhkan pilihan. Saya ndak paham, apa ukuran yang anda gunakan untuk memilih seorang calon pemimpin kepala daerah. Tapi yang saya tahu dan pahami -dan sebaiknya demikian pula dengan anda- Hukum Ben Parker sesungguhnya tidaklah pernah keliru.
Semakin kita tidak bertanggung jawab dalam memilah alasan untuk memilih sesuatu, maka jangan heran jika pilihan kita nanti sebatas pemimpin yang lemah, mbelgedes dan menyisakan kekecewaan dalam peninggalan masa pemerintahannya.
Sekarang, tentu saja semuanya akan kembali kepada anda.
Apakah anda akan mencoba mengaji ulang alasan-alasan yang anda yakini, menerapkan metode tertentu yang memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menentukan suatu pilihan. Atau lebih memilih keriuhan silang pendapat dan menjerumuskan diri dalam pola memilih tanpa alasan yang cukup layak bagi sebuah jabatan sepenting Kepala Pemerintahan.
Lagi-lagi, tentu saja, ini adalah sebuah pilihan.
Jika, dan hanya jika, anda tertarik untuk menggali wacana bagaimana cara untuk menentukan pilihan, maka mungkin ada baiknya anda mencoba membaca bagian kedua dari tulisan ini. Mencoba tentu saja tidak ada salahnya. Entah apakah cukup berguna nantinya, paling tidak kita tahu-sama-tahu, membaca sebuah wacana yang tak berguna resikonya paling banter hanya setara rasa pedih mengecup kekasih dalam kenangan.
Sentaby,
DBaonk
Depok, September 2016
epilog: Â Ini hanya semacam warming up. Untuk bagian keduanya akan diulas bagaimana benchmarking seorang Cakada. Mudah-mudahan bisa cepet ditulis apa yang ada di kepala. Doakan saja. Dengan tulus dan khusyuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H