Mohon tunggu...
De Arta
De Arta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hitam: Prolog

3 Maret 2016   13:50 Diperbarui: 12 Maret 2016   19:24 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hitam. adalah sebuah novel fiksi original menceritakan seorang pemuda yang penuh semangat membela tanah airnya. seorang pemuda yang menghargai masa depan dan selalu melihat ke bawah. seorang pemuda yang rela mengorbankan apapun demi bangsa dan negaranya. seorang pemuda yang menjunjung tinggi sumpah-sumpahnya.

disini penulis menyisipkan beberapa riddle dan beberapa syair serta plot twist yang "mungkin" membuat pembaca bertanya "lho kok??" xD #writerPD
oke sekian spoiler dari writer untuk selengkapnya selamat membaca.

Ditepian kali ciliwung, kala senja yang mulai gelap kini menampakkan sisi hitamnya. terlihat seorang anak kecil berlari mengelilingi tumpukan sampah yang membusuk, meratapi kepedihan yang tak terbendung, kesedihan yang mungkin dirasakan setiap anak di dunia. berlari kesana kemari, jatuh lalu terbangun lagi. 

kemudian lari ke utara, ke selatan, ke barat, ke timur dan kembali ke asal tempat ia berdiri. meronta, menangis, berteriak sekencang - kencangnya. namun tiada yang memperhatikan. seolah hanya suara lolongan anjing gila yang sedang mencari makan. sampai akhirnya hanya tersisa isak tangis yg tersedu-sedu.

"tolooooong.. hiks hiks.. tolong ibuku.. hiks.. ia sakit.. hiks hiks hiks.. badannya panas.. hiks.. banyak sekali darah yang mengalir dari hidungnya.. huuaaa siapa saja tolong... tolooong..... huawaaaaaaaaa...!! ibuuuuu......" teriakan yang memecah kegelapan kala mentari terbenam. dan kini sang anak tak lagi terdengar menangis setelah malam itu, seakan airmatanya telah mengering. ataukah mungkin...?!!

Suatu pagi seorang pemuda nampak bersantai sembari meminum kopi di sebuah warung sederhana. sebuah piring kotor terpampang di depannya, wajah senang dan nyaman terpancar dari mukanya, tak lepas sebatang rokok kretek menghiasi tangannya dan sesekali dihisapnya.
"memang perut kenyang klo enggak ditutup dengan kopi dan rokok masih belum lengkap. kalo onta arab yang bilang sih 'belom afdhol' katanya, ha..ha.." celoteh pemuda itu dengan tawa senangnya.


"ha ha hihi.. ha ha hihi.. gak usah ketawa kalo utang yang kemain lom dibayar. ini dibayar apa ndak nanti??" sontak kata - kata khas kota tegal dari pemilik warung membuyarkan lamunan sang pemuda itu.


"iya.. iya.. mbok.. tenang saja mbok.. kayak gak tahu aku ajah.. nanti dibayar klo ada uang.." jawab sang pemuda membela diri.
"siapa sih yang gak tahu 'Arta Cèmeng' tukang utang jarang bayar. heh tong semua pemilik warung, dari pojok utara sampai pojok selatan perkampungan ini tahu, sampeyan itu ahli utang. gak usah kenalan udah pada tahu. kapan punya uang kerja aja ndak.. hmm... " ujar sang pemilik warung dengan nada kesal.


"he he.. aku terkenal banget ya.. udah kayak artis aja.. " canda sang pemuda. "tenang tho.. bntar lagi juga dapet kerja.. aku itu cepet dapet kerjanya..". "dan cepet juga nganggurnya.. ya tho??" potong sang pemilik warung masih dengan nada kesal.


"he.. he.. tahu aja sih si-mbok-nya.. udah jangan cenberut terus. cepet tua, ntar cantiknya ilang lho.. kan eman klo mbok jah cepet tua, ntar predikat janda kembangnya ilang lagi, kalah ma mak ijah pemilik soto betawi sebelah sono.. he..he.." goda arta pada mbok jah sang pemilik warung sembari menunjuk pada sebuah warung soto yang masih tutup bertuliskan 'Soto betawi asli mak ijah'.


"kan kan.. bisa aja kalo ngerayu. disini ngerayu, disana ngerayu pinter ngerayu tapi g pernah punya pacar buat apaan coba? tapi ngomong - ngomong kenapa sih kalo tiap manggil pake pangilan mbok segala? umur kita kan hampir sama cuman terpaut 4tahun nyindir apa ngehina??"
"jiah 4tahun dibilang hanpir sama jauh tauuuuk!! dulu kan udah dibahas. aku tuh manggil mbok soalnya simboknya udah janda.. lha aku kan masih perjaka, masih unyu.. he.. he.." jawab arta dengan canda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun