Kalau sebelumnya aku sudah ngebahas Nasi Koyor Makmi, Bakso Kumis, Mangut Belut Bu Nasimah dan Es Puter Cong Lik, sekarang mari kita lanjutkan mblusukan nyari kuliner Semarang yang susah bahkan nggak bisa ditemui di kota-kota lain.
Melanjutkan kisah sebelumnya, setelah nonton streaming FA Cup di Hotel, yang untungnya Manchester United menang 2 - 0 atas Reading, kami pun lanjut ke Gudeg Koyor Mbak Tum.Â
Jadi saat nyari-nyari info tentang Nasi Koyor Makmi, nemu rekomendasi Gudeg Koyor yang jadi salah satu khas Semarang. Selama tinggal di Semarang sih nggak tau ada kuliner Gudeg Koyor ini. Aku juga nggak tau, Gudeg Koyor ini sudah ada sejak jaman kolonial atau baru ada di jaman milenial.
Bila berselancar di Google mencari "Gudeg Koyor Semarang", maka pilihan teratasnya adalah Gudeg Koyor Mbak Tum, Jl MT Haryono. Berhubung Warung tersebut buka jam 5 sore sampai subuh, jadilah kami sengaja ke sana malam jam 9 sesudah nonton bola. Dari Hotel Pandanaran ke lokasi sekitar 3,5 KM. Seperti biasa pilihan andalan kami, pesan taksi Bluebird via MyBluebird.Â
Setelah kekenyangan kami pun kembali ke hotel, kali ini baliknya naik Taksi Bluebird, argonya nggak sampai Rp. 20.000. Begitu sampai hotel, langsung tidur, karena besok rencananya mau lari saat Car Free Day.
Keesokan harinya, jam 6 pagi, kami sudah mulai start dari hotel, lari menuju Simpang Lima. Sebenarnya sudah lama banget pengen ikutan Car Free Day di Jakarta, tapi nggak pernah kesampaian. jadi pas berniat ke Semarang, emang sengaja, nyari waktu, yang bisa ikutan Car Free Day.
Setelah lari, kami langsung ke tempat oleh-oleh, yang lokasinya cuma selemparan mangga doang dari hotel. Aku sejak dulu kalau beli oleh-oleh dari Semarang pasti ke Bandeng Presto Juwana - Elrina, menurut aku di situ, Bandeng Presto yang paling enak, dibanding yang lain. Selain itu Wingko Babat Dyriana rasanya paling enak diantara Wingko Babat yang lain. Wingko Babat Dyriana ini satu produsen dengan Bandeng Presto Juwana - Elrina.
Habis itu langsung sarapan kalap di hotel. Setelah sarapan, masih sempat tidur dulu, sebelum siap-siap untuk check out. Seperti yang sudah aku ceritaka sebelumnya, emang sengaja pesan Kereta Api untuk kembali ke Bekasi, yang  jam 16.00 WIB, agar bisa makan siang dulu.
Menu incaran selanjutnya adalah Gulai Kambing Bustaman Pak Sabar. Gulai Kambing ini ternyata sudah lama terkenal di Semarang, dan ada sejak 1971. Bustaman sendiri adalah nama Kampung di Semarang, yang dulu merupakan pemotongan dan pengolahan kambing.Â
Seperti biasa, selama aku tinggal Semarang, nggak tau ada kuliner ini. Mungkin karena dulu jaman kuliah duit pas-pasan, jadi nggak berminat hunting kuliner.
Semua kuliner yang aku jelajahi di Semarang ini, nggak ada yang lebih dari Rp. 100.000 untuk 2 orang. Dan ongkos di Semarang juga murah. Bisa jadi pilihan buat anda pecinta kuliner tapi uangnya lagi pas-pasan.
Sebenarnya ada  kuliner Semarang yang nggak sempat dihampiri, Babat Gongso. Soalnya Babat Gongso ini juga nggak nemu di Jabodetabek. Mungkin bisa masuk dalam list untuk trip berikutnya.
Dan kalau ngomong soal kuliner Semarang, banyak yang sudah terkenal, seperti Loenpia, Tahu Gimbal, Soto Bangkong dan lain-lain. Tapi kebetulan aku nggak terlalu kepengin.Â
Begitulah kisah jelajah kuliner di Semarang. Semoga bisa untuk rekomendasi teman-teman penggila kuliner. Selamat mencoba.
____
Tamat
____
Sebelumnya
[Wisata Kenyang] Kangen Kuliner Semarang
[Wisata Kenyang] Masih Kangen Kuliner Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H