Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

[Wisata Kenyang] Lanjutan Kangen Kuliner Semarang

14 Februari 2019   13:50 Diperbarui: 14 Februari 2019   14:41 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gudeg Koyor Bu Har plus Petai | dok pribadi

Kalau sebelumnya aku sudah ngebahas Nasi Koyor Makmi, Bakso Kumis, Mangut Belut Bu Nasimah dan Es Puter Cong Lik, sekarang mari kita lanjutkan mblusukan nyari kuliner Semarang yang susah bahkan nggak bisa ditemui di kota-kota lain.

Melanjutkan kisah sebelumnya, setelah nonton streaming FA Cup di Hotel, yang untungnya Manchester United menang 2 - 0 atas Reading, kami pun lanjut ke Gudeg Koyor Mbak Tum. 

Jadi saat nyari-nyari info tentang Nasi Koyor Makmi, nemu rekomendasi Gudeg Koyor yang jadi salah satu khas Semarang. Selama tinggal di Semarang sih nggak tau ada kuliner Gudeg Koyor ini. Aku juga nggak tau, Gudeg Koyor ini sudah ada sejak jaman kolonial atau baru ada di jaman milenial.

Bila berselancar di Google mencari "Gudeg Koyor Semarang", maka pilihan teratasnya adalah Gudeg Koyor Mbak Tum, Jl MT Haryono. Berhubung Warung tersebut buka jam 5 sore sampai subuh, jadilah kami sengaja ke sana malam jam 9 sesudah nonton bola. Dari Hotel Pandanaran ke lokasi sekitar 3,5 KM. Seperti biasa pilihan andalan kami, pesan taksi Bluebird via MyBluebird. 

Gudeg Koyor Bu Har | dok pribadi
Gudeg Koyor Bu Har | dok pribadi
Dan setelah sampai di lokasi, warungnya tutup dong deh sih. Terus kata supir taksi, ada lagi kok di depan. Sambil nyari yang lain, sambil cek Google lagi, ternyata emang ada juga Gudeg Koyor Bu Har. Dan lokasinya juga nggak jauh dari Mbak Tum. Alhamdulillah Warungnya buka. Karena perjalanan dari Hotel ke lokasi di malam minggu, lumayan macet plus nyari-nyari alternatif Gudeg Koyor yang lain, jadi bayar taksinya Rp. 33.000.

Gudeg Koyor Bu Har plus Petai | dok pribadi
Gudeg Koyor Bu Har plus Petai | dok pribadi
Wah pas lihat menunya ada petai, jadilah kami pesan yang satu pakai petai, yang satu tanpa petai. Dan porsinya lumayan banyak sodara-sodara. Pas nyoba, huaaaah manteb bianget rasanya. Uenaaaaakkkk puooolll. Jooozzzz laaah pokoknyah.

Buat bukti aja ini :p | dok pribadi
Buat bukti aja ini :p | dok pribadi
Rasa koyornya juga enak dan terutama empuk, perpaduan bumbunya juga pas. Senengnya sama gudeg Semarang, nggak manis, dan krecek plus sambalnya lumayan pedes. Harga juga total nggak sampai Rp.70.000 sudah plus 2 gelas Es Jeruk.

Setelah kekenyangan kami pun kembali ke hotel, kali ini baliknya naik Taksi Bluebird, argonya nggak sampai Rp. 20.000. Begitu sampai hotel, langsung tidur, karena besok rencananya mau lari saat Car Free Day.

Keesokan harinya, jam 6 pagi, kami sudah mulai start dari hotel, lari menuju Simpang Lima. Sebenarnya sudah lama banget pengen ikutan Car Free Day di Jakarta, tapi nggak pernah kesampaian. jadi pas berniat ke Semarang, emang sengaja, nyari waktu, yang bisa ikutan Car Free Day.

Car Free Day di Semarang | dok pribadi
Car Free Day di Semarang | dok pribadi
Wah asli ramai banget, di Simpang Lima dan juga Jalan Pahlawan, banyak yang ikutan senam aerobik juga, sama ada 2 tempat senam. Lumayan bisa lari 3,5 KM, untuk bakar kalori akibat kulineran yang penuh lemak. 3,5 KM mah masih kurang untuk bakar lemak, tapi daripada nggak sama sekali. Hihihi.

Setelah lari, kami langsung ke tempat oleh-oleh, yang lokasinya cuma selemparan mangga doang dari hotel. Aku sejak dulu kalau beli oleh-oleh dari Semarang pasti ke Bandeng Presto Juwana - Elrina, menurut aku di situ, Bandeng Presto yang paling enak, dibanding yang lain. Selain itu Wingko Babat Dyriana rasanya paling enak diantara Wingko Babat yang lain. Wingko Babat Dyriana ini satu produsen dengan Bandeng Presto Juwana - Elrina.

Habis itu langsung sarapan kalap di hotel. Setelah sarapan, masih sempat tidur dulu, sebelum siap-siap untuk check out. Seperti yang sudah aku ceritaka sebelumnya, emang sengaja pesan Kereta Api untuk kembali ke Bekasi, yang  jam 16.00 WIB, agar bisa makan siang dulu.

Menu incaran selanjutnya adalah Gulai Kambing Bustaman Pak Sabar. Gulai Kambing ini ternyata sudah lama terkenal di Semarang, dan ada sejak 1971. Bustaman sendiri adalah nama Kampung di Semarang, yang dulu merupakan pemotongan dan pengolahan kambing. 

Seperti biasa, selama aku tinggal Semarang, nggak tau ada kuliner ini. Mungkin karena dulu jaman kuliah duit pas-pasan, jadi nggak berminat hunting kuliner.

Daging - Spesial Gule Kambing Pak Sabar | dok pribadi
Daging - Spesial Gule Kambing Pak Sabar | dok pribadi
Kami memilih Gulai Kambing Bustaman Pak Sabar ini sebagai kuliner yang terakhir dalam trip kali ini, karena lokasinya dekat dengan Stasiun Tawang, hanya 400 meter. Dari Hotel Pandanaran sekitar 4 KM. Naik Taksi Bluebird dari Hotel Rp. 28.000an.

Daging dan Jeroan - Spesial Gule Kambing Bustaman Pak Sabar | dok pribadi
Daging dan Jeroan - Spesial Gule Kambing Bustaman Pak Sabar | dok pribadi
Begitu sampai, kami pesan yang satu daging saja, yang satu daging plus jeroan. Selain itu anda juga bisa pesan, otak atau lidah. Uniknya Gulai Kambing ini, kuahnya tak bersantan seperti Gulai Kambing pada umumnya. Rasanya jangan ditanya, segeeerrr biangeeeetttt, maknyuuuussss, pedeeessss dan dagingnya empuk banget. Harganya pun total sudah termasuk 2 gelas Es Jeruk, nggak sampai Rp. 90.000.

Narsis lagi | dok pribadi
Narsis lagi | dok pribadi
Sesudah puas memanjakan lidah, saatnya bersiap kembali ke Bekasi. Dari Gulai Kambing Bustaman Pak Sabar sebenarnya bisa jalan kaki ke Stasiun Tawang, cuma karena kami bawa oleh-oleh lumayan berat, jadi pesan Go-Jek hanya Rp. 4.000.

Semua kuliner yang aku jelajahi di Semarang ini, nggak ada yang lebih dari Rp. 100.000 untuk 2 orang. Dan ongkos di Semarang juga murah. Bisa jadi pilihan buat anda pecinta kuliner tapi uangnya lagi pas-pasan.

Sebenarnya ada  kuliner Semarang yang nggak sempat dihampiri, Babat Gongso. Soalnya Babat Gongso ini juga nggak nemu di Jabodetabek. Mungkin bisa masuk dalam list untuk trip berikutnya.

Dan kalau ngomong soal kuliner Semarang, banyak yang sudah terkenal, seperti Loenpia, Tahu Gimbal, Soto Bangkong dan lain-lain. Tapi kebetulan aku nggak terlalu kepengin. 

Begitulah kisah jelajah kuliner di Semarang. Semoga bisa untuk rekomendasi teman-teman penggila kuliner. Selamat mencoba.

____

Tamat

____

Sebelumnya

[Wisata Kenyang] Kangen Kuliner Semarang

[Wisata Kenyang] Masih Kangen Kuliner Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun