Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Presiden Jokowi, Tolong Perhatikan Juga Jengkol dan Jamban

5 Januari 2016   20:44 Diperbarui: 6 Januari 2016   12:12 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

--Hal yang tak pernah aku mimpikan, makan siang di Istana Kepresidenan Republik Indonesia--

Pengalaman luarbiasa itu dimulai pada tanggal 11 Desember 2015. Saat itu sekitar jam 10 pagi pas mau buka pintu kantor, telepon selular (ponsel) aku bunyi, pas lihat nomer nggak dikenal, udah gitu nomer Telkom lagi, langsung curigesyen, ini pasti nawarin KTA. Biasanya aku males angkat telepon dari nomer yang mencurigakan gitu, tapi entah kenapa saat itu aku angkat dengan nada suara males dan bersiap untuk menolak apapun yang bakalan dia tawarkan.

Dan….ternyata suara dari sana mengatakan, “Ini Mbak Dessy kan? Saya dari Kompasiana Mbak. besok rencananya ada undangan jamuan santap siang di istana bertemu dengan Presiden Jokowi.” Aku pun dari yang males angkat telepon, langsung seperti terjaga, ini serius?!! Mana nama yang telepon aku belum pernah denger lagi.

Lalu aku jawab, “Ini serius Mas? Bukannya Pak Jokowi mau buka acara Kompasianival?”

Si Mas Admin langsung nyaut, “Iya tapi ini jadinya Pak Jokowi ngajak Kompasianer makan siang di Istana. Mbak Dessy bisa nggak?!”

Dalam hati aku, ya pasti mau dong deh, ke istana kepresidenan getoooh. Aku dengan sedikit deg-deg-an (tapi untung nggak sampai kayak lagi jatuh cinta sih) langsung bilang, “Mau Mas. Terus dresscode nya apa ya?”

Mas Admin pun menegaskan, “Batik Mbak. Besok kumpul jam 09.00 di Gandaria City. Berarti ini saya daftar ya Mbak. Udah ok ya.”

Setelah selesai percakapan dengan admin Kompasiana tersebut, aku berusaha bilang ke diri sendiri, biasa aja, jangan terlalu norak, woles aja. Tapi hati emang kadang sulit untuk dikendalikan, aku jadi senyum-senyum sendiri, senengnya pake banget. Sekaligus masih meragu, itu beneran apa nggak sih?

Terus teringat tugas jadi host di Live Streaming Koplak Yo Band sepanjang acara Kompasianival 2015 yang jadwalnya sungguh padat. Aku langsung ngabari Babeh Helmi dan Mbak Yayat, kalau aku diundang jamuan makan siang ke istana. Waduh Babeh langsung pusing. Tapi pertamanya Babeh agak tenang soalnya masih ada Mbak Yayat. Eh nggak berapa lama Mbak Yayat ngasih tau juga, kalau dia juga dapat undangan. Dan Babeh pun mumet alias pusing 7 keliling lapangan GBK. Hihihi. Alhamdulillah Mas Kandar dan Mas Alex menyatakan kesiapannya menggantikan aku dan Mbak Yayat sementara waktu.

Besoknya tanggal 12 Desember 2015, karena Bekasi itu beda planet dengan bumi, jadi kudu berangkat cepet dari rumah. Aku berangkat jam 7 pagi, eh malah kecepetan jam 8 sudah sampai di Gandaria City, padahal naik APTB loh itu, kok ya tumben lancar di hari Sabtu pagi. Datang kepagian tentu ada asiknya, bisa ngerumpi-ngerumpi cantik dulu dengan kompasianer yang lain.

Sempet degdeg-an lagi, ini nama aku masuk nggak di list absen admin, kalau nggak ada kan kudu buru-buru ganti kaos Koplak Yo Band, biar nggak malu. Pas registrasi ulang, Alhamdulillah nama aku ada. Mulai hilang berbagai keraguan, ternyata aku beneran mau ke istana. Apalagi setelah undangan dibagikan, wah makin yakin, aku bakalan ke istana.

[Asli norak, begitu dapat undangan langsung foto narsis. Hihihi]

Sesampainya di istana, narsisnya kumat, foto-foto lah itu di halaman istana. Ternyata foto di halaman istana itu ribet, anginnya kenceng banget, rambut pada mabur ke sana sini, bikin pose cantik nggak maksimal. Hihihi.

[Karena pada sibuk foto sendiri, aku cuma sempet foto-foto dengan beberapa Kompasianer saja]

Saat masuk ke istana, sayang ponsel dan tas nggak boleh dibawa masuk. Begitu di dalam mulai kerasa ada aura yang beda. Istana ini pasti sudah jadi saksi bisu banyak sejarah negara ini. Dari jaman Presiden Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono hingga sekarang Presiden Joko Widodo, tentu tak terhitung berapa banyak orang bertandang ke istana, berapa banyak tamu dari negara lain pernah dijamu di sini.

 

[Mejeng di depan Istana Merdeka]

Dan sekarang aku bersama rekan-rekan kompasianer menjadi bagian dari sekian banyak orang yang pernah diundang ke istana. Sekarang nggak hanya profesi tertentu yang bisa menjejakkan kaki di istana, tapi bisa banyak profesi, mulai dari blogger, guru, pelawak, komika, tukang ojek, mahasiswa, pengusaha beras, pedagang kaki lima, berbagai komunitas dan lain-lain. Hal ini tentu tak biasa, tapi ini langkah cerdas Presiden untuk lebih dekat dengan rakyatnya. Karena Presiden milik semua warga Indonesia tak peduli dari kalangan mana. Dan tentu Presiden itu juga milik para lovers dan haters nya. 

Aku duduk satu meja dengan Mbak Yayat, Mbak Anazkia, Mas Arif L Hakim dan Mas Nanang Diyanto, tadinya juga bersama Mbak Niken Satyawati, hanya saja Mbak Niken diminta pindah duduk di meja special. Jadilah kami semeja hanya berlima. Senang satu meja dengan teman-teman kompasianer ini, orang-orang terverifikasi biru, sedang aku terverifikasi kuning karena terlalu terjamban.

[Meja paling ngehits]

Suasana megah terasa sekali, dengan foto-foto mantan Presiden Republik Indonesia terpajang di dinding. Begitu Presiden Jokowi datang kita semua berdiri dan bersalaman, emang beda ya rasanya salaman dengan Pak Jokowi waktu jadi Gubernur DKI Jakarta dengan sekarang jadi Presiden RI. Ada rasa yang berbeda, yang pasti bukan rasa stroberi, rasa coklat, rasa ayam goreng ataupun ra sa mbayar, yah beda aja, dulu Gubernur sekarang Presiden.

[Waktu salaman dengan Pak Presiden]

Karena jamuan santap siang tentu acara utamanya makan. Kami pun langsung dipersilahkan untuk menyantap hidangan yang ada. Semua menu aku ambil, eh pas ke meja, kok lihat Mbak Anazkia ada sop buah. Ternyata dapat di meja hidangan satunya, dan aku pun ke sana untuk ngambil sop buah, karena tampaknya menggiurkan. Niat banget ya aku. Tapi emang nggak rugi ngambil itu sop buah, enak deh. Semua menunya sih enak, cuma untuk ayam kecapnya kayaknya enakan aku yang masak. (#eaaaa kepedean. Bisa dikepruk koki istana. Hihihi).

Selesai makan, Mas Isjet (admin Kompasiana) pun mulai bercerita tentang proses pemilihan 100 kompasianer yang memang tidak mudah. Lalu Mas Isjet pun memilih 8 orang perwakilan untuk menyampaikan keluh kesahnya kepada Presiden Jokowi. Yang setelah itu beberapa keluhan dan saran ada yang bisa langsung diputuskan beliau, dan yang lainnya akan diteruskan kepada Menteri yang bertanggung jawab.

Yang menarik Pak Presiden menanggapi tentang banyak kompasianer yang belum terakomodir untuk ikut ke acara jamuan santap siang di istana, dengan memberikan kesempatan setiap 3 bulan sekali akan mengundang 100 kompasianer. Karena menurut beliau, pertemuan-pertemuan seperti ini penting untuk mendengar masukan dan keluhan langsung dari rakyat yang dalam hal ini bisa terwakili di kompasiana.

Dan ada usul Pak Thamrin Dahlan yang asik, agar mengikutsertakan kompasianer saat Presiden kunker (kunjungan kerja) dengan pesawat Presiden, dan disetujui Presiden Jokowi 2 orang kompasianer bisa mengikuti kunker ke daerah tertentu. Yang sudah dimulai saat kunker Presiden ke Kupang yang diwakili Mas Isjet dan Mas Gapey Sandy. Asli ngiri, aku juga pengen tapi mungkin nggak ya? *ngarepdotcom

Aku sih sebenernya pengen juga dikasih kesempatan untuk menyampaikan keluh kesah kepada Pak Presiden. Tapi yah semua yang dipilih admin Kompasiana memang sudah pilihan tepat. Nah berhubung Presiden Jokowi kan suka baca tulisan-tulisan di Kompasiana, jadi aku sampaikan saja keluhan aku di sini.

Pertama soal jengkol, seperti yang diketahui oleh khalayak ramai di Indonesia bahwa jengkol adalah salah satu makanan khas Indonesia yang digemari oleh banyak orang Indonesia dan juga bermanfaat secara kesehatan.Kebutuhan jengkol untuk Jakarta saja, rata-rata 30 ton per hari. Artinya peminatnya tidak sedikit. Hanya saja untuk masalah jengkol ini tampaknya belum ada perhatian yang khusus dari pemerintah. Harganya sering melambung menyaingi harga daging sapi, karena pasokannya tidak selalu ada dan tidak dijaga persediaannya. Petani jengkol juga kurang mendapat perhatian.

Kedua perkara jamban, di Indonesia MCK (mandi cuci kakus) dengan sanitasi yang baik belum jadi prioritas bagi banyak orang Indonesia. Kurangnya pengetahuan tentang sanitasi yang baik, mengakibatkan banyak orang yang nggak bisa jawab tentang jamban yang sehat. Menurut Yayasan Mercy Indonesia, sekitar 60% orang Indonesia masih kesulitan menjawab soal sanitasi yang baik. Dan hal ini terjadi tidak hanya di wilayah kumuh. Memang pemerintah menargetkan tahun 2019 semua orang Indonesia akan memiliki akses sanitasi yang memadai. Tapi masalahnya tak hanya itu, fasilitas-fasilitas toilet umum di Indonesia masih menyedihkan, terutama di obyek-obyek wisata, di terminal dan di tempat-tempat persinggahan dan peristirahatan. Aku pikir ini pun harus jadi perhatian. Karena generasi yang sehat berawal dari jamban yang sehat.

Itulah sedikit keluhan aku, nggak jauh-jauh dari jengkol dan jamban. Mungkin banyak orang yang mencibir keluhan ini. Mungkin juga dianggap nggak penting. Tapi menurut aku keluhan ini penting pake bingits. Semoga bisa masuk dalam daftar yang harus diperhatikan.

Sebagai penutup sesi foto-foto bersama Presiden Jokowi, ah tadinya sih aku udah nggak ngarep ya, karena kalau foto bersama 100 orang, aku pasti nggak kelihatan, secara aku tuh orangnya pasrahan, kalau digeser orang yang pasrah aja. Eh bersyukurnya ternyata fotonya per meja. Wah seneng banget berarti lebih jelas.

[Foto paling pas komposisi orangnya]

Aku sebenernya semeja berlima, tapi pas foto Pak Thamrin Sonata disuruh gabung juga, eh setelah lihat fotonya kok ya malah jadi pas, mulai dari susunannya dan komposisinya, bakalan bisa dicetak diperbesar. Kalau boleh sedikit belagu, kayaknya meja aku yang paling bagus susunannya, mulai dari tingginya dan kerapiaannya. Tumben di foto ini nggak lagi kumat koplaknya.

Sesudah itu sesi foto bersama, padahal aku awalnya deket Presiden Jokowi, terus digeser-geser, akhirnya ngalah ke belakang, dan akhirnya malah di belakang paspampres yang lebih tinggi dan lebih besar dari Presiden. Nggak kelihatan dong aku, eh tapi terus paspampresnya jongkok sih, cuma sudah terlanjur posisinya tersamar, jadi tetep nggak kelihatan. :)

[Siapakah yang bisa menemukan aku?]

Terus tiba-tiba pada berebutan minta tanda tangan Pak Presiden, nah kalau kayak gini aku juga orangnya nggak kompetitif nggak bisa berebutan. Entah karena aku tuh orangnya lebih suka ngantri, entah karena kasihan lihat Presiden dikerumunin banyak orang atau entah karena emang aku tuh pasrahan.

[Edisi pasrah nggak dapet tanda tangan]

Tapi akhirnya nggak semua bisa ditandatangani, karena kita banyak banget, waktunya singkat. Jadi dikumpulin ke Mas Isjet yang terus dikasih ke paspampres. Tadinya sih aku pasrah, itu undangan nggak bakal balik, eh ternyata balik juga. Untung undangan aku dikasih nama sama Mbak Yayat, jadi gampang nggak ketuker. Salut buat Pak Presiden yang tetap tanda tangan yang dititipin ke paspampres dan salut juga dengan admin Kompasiana untuk segala daya dan upayanya.

[Akhirnya dapet juga undangan yang ditandatangani Presiden RI]

Demikianlah kisah norak aku diundang jamuan santap siang ke istana. Tak lupa aku juga punya harapan untuk Presiden Jokowi, agar bisa membuat Indonesia jadi lebih baik dan membuat siapa saja makin bangga jadi orang Indonesia.

_____

 

Edisi @KoplakYoBand ke Istana Kepresidenan RI

Sumber Foto: Koleksi Pribadi dan Koleksi Fotografer Istana

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun