Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Temen Kantor yang Koplak

1 September 2014   19:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:54 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini lagi kesambet pengen nulis, walau sebenarnya suhu politik masih panas, tapi yah timbang nggak nulis-nulis, nanti nggak bisa masuk nominasi terkaporit 2014 lagi. #eaaaa *ngarep ora mburi*

Baiklah dihari yang cerah dan penuh semangat ini, ijinkan saya share cerita koplak temen-temen kantor saya yang kece-kece kalau lagi mati lampu. #eh.

BPJS

Ceritanya nih, kantor saya mulai awal Januari 2014 BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatannya mau dibayari kantor. Karena sebelumnya kami ikut Jamsostek dan Askes sendiri-sendiri. Nah karena via kantor otomatis premi yang dibayar karyawan jadi ringan.

Tapi teman saya yang bertugas mengurus BPJS ini sejak awal Januari 2014 selalu ketunda-tunda. Untuk BPJS Ketenagakerjaan sih cepat, dari Maret 2014 kartu sudah kami terima. Sementara yang BPJS Kesehatan ampyuuun dah pendingannya kelamaan. Sampai akhirnya dia sukses juga ngurus BPJS Kesehatan di bulan Juli 2014. Teman saya pun datang membawa kabar gembira, tapi bukan ekstrak BPJS loh yaa.

Sebut saja teman saya ini RE: "Nih udah dapet virtual accountnya untuk bayar. Nanti kalau udah bayar tinggal gue laporin ke BPJS nya, terus diprint deh kartunya.."

Bagian keuangan saya sudah langsung bayar, biar bisa cepet pada punya BPJS Kesehatan. Eh terus karena bulan puasa dan banyak alesan lain, RE tak juga kunjung mengurus itu BPJS Kesehatan. Sampai akhirnya habis lebaran. Kami terus mendesak agar RE segera ke kantor BPJS. Kemudian di minggu ketiga bulan Agustus, akhirnya RE kembali membawa kabar gembira, katanya tunggu 2 hari nanti kartunya bisa diprint sendiri melalui website BPJS Kesehatan, yang username dan passwordnya pun sudah dikasih.

Sudah kebayang dong, 2 hari lagi bakal punya kartu BPJS Kesehatan. Dan ternyata, pas dibuka username dan passwordnya, nggak ada nama-namanya sodara-sodara. Jadi nggak ada yang bisa diprint. errrrggghhh. Mulai keluar tanduk juga neeeh. Dan seperti biasa RE, susah banget disuruh ke BPJS.

Akhirnya minggu keempat bulan Agustus RE ke BPJS, jam 1 dari kantor. Dan yah udah kesiangan nggak dapet nomer antri. Besok RE kesana lagi jam 10 pagi, sampai siang dia nggak balik-balik. Seneng dong, berarti kayaknya kali ini sukses. Saat sore RE sampai kantor, kita langsung ngarep dong.

"Gimana mbak, udah bisa diprint kartu BPJS nya?"

"Belum, gue nggak dapet nomer antrian lagi.."

"Lah terus ngapain elo sampai sore gini baru pulang...??!!"

"Iya gue nungguin, siapa tau ada yang bisa bantu gue.."

"hah??!!" *gubrak*

"Besok deh, gue pagi-pagi kesana lagi.."

*speechless*

Keesokan harinya, RE jam 8 sudah ke BPJS Kesehatan dan jam 11 sudah sampai kantor. Temen-temen mulai ngarep doong.

"Udah bisa diprint Mbak?"

"Jadi gini ....."

*mulai curiga*

"Karena kita pindah dari kartu yang lama, jadi kita harus bayar preminya dari bulan Januari 2014, karena dihitungnya kita ngelanjutin yang lama, cuma berubah statusnya aja. Jadi kalau udah bayar, baru bisa cetak kartu.."

Bagian keuangan saya mulai esmoseeh, "lah kemaren pas bulan Juli, elo bilang bayar yang bulan Juli aja Mbak.."

"Dia nggak bilang kudu bayar dari Januari.."

"Emang elo nggak nanya bayarnya dari bulan apa?"

"Nggak sih..."

Huaaaaah sumpaaaah.... Ini RE cuma ngasih php doang.. Nggak tau dah kapan tuh jadinya kartu BPJS Kesehatan. Hiks..

NPWP

Lain lagi dengan kisah anak baru di kantor yang belum punya NPWP. Terus sama bagian keuangan disuruh urus. Terus saya ngasih saran ke temen saya itu (sebut saja RI), daftar online aja. Biar gampang pas sampai di KPP langsung diprint kartunya. Dan sekaligus tau, harus ke KPP mana.

Dan RI pun daftar online, terus dia bilang, "KPP nya KPP Matraman Mbak, deket rumah gue. Besok gue langsung ke KPP dulu baru ke kantor yaa.."

Keesokan harinya, jam 12 siang, RI waslap saya, "Mbak tau nggak, gue udah ngantri dari pagi, ternyataaaaaah... yang deket rumah gue bukan KPP Matraman tapi KPP Jatinegara masaaak..."

"Bwuahahahhahahaha... Kok bisaaaaa siiiih...."

"Lah kan rumah gue keluarahannya Matraman, gue pikir KPP yang deket rumah KPP Matraman ternyata KPP Jatinegara. Terus sekarang gue udah ke KPP Matraman, eh orang-orangnya lagi pada istirahat.

"Hahahahahah haduuuuh cuma bisa ikut ngakak aja gue.. Haahahahahaha.."

"Asyeeeeem..."

Pesen Makanan

OB di kantor saya tuh emang sesuatu (Sebut saja RO). Kalau ngasih harga makanan tuh suka-suka dia. Saya makan nasi pakai cumi dan sayur cuma Rp. 8.000. Seminggu kemudian dengan menu yang sama harganya menjadi Rp. 10.000. Itu masih nggak apa-apa, anggap sudah naik.

Tapi yang aneh, kalau yang mesen makanan banyak, harganya jadi nggak masuk diakal. Misal:


  1. Nasi, telor, tempe, sayur = Rp. 10.000
  2. Nasi, cumi, sayur = Rp. 10.000
  3. Nasi, cumi, tempe, sayur = Rp. 8.000


Lah malah yang nomer 3 yang paling murah.

Adalagi:


  1. Nasi, ikan bawal, sayur, bakwan jagung = Rp. 15.000
  2. Nasi, ikan bawal, sayur = Rp. 15.000


Coba ketauan pakai bakwan jagung kalau harganya sama.

Atau:


  1. Nasi, gudeg, krecek, telor ceplok balado = Rp. 10.000
  2. Nasi, gudeg, krecek, telor ceplok balado, tempe bacem = Rp. 11.000
  3. Nasi, gudeg, krecek, telor bulet = Rp. 12.000


Baru tau kalau telor bulet dengan telor ceplok itu mahalan telor bulet. Hahahaha.

Dan dia kalau ditanya "kok bisa gitu harganya?" Dia selalu bilang, "nggak tau abangnya yang ngasih gitu."

Nah temen-temen akhirnya ngambil kesimpulan, berarti kita harus mesen makan yang paling mahal, biar dapet harga yang paling murah.

Sekali waktu 4 orang mesen soto betawi semua. Totalnya Rp. 38.000, pas ngasih ke setiap orang, dia bilang harganya Rp. 10.000, pas ke saya, dia bilang harganya Rp. 8.000. *Lah?* Pas lihat lagi didalam plastik ada krupuk guedee 2 buah. Berarti kayaknya masing-masing orang Rp. 9.000. Tapi pas dikonfirmasi, dia bingung, dengan santai bilang, "pokoknya kembaliannya segitu deh.."

Ya ampyuuun nggak pernah pas. Atau pedagang kalau lihat si RO, langsung ngaco ngasih harganya. Soalnya sampai yang ada struknya aja, harganya bisa aneh. Jadi ceritanya deket kantor kan sekarang ada surabi enhai, pada minta tolong dibeliin lah ke RO:


  1. Surabi durian = Rp. 21.000
  2. Surabi coklat keju = Rp. 13.000
  3. Surabi biasa (polos nggak pakai apa-apa) = Rp. 15.000


Masak surabi biasa harganya lebih mahal dari yang coklat keju? Dan itu tertera dengan sombongnya di struk.

Sungguh membuat saya terkagum-kagum. Kayaknya masalah harga makanan, kebenarannya hanya RO dan Tuhan yang tau.

Dan nggak tau kenapa itu temen kantor saya yang koplak inisialnya R semua. Hahahah.

___

Lagi kangen sama komen-komennya @KoplakYoBand

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun