Bismillaahi majreeha wa mursaaha inna Robbi laghofuururrahiim (Q.S.11, Huud: 41)
Dengan nama Allah aku berkendaraan dan dengan nama Allah aku sampai di tempat tujuan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Aku belajar mengemudi kendaraan selepas kuliah. Agak terlambat ya rasanya, mengingat anak-anak jaman sekarang bahkan teman-teman saya dulu sudah mulai belajar mengemudi sejak kaki mereka cukup panjang untuk mencapai pedal gas, kopling dan rem. Sementara aku mulai belajar mengendarai mobil saat aku merasa adanya urgensi untuk menggantikan peran bapak mengantar-jemput anak-anaknya.Â
Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, aku lulus kuliah saat bapak mulai sepuh dan sakit-sakitan. Dengan bismillah, aku belajar mengemudi dengan niat mulia (jieeeh...) untuk gantian mengantar-jemput bapak atau ibu.
Terima kasih untuk instruktur setirku yang mengajarkan percaya diri di jalan raya sejak saat pertama dia kami bertemu. Katanya, belajar nyetir itu langsung saja ke jalan raya supaya berani.
 Kalau mulai di jalan sepi, nanti tak percaya diri saat harus meluncur di jalan yang ramai. Maka aku pun pe-de saja akhirnya. Di jalanan aku cukup berani tapi kalkulatif. Tapi pada di tanjakan dan harus berhenti-berhenti, wah... jantungku bisa berdebar 2 kali lebih cepat, keringat dingin pun menitik satu-satu. Tapi apa daya, ini adalah pengalaman yang harus dijalani oleh siapapun yang menjadi pengemudi.
Bertahun-tahun menjelajah jalanan Bandung membuatku merasa cukup berpengalaman sebagai sopir, walaupun masih belum cukup pengalaman menjadi sopir antarkota.Â
Ibu belum mengizinkan aku dan aku jadi tidak berani nekat. Pernah sih menjajal rute Bandung-Depok dengan didampingi sepupu sebagai sopir cadangan, Bandung-Karawang dengan satu penumpang sebagai pendamping, atau Bandung-Cianjur sendirian.Â
Tapi yang mau ngajakin ke luar kota bahkan menjajal Indonesia berkendaraan, hayu aja sih sekarang mah, asal kendaraan terjamin aja. Jangan khawatir, aku punya SIM resmi, kok. ;)
Jangankan Indonesia lah, pengalaman menyetir di negeri orang pernah juga kujalani dengan nekat. Di masa tinggalku selama 1,5 tahun di Jepang dulu, biasanya aku berkendaraan umum yang sungguh nyaman atau memilih bersepeda ke mana-mana dalam jarak dekat.Â