Mohon tunggu...
Diah Utami
Diah Utami Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Warga dunia biasa yang masih suka hilang timbul semangat menulis dan berceritanya. Berharap bisa menebar sepercik hikmah di ruang maya kompasiana. Semoga berkah terlimpah untuk kita, baik yang menulis maupun membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hiro, Bukan Sekadar Tutor

19 Januari 2018   21:19 Diperbarui: 21 Januari 2018   04:38 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantong serut bertulisan hiragana (Dok. Pribadi)

Kantong serut bertulisan hiragana (Dok. Pribadi)
Kantong serut bertulisan hiragana (Dok. Pribadi)
"Kenapa sih urutan hurufnya bukan A-Ka-Sa-Ta-Na-Ha-Ma-Ya-Ra-Wa seperti standar, atau A-I-U-E-O dan seterusnya?" Hiro melirik tas itu sekilas, lalu berkomentar, "Ini adalah asal-usul huruf hiragana. Ada ceritanya nih..." Dia lalu menjelaskan panjang lebar mengenai kisah itu. Hey... ini seperti kisah ha-na-ca-ra-ka-nya huruf Jawa, begitu yang terlintas di benakku seketika. Tentu saja kisahnya berbeda. Tambah satu ilmu darinya, yang tidak kudapatkan dari sesi perkuliahan.

Selanjutnya kutelusuri asal usul tulisan ini, yang ternyata adalah sebuah puisi lama. Tanya wikipedia saja, sumber di sana cukup memberi penjelasan yang rinci dan mudah dibaca kembali. Versi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris atau Bahasa Jepang, sama-sama menarik namun tentu kontennya sedikit berbeda. 

Pada kesempatan lain, kuceritakan tentang seorang teman Turki yang ketakutan ketika bapak kosnya meninggal sebelum bulan Agustus. Ada sebuah legenda yang masih terpelihara di masyarakat Jepang. 

Mereka percaya bahwa setiap tanggal 15 Agustus, roh orang yang telah mati akan datang kembali untuk mengunjungi sanak saudaranya yang masih hidup. Roh-roh itu akan mengunjungi rumah kerabat mereka, "hadir" semalam suntuk, untuk kemudian kembali ke alamnya saat pagi menjelang. Temanku ini takut jangan-jangan arwah bapak kosnya ini akan salah masuk. Alih-alih ke rumah utama, malah "nyasar" ke apartemen yang dia tempati. Ah... ada-ada saja.

Hiro kemudian menyampaikan kisah tambahan seputar kembalinya para arwah para leluhur yang disebut dengan Festival Obon, yang diyakini jatuh pada tanggal 15 Agustus setiap tahunnya.

"Tahu-tidak, bahwa pada malam itu, rumah-rumah keluarga Jepang memasang api unggun atau lampion di depan pintu, untuk memandu para arwah yang berkenan datang mengunjungi mereka." Aku hanya mengangguk-angguk. Sebetulnya hanya karena tak sabar ingin mendengar kelanjutannya.

"Mereka juga menyiapkan ketimun dan terung yang diberi kaki dan kepala sebagai perlambang kendaraan yang akan dinaiki oleh para arwah itu." Kembali kepalaku mengangguk-angguk.

terung perlambang sapi dan ketimun perlambang kuda (sumber: nippon.com)
terung perlambang sapi dan ketimun perlambang kuda (sumber: nippon.com)
"Ketimun yang ramping melambangkan kuda yang akan membawa para arwah kembali ke bumi. Kuda berlari cepat, sehingga diharapkan roh leluhur itu akan dapat segera tiba untuk melihat anak-keturunannya pada malam itu. "

"Di pagi hari, akan disediakan terung yang melambangkan sapi yang gemuk dan relatif lamban, sebagai perlambang bahwa arwah leluhur itu enggan meninggalkan dunia, dan berlambat-lambat dalam perjalanan kembali ke akhirat." Oh... begitukah?

Note: ketimun Jepang atau kyuuri berwarna hijau tua dengan bentuk langsing dan lebih panjang dibandingkan dengan ketimun di Indonesia pada umumnya. Sedangkan terung ungu di Jepang justru relatif lebih bundar dibanding terung di Indonesia yang rata-rata panjang dan langsing.

Dalam kamus kita sebagai muslim, kita tentu tidak mengenal konsep semacam ini. Bagaimana pun, seseorang yang sudah meninggal akan hidup terpisah di alam yang berbeda, tanpa punya kesempatan untuk mengunjungi sanak kerabatnya yang masih hidup di dunia, apalagi dengan jadwal tertentu setiap tahunnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun