Berada di lingkungan yang mayoritas non-muslim bahkan nyaris non-agamis tentu membuat kurang nyaman. Ini pernah saya alami ketika berada di Jepang selama kurang-lebih 1,5 tahun. Tinggal di kota Maebashi, ibu kota prefecture Gunma, seperti tinggal di kota kecil yang tenang. Suhu dan lingkungan yang cukup bersahabat membuat saya merasa nyaman tinggal di sana.
Sebagai muslim di negeri orang, mencari makanan halal tentu menjadi salah satu permasalahan tersendiri. Kita tidak bisa sembarangan membeli makanan jadi karena makanan yang tersedia tidak terjamin kehalalannya. Alternatif yang tersedia tidak cukup banyak sehingga kita harus betul-betul selektif dalam memilih makanan halal yang akan dikonsumsi.
Saya jadi membayangkan nikmatnya hidup di Indonesia, dengan warung nasi Padang atau warteg, atau warung masakan Sunda yang tersebar di mana-mana dan bisa kita nikmati kapan saja, terjamin halal walaupun tidak ada sertifikasi halal dari LPPOM MUI. Yakin kan, kalau 'cuma' lotek (makanan khas Sunda yang mirip gado-gado) atau karedok sih terjamin halal dong...
Tapi kalau sekedar membayangkan tersedianya warung nasi halal di negeri orang, itu tentu bukan solusi, melainkan hanya salah satu peluang lahan usaha untuk dijajaki. Pengen nggak sih, bikin warung makan di negeri orang? Makanan halal tentu bisa dinikmati siapa saja, baik muslim ataupun nonmuslim.
Solusi lainnya adalah... kita mesti rajin masak sendiri jadinya. Tapi bahan makanan halal pun tidak mudah didapat di luar negeri. Miris rasanya ketika saya menemukan ayam potong dan daging kambing berlogo halal yang dikirim dari Amerika Selatan, beredar di beberapa toko khusus penjual daging di Jepang. Mengapa Indonesia tidak bisa mengambil peluang ini, padahal jarak Indonesia-Jepang tidak sejauh Jepang-Amerika Selatan. Mestinya biaya kirim bisa dipangkas sehingga konsumen bisa mendapat harga akhir yang lebih murah ketika produk dikirim dari negara yang lebih dekat. Selain itu, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim mayoritas. Selayaknya peternak yang menghasilkan produk daging halal cukup punya peluang untuk berjaya di negaranya sendiri, bahkan menyodok ke pasar dunia.
Memilik hal tersebut di atas, saya hanya ingin sekedar memberikan usulan kepada para pengusaha dan pemilik modal, agar ikut turun dan 'bermain' di sektor makanan halal untuk ikut disebarkan ke penjuru dunia.
Buah-buahan
Indonesia adalah surganya buah-buahan. Tanah yang subur sangat berpotensi untuk menghasilkan buah dengan kualitas terbaik. Jenis buah yang beragam bisa menjadi andalan dan ciri khas negara kita.Â
Betapa saya rindu ragam buah pisang di Indonesia. Pisang yang bisa langsung dimakan begitu saja, pisang untuk digoreng, dibuat kolak, dikukus, dibuat keripik, atau yang sedang trend sekarang ini, diolah menjadi nugget pisang. Ah... sedapnya. Buah mangga pun beragam jenisnya, mulai dari yang tawar, kecut, hingga manis menggigit, semua ada di Indonesia. Jika lolos ekspor, sudah terbayang rasanya, nominal devisa yang bisa mengalir dan menggerakkan roda ekonomi bangsa. Satu dua kali, saya lihat ada buah manggis atau durian di Jepang dengan harga yang bikin malas untuk membelinya, hanya cukup untuk pemuas mata saja.Â
Tidak aneh sebetulnya, ketika produk terbaik diekspor ke luar negeri, sementara di dalam negeri cukup dengan buah kualitas lapis kedua. Dengan kualitas buah terbaik, tentu harga pun ikut terdongkrak naik. Yang perlu jadi pemikiran eksportir buah, mungkin hanya urusan packing yang harus optimal melindungi buah yang dikirim, memastikan kualitasnya tetap terjaga hingga di rantai terakhir konsumen yang hendak membeli.
Makanan laut mentah ataupun setelah matang bisa jadi potensi ekspor yang menjanjikan. Udang bisa dipak dalam paket mentah atau setengah diolah. Ebi furai atau udang goreng salut tepung panir merupakan salah satu makanan favorit di seantero Jepang bahkan dunia.
Selain itu, ragam ikan laut dari perairan Indonesia pun sangat diminati untuk diolah kembali menjadi berbagai penganan sehari-hari. Kembali lagi, masalah packing dalam proses pengiriman menjadi salah satu kendala yang harus dipecahkan oleh eksportir makanan laut agar terjamin kesegarannya hingga di tangan konsumen.Â
Selain diekspor dalam bentuk mentah, tentu bisa dijajaki pula kemungkinan untuk mengolah seafood menjadi makanan kaleng yang awet dalam jangka waktu lama.
Daging Potong Halal
Produk unggas seperti ayam, masih jadi favorit bagi sebagian besar warga dunia. Dibanding bebek atau kalkun, pasar ayam masih cukup lebar rasanya. Peternak Indonesia bisa mengambil peran di bidang ini.Â
Selain itu, pengusaha daging halal pun bisa ikut melirik pasar daging potong seperti kambing atau domba bahkan sapi, walaupun tampaknya cukup berat untuk bersaing dengan produk daging dari Australia yang sudah terkenal dengan standar kualitas yang tinggi.
Bahan Makanan
Jika merasa sulit untuk bersaing di lini produk daging halal, masih banyak peluang produk bahan makanan halal yang lain. Kentang goreng beku atau singkong bisa jadi alternatif bahan makanan halal sebagai komoditas ekspor dari Indonesia. Psst... Ubi Cilembu dengan teksturnya yang khas juga sangat layak untuk dikenalkan kepada dunia. Kondisi tanah di daerah Cilembu membuat ubi yang tumbuh di daerah tersebut menjadi spesial karena tekstur dan rasa manisnya yang sungguh nikmat. Anda sudah coba? Sebelum habis diekspor, Ubi Cilembu sangat layak coba. Sekali saja, sebelum Anda menutup mata. Nikmatnya serasa surga dunia sih. Hahaa... Â
Selain umbi-umbian, tempe juga cukup banyak dicari mengingat kandungan gizinya yang cukup tinggi. Proses produksi yang relatif mudah tapi njelimet perlu diwaspadai oleh pengusaha tempe Indonesia. Jika sulit dalam proses ekspor, mungkin pengusaha tempe Indonesia harus menjejak belahan dunia lain. Mainkan...!
Pelengkap Hidangan
Satu lagi saja usulan untuk pengusaha makanan halal Indonesia, siapkan bumbu praktis khas Indonesia untuk dijadikan komoditas ekspor unggulan. Rendang sudah diakui sebagai salah satu makanan terenak sejagat raya. Pada saat bumbu rendang tersedia di toko-toko di seluruh dunia, rendang akan makin mendunia. Selain rendang, nasi goreng beragam rasa pun tak kalah disukai warga dunia. Selain bisa jadi oleh-oleh khas Indonesia, tentu akan menyenangkan saat bumbu praktisnya tersedia untuk digunakan kapan saja dan busa dibeli di mana saja. Selain itu, satu yang jadi favorit adalah bumbu gado-gado dalam botol.Â
Nikmat sekali rasanya bisa menikmati gado-gado di luar negeri dan tentunya ingin sekali mengenalkan bumbu khas Indonesia ke mancanegara.
Kepada pengusaha makanan halal Indonesia, jangan hanya melirik peluang usaha makanan halal Indonesia ini, tapi ikutlah terjun di dalamnya, dan jadikan Indonesia sebagai pusat makanan halal dunia. Yakinlah, Indonesia bisa! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H