Tapi aku jadi begitu panik dan berlari-lari mengelilingi Okaa-san yang sedang berusaha menangkap rantai Leo yang juga berlarian mengitari Okaa-san untuk meraihku. Iiih, horor! Jangan sampai terulang lagi deh.
Saking seriusnya aku membantu sampai membungkuk--bungkuk menancapkan batang-batang padi muda ke dalam tanah lembut di sawah, kamera saku yang kusimpan di saku ikut nyemplung juga. Ah... padahal kamera ini adalah teman sejatiku selama traveling di Jepang. Ini sih pertanda aku harus beli kamera baru. Jadi punya alasan kan untuk beli yang baru? Hehe...
Tapi aku tidak ikut mandi bersama lah!). Sempat pula aku ikut pesta gyoza(sejenis masakan Cina yang cukup populer di Jepang), jadi 'bintang tamu' di sebuah klub nyanyi lansia, juga berkaraoke-ria di kediaman walikota Takanabe. Kami semua didaulat untuk menyanyikan lagu khas dari negara kami masing-masing.Â
Tembang andalanku adalah 'Bengawan Solo'. Lagu tersebut ternyata sangat familiar di kalangan orang-orang berusia lanjut di Jepang, katanya mirip dengan lagu Jepang. Hmm...? Masa sih? Mereka sangat menikmati lagu tersebut walaupun kubawakan secara akapela alias tanpa iringan musik. Satu-dua kali sih senang juga bisa menyanyikan 'Bengawan Solo'. Tapi kalau setiap sesi menyanyi aku mesti membawakan lagu itu, hm... bosan juga kali ya?
Okaa-san juga mengajakku menonton pagelaran tari di kuil, tempat Kouichiro, adik laki-laki yang kedua menggelar debutnya yang pertama dalam menari (jangan tanya tarian apa, aku sendiri kurang mengerti!) Aku juga ikut jadi supporter dalam pertandingan voli remaja di mana Kouichiro dan Kiyotaka ikut memperkuat tim voli daerah mereka.Â
Selain itu, aku juga berkesempatan untuk berkunjung ke salah satu TK lokal dan mengikuti kegiatan di sana seharian. Senang sekali bisa terlibat langsung dalam kegiatan sekolah di Jepang, walaupun dengan kemampuan komunikasi yang terasa sangat membatasiku, tapi anak-anak itu ternyata sangat pengertian.Â
Mereka tetap semangat mengajakku ikut terlibat dalam kegiatan mereka, selain sibuk bertanya, terutama tentang apa yang ada di balik kerudung yang kukenakan. Ah... biasa kok, seperti kepala manusia pada umumnya ;) Hehe...
Dua minggu yang berkesan di Kyushu tentu saja harus berakhir. Di acara perpisahan, kami diminta untuk menampilkan satu atraksi. Aku dan Mizue beserta Okaa-san dan seorang kawan peserta homestaylain beserta ibu angkatnya menyanyikan lagu 'Oh Kecilnya Dunia' dalam 2 bahasa, Indonesia dan Jepang. Kami berlatih menyanyikan lagu itu bersahut-sahutan dengan teknik kanon. Latihannya tidak lama, tapi hasilnya... tidak mengecewakan-lah. (Aku senang, dalam kesempatan itu, aku tidak perlu menyanyikan lagu 'Bengawan Solo' lagi. Haha...!)