Petang menjelang. Seperti biasa Lisa melangkahkan kakinya di atas bebatuan kerikil untuk kembali kerumah petaknya. Lisa, gadis mungil dengan celoteh renyah dan suara ringannya. Duduk seorang diri pada bebatuan tepi sungai. Menikmati angin sepoi yang mengibas rambutnya. Di sinilah Lisa melepas lelahnya. Ting...ting...ting... Denting tongkat ditangan Lisa terdengar seirama langkahnya. “Terus mainkan harmonikamu, sayang”, pesan seorang Kakek yang selalu memberinya semangat. Saat Lisa merasakan kelelahan. Sekarang, semua tinggal sebatas ingatan saja. Sang Kakek telah tiada. Lisa, dengan keterbatasan penglihatannya. Tak pantang menyerah sebagai seorang pemain harmonika pemberian kakeknya di sepanjang trotoar pertokoan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya berobat Emaknya. *foto pinjem Om Google
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H