Mohon tunggu...
kang cyper
kang cyper Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menjadi rumput teki adalah hal terbaik yang bisa dijalani oleh makhluk hidup di alam semesta.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Lengkingan Kepedihan

7 November 2015   08:30 Diperbarui: 7 November 2015   14:45 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Cyperus Rotundus, No.59

 

Senja masih menampakkan keangkuhannya. Ada masih di sana semburat jingga sedikit tersaput kelabu. Awan-awan hitam yang merangkai-rangkai berarak membentang kokoh dari Barat ke Timur.  Namun hanya lewat dalam sejejak saja, sesudah itu lenyap adanya.  Ah ha...  sudah pasti itu bukan awan yang sesungguhnya. 

Celoteh burung terbang ke sarang ditingkah canda tawa angin membisik meraung-raung, berselip-silang di sela-sela daun-daun yang hampir kerontang.  Angin yang kering dan menjemukan, terlebih telah lama membawa jelaga berhambur, membentuk kabut yang entah kapan akan sirna.  Belum ada pertanda hujan akan menyemaikan belas kasihnya, meski itu hanya setetes saja.

Panas dan bau sangit menyeruak di seluruh penjuru hutan.  Udara betul-betul terasa menyesakkan dada, nyeri yang memabukkan.  Pun demikian pedih mata memerah tersaput jelaga.  Hewan-hewan berlarian lintang pukang mencoba menyelamatkan diri.  Di ufuk sebelah utara tampak semburat api merah menyala-nyala merapalkan mantra kematian.

Di sudut sebelah lorong tampak dua ekor gajah berlarian menjauhi sumber api.  Sebuah pemandangan yang menyentuh nurani. Seekor induk gajah dengan anaknya..!!

“Bunda..!! masih jauhkan...?”

“Sebentar lagi sayang..!”

“Aku sudah capek Bunda! Boleh istirahat sebentar..?”

“Jangan di sini sayang!”

“Aku lapar dan haus Bunda!  Kaki ini juga sangat sakit kalau berjalan..!”

“Baiklah sayang..!” Ia menoleh.  Dipandanginya putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang.  Dengan lembut belalainya membelai punggung mungil buah hatinya.

“Kita berhenti di sini, namun tidak boleh terlalau lama, bisa berbahaya!  Karena mungkin sebentar lagi api akan merambat dan sampai di sini membakar semua yang dilaluinya.

“Iya bund, lho.. ayah kemana? Kenapa tidak ikut?”

“Ayah sedang pergi sayang..!” Kata induk gajah tersebut.  Ia tidak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya.  

Padahal beberapa jam yang lalu ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kekasih tercintanya itu tertembak mati.  Pejantan tangguh itu berjibaku mencoba menghalangi sekelompok orang yang akan membakar hutan.  Dia dengan gagah berani menyerang orang-orang yang menyiramkan bensin ke semak-semak di sekitar pohon.  Ada dua orang yang terluka terinjak olehnya.  Namun keperkasaannya harus terhenti seketika tatkala dua timah panas bersarang tepat di kepalanya.

“Bunda... !!!  Ada api...!!”
Ia terkejut, tak menyangka api begitu cepatnya merambat sampai di sini.

“Lari sayang... lari secepat-cepatnya..!!”

“Iya bunda... tapi... panass di sini..!”

“Kamu bisa sayang..! sebentar lagi sampai sungai..!”

“Iya bund... tapi aku sudah tak kuat...!”

Kaki mungil itu terus berusaha berlari sekencang-kencangnya, namun seberapa cepatnya kaki kecil itu melangkah, masih kalah cepat dengan angin yang meniup kencang membawa kobaran api melahap apa saja yang dilewatinya.  Hanya terdengar lengkingan kecil yang semakin melemah, setelah itu sirna.  Berganti tawa kemenangan api menyisakan bara dan asap pekat menyengat.

Beberapa saat kemudian...
Terdengar lengkingan panjang menyeruak keseluruh penjuru. Teriakan tangis kepedihan yang mendalam mengisi relung kalbu. Luka hati yang teramat dalam kala kehilangan dua kekasih hatinya menimbulkan dendam kesumat.

“Suatu saat aku akan membalas mereka...!”


Kudus, 7 Nopember 2015

Cyperus Rotundus

o0o 

sumber ilustrasi: mothers-love

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community di sini.

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community di sini. | Cyperus Rotundus, No.59

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun