“Tidak apa-apa..!” Kata ini yang ingin aku ucapkan. Namun apa? Lidah ini terasa kelu, bibir ini beku, tak mampu mengucapkan barang sepatah katapun. Hanya senyuman yang berusaha aku buat semanis mungkin dengan susah payah. “Dasar payah..!” gerutuku dalam hati.
Dan kemudian hening sesaat… Ah…. detik-detik yang berlalu kini terasa sangat lama.
“Kau tahu rumput teki di pinggir jalan itu?” tanyanya setelah beberapa saat kami saling terdiam.
“Yang mana?” ucapku setelah berhasil menguasai dan menundukkan setan kecil yang menari-nari di benakku.
“Itu.. yang tumbuh di hotmix aspal pinggir jalan.”
“Oh… itu.., lalu kenapa?” tanyaku sedikit menyelidik. Kulihat jidatnya sedikit mengkerut, rahangnya semakin mengeras. Duh… kenapa wajah cantiknya jadi sedemikian serius ini sih…? Byuh.. byuhhhh... makin cantik aja..
“Tahukah kamu, mengapa dia bisa tumbuh di atas jalan beraspal yang sangat keras itu.”
Aku menggeleng...
“Tak percaya jalan itu sangat keras? Coba aja benturkan kepalamu ke jalan, pasti hancur berdarah-darah..!”
Aku tertawa tergelak!! “Bukan... bukan itu.. maksudku, aku tak tahu kenapa rumput kok bisa tumbuh di aspal.” Jawabku sedikit gelagapan karena terkejut dengan kata-katanya.
Ee.e... busyet deh.. ni cewek.. sadis amat..! Kupencet hidungnya lumayan keras, sampai dia mengaduh..! Seketika... dia langsung membalas. Aku mengelak ke samping. Yang terjadi kemudian dia kehilangan keseimbangan dan jatuh terjerembab ke pelukanku. Aku terkesikap, dia juga. Secepatnya dia kududukkan kembali. Takut terjadi hal-hal yang aku inginkan. Huh... dasar cowok..