Peringatan Hari Pangan Sedunia yang digelar di Wilayah Sadang menjadi puncak, dimana setiap perubahan, perkembangan itu dimaknai dan disyukuri. Umat berdatangan dengan pakaian khas Jawa Ndesa, sebuah kesederhananaan yang dipersembahkan pada misa yang digelar di perkebunan sengon. Tanaman sayur polibag menghiasi setiap sudut, dan anak-anak sanggar menyuguhkan kreatifitasnya. Dan dalam puncak Lustrum I Paroki St. Thomas Rasul Bedono kemarin, seusai misa seluruh umat berucap syukur, mempersembahkan karyanya lewat penampilan sendratari kolosal “Pring Reketeg” yang melibatkan sebanyak 125 penampil, 60 orang wiyaga, wiraswara, klothekan pring dan orchestra dengan melibatkan empat sanggar dan dua paguyuban reog. Cerita ini merefleksikan kehidupan sehari-hari dimana manusia sangat mudah terbelenggu oleh keangkara-murkaan dan hanya dengan tekad serta selalu “eling” pada Hyang Maha Kuasa maka sifat keangkara-murkaan dapat dikalahkan. Penampilan yang digelar di panggung yang seluruhnya terbuat dari ornamen bambu ini mampu menghilangkan batasan-batasan dan menjadi alat pemersatu lintas usia, lintas budaya dan lintas agama.
Bedono yang mandiri, Bedono yang membumi dan membudaya, semoga setiap karya indah itu tetap lestari. Proficiat! -- eFKa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H