Adolf Hitler memilih gaya kepemimpinan otoriter untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya krusial bagi kelangsungan ideologi Nazi dan supremasi Jerman:
- Kontrol Penuh atas Negara dan Masyarakat
 Hitler ingin memastikan bahwa seluruh aspek kehidupan di Jerman berada di bawah kendali Nazi. Dengan otoritas penuh, ia dapat memaksakan pandangan dan nilai Nazi tanpa harus berhadapan dengan oposisi atau kritik.
- Efisiensi dalam Mencapai Tujuan Ideologi
Kepemimpinan otoriter memungkinkan Hitler untuk bergerak cepat dalam mewujudkan pemurnian ras dan ekspansi teritorial. Hitler tidak ingin proses panjang dalam pengambilan keputusan, yang bisa menghambat langkahnya untuk mencapai supremasi Jerman. Dalam visi ini, kecepatan dan efisiensi menjadi penting, dan kepemimpinan totaliter dianggap sebagai solusi yang paling tepat.
- Memanfaatkan Propaganda untuk Mengontrol Masyarakat
 Hitler sangat mengandalkan propaganda untuk membentuk persepsi publik dan memanipulasi pemikiran masyarakat agar mendukung Nazi. Melalui propaganda yang intens, Hitler berupaya menghapus perbedaan pendapat dan menciptakan ilusi bahwa seluruh masyarakat Jerman mendukung penuh visi dan misi Nazi.
3. Bagaimana Hitler Menerapkan Gaya Kepemimpinan Otoriter dalam Pemerintahan (How)
Kepemimpinan otoriter Hitler diwujudkan melalui berbagai kebijakan yang menindas, terutama yang berkaitan dengan pemurnian ras dan kontrol sosial. Beberapa tindakan yang menunjukkan penerapan gaya kepemimpinan ini adalah:
- Kebijakan Rasial dan Hukum Nuremberg (1935)
Melalui Hukum Nuremberg, pemerintah Nazi mengklasifikasikan warga Jerman berdasarkan asal-usul rasial mereka. Warga Jerman yang memiliki empat leluhur berdarah Jerman dianggap sebagai warga negara penuh, sedangkan Yahudi dipisahkan dari masyarakat dan dilarang menikah dengan non-Yahudi. Orang Yahudi juga dilarang untuk menjadi pegawai negeri, dokter, pengacara, atau bekerja di sektor-sektor tertentu lainnya.