Bagi Morin, Tuhan sungguh baik. Ia tahu bahwa Morin hanya tinggal sendiri di Tangerang Selatan. Seluruh keluarganya berada di Flores, Nusa Tenggara Timur karena ikut ayahnya bekerja. Tuhan tidak membiarkan Morin hidup sulit seorang diri.
Nyatanya, Morin tidak merasakan gejala apa pun selama isolasi mandiri. Hari-harinya dihabiskan di dalam rumah; mengikuti kuliah seperti biasa dan beristirahat di kamar yang dipenuhi dengan poster One Direction dan Monsta X. Dukungan pun datang dari teman-teman relawan dan kuliah. Mereka mengirim makanan dan mendoakan Morin cepat sembuh. Morin bersyukur memiliki teman-teman yang peduli padanya.
Morin akhirnya sembuh. Teman-teman relawan mengajak Morin kembali bertugas. Sebenarnya ia ragu. Apalagi, ia baru saja terpapar Covid-19. Namun, rasa kesepian dan kerinduan bertugas membuatnya yakin untuk terus menjadi relawan.
“Aku merasa ternyata aku suka bantu orang walaupun gak dibayar. Pasti udah risiko ngelakuin sesuatu, baik atau buruk,” ujarnya.
Awal menjadi relawan, ia pikir akan mendapat bayaran, ternyata tidak. Ia tidak menyesali keputusan itu. Walaupun tidak memperoleh keuntungan secara materi, ia mendapat banyak pembelajaran. Morin belajar menjadi orang yang lebih sabar dalam menghadapi berbagai macam orang. Ia menemukan keluarga kedua yang hangat. Relasi pun bertambah dari berbagai kalangan.
Gereja Santa Monika masih memerlukan relawan vaksinasi. Oleh sebab itu, Morin dan Gereja terbuka bagi para pembaca yang tertarik bertugas sebagai relawan. Satu hal yang perlu diingat: jadilah relawan atas inisiatif sendiri untuk membantu orang lain dengan ikhlas. Menjadi relawan memang tidak dibayar. Akan tetapi, peduli dan melayani orang lain tidak ada salahnya bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H