Satelit telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern kita. Dari memandu perjalanan kita dengan peta digital hingga memperingatkan kita tentang cuaca ekstrem, satelit berperan sebagai pengamat yang setia di langit. Mereka membantu dalam navigasi pesawat dan kapal, memantau perubahan iklim, dan bahkan menghubungkan kita dengan internet. Lebih dari itu, satelit juga memainkan peran kunci dalam memahami dan menangani berbagai tantangan lingkungan, termasuk salah satu yang paling mendesak saat ini adalah abrasi pantai.
Abrasi pantai merupakan proses alami yang terjadi ketika gelombang laut yang kuat terus menerus menghantam garis pantai, mengikis tanah dan mengubah bentuknya. Di beberapa tempat, abrasi bisa menjadi sangat parah, menyebabkan hilangnya tanah, menghancurkan habitat alami, dan mengancam infrastruktur manusia. Pantai Pulo Sarok di Aceh Singkil adalah salah satu daerah yang sangat rentan terhadap abrasi ini.
Pantai Pulo Sarok, dengan pasir putihnya yang memukau dan air laut yang jernih, adalah salah satu kekayaan alam yang dimiliki Aceh Singkil. Namun, keindahan ini sedang berada di bawah ancaman serius. Gelombang laut yang terus menerus menghantam pantai telah menyebabkan abrasi yang signifikan, mengikis daratan dan mengancam pemukiman serta ekosistem lokal. Jika tidak ditangani dengan tepat, kita bisa kehilangan bagian penting dari warisan alam ini. Jalan alternatif Singkil-Rimo via Pea Bumbung, di Kabupaten Aceh Singkil, rusak tergerus banjir sekitar sebulan lalu. Jalan tersebut merupakan jalur evakuasi tsunami. Sehingga keberadaanya tentu sangat penting bila sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Dari amatan Serambi pada Rabu (5/6/2024), sebagian badan jalan alternatif tersebut telah terkikis banjir mencapai ratusan meter. Bahkan sudah memakan aspal dan beram jalan sekitar 2 meter. Sehingga ketika kendaraan roda empat berpapasan harus ada yang mengalah. Jika tidak kendaraan dapat terperosok. Apa lagi parit di sisi jalan kedalamannya sekitar dua meter. Berita ini dikuti dari laman berita https://aceh.tribunnews.com/2024/06/06/jalan-alternatif-singkil-rimo-rusak.
Inilah mengapa teknologi satelit seperti Himawari-8 dari Jepang sangat berperan. Himawari-8 adalah satelit geostasioner yang dilengkapi dengan teknologi canggih untuk memantau berbagai parameter atmosfer dan permukaan laut. Salah satu fitur kuncinya adalah kemampuannya untuk mengukur suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature, SST) dengan akurasi tinggi. Data ini sangat berharga dalam memahami dinamika gelombang dan proses abrasi pantai.Â
Antara abrasi laut dan suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature, SST) memiliki hubungan yang kompleks dan saling terkait, di mana perubahan suhu permukaan laut dapat mempengaruhi dinamika dan tingkat abrasi pantai. Suhu permukaan laut yang lebih tinggi cenderung meningkatkan energi yang tersimpan di dalam laut. Air yang lebih hangat dapat memperkuat badai dan sistem cuaca ekstrem seperti siklon tropis.Â
Gelombang yang lebih kuat dan sering dihasilkan oleh badai ini meningkatkan aksi mekanis gelombang di pantai, menyebabkan erosi dan abrasi yang lebih signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya SST, intensitas dan frekuensi badai dapat meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan risiko abrasi pantai. Inilah yang terjadi pada Pantai Pulo Sarok. Meningkatnya suhu permukaan laut di Pantai Pulo Sarok dari waktu ke waktyu menyumbang terjadinya abrasi pantai di sana.Â
Terlebih jika kita pantau dari penginderaan jauh yang dilakukan oleh Satelit Himawari 8, lokasi pesisir di sekitar pantai ini terlah terjadi bukaan lahan yang luas, sehingga suhu permukaan laut yang terus meningkat dan menghasilkan gelombang kuat, tidak ada lagi yang dapat menahan air yang bergelombang kuat ke daratan pada jalan alternatif Singkil-Rimo. Bisa kita lihat pada citra satelit untuk lokasi pesisir Pantai Pulo Sarok bagaimana gundulnya lahan di pesisir daratan dari pantai tersebut.
Hal ini tentunya mempermudah jalan masuknya air ke daratan, sehingga mengikis tanah dan jalan aspal yang berada di sana. Berikut gambaran umum perubahan suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST) di Pantai Pulo Sarok dari tahun 2020 hingga tahun 2024 berdasarkan citra Satelit Himawari 8 di mana letak Pantai Pulo Sarok terletak pada longitude 97.81577 dan latitude 2.26775 :
Jika kita menelaah kondisi suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST) di Pantai Pulo Sarok berdasarkan citra Satelit Himawari 8, suhu permukaan laut cenderung memiliki nilai panas sebasar 29 Celcius. Suhu 29 Celcius ini cenderung menunjukkan bahwa suhu permukaan laut tidak tinggi dan dalam batas aman yang tidak memicu tingginya tekanan gelombang laut ke darat.
Berdasarkan citra Satelit Himawari 8, SST di Pantai Pulo Sarok di tahun 2022 dan 2023 mengalami peningkatan yang sebelumnya cenderung aman, namun terjadi perubahan suhu sudah mulai naik berkisar 29-30 Celcius. Peningkatan suhu permukaan laut atau SST inilah yang menyumbang terjadinya abrasi di Pantai Pulo Sarok.
Dari data hasil citra Satelit Himawari 8 pada perwakilan data untuk tahun 2024, terjadi peningkatan lagi suhu permukaan laut atau SST muali menjadi 30.3 Celcius. Tentunya ini juga semakin meningkatkan lagi peran terjadinya abrasi di Pantai Pulo Sarok. Maka ini harusnya menjadi aba-aba penting bagi pemerintah daerah untuk bersiap siaga kemungkinan akan terjadi abrasi yang lebih meningkat ke daratan ke jalan alternatif-limo.
Ada cara alami yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak dari abrasi laut di Pantai Pulo Sarok. Cara alami tersebut bisa dilakukan dengan cara rehabilitasi mangrove dan vegetasi pesisir. Mangrove, lamun, dan vegetasi pantai lainnya bertindak sebagai penghalang alami terhadap gelombang dan arus laut, mengurangi kecepatan dan energi gelombang sebelum mencapai pantai. Restorasi dan penanaman ulang mangrove atau vegetasi pesisir dapat memperkuat garis pantai dan mencegah abrasi. Namun saat ini vegetasi di sekitar pesisir pantai ini sangat minim sekali, bisa kita lihat dari gambar 1. Pencegahan ini tentunya sangat sejalan dengan Program Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang berkaitan dengan pencegahan perubahan iklim.
Teknologi satelit seperti Himawari-8 membuka peluang baru dalam upaya kita untuk melindungi pantai dari ancaman abrasi. Dengan pemantauan yang terus menerus dan analisis data yang tepat, kita bisa mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pantai Pulo Sarok adalah harta karun alam yang layak untuk dilindungi, dan dengan bantuan teknologi, kita memiliki alat yang kita butuhkan untuk memastikan keindahannya tetap terjaga bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H