Mohon tunggu...
Cut Nurhasanah
Cut Nurhasanah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Ambivert yang opia, let's talk about what's in the world

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenali Autisme yang Berbeda dengan Down Syndrome

20 Januari 2023   20:50 Diperbarui: 20 Januari 2023   21:06 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain, dimana kita diberikan akal yang cukup untuk melihat sekeliling kita dimana kita menyadari bahwa kita memiliki kekurangan serta kelebihan dan diantara kita juga ada orang yang memiliki keistimewaan.

Keistimewaan tersebut biasanya disebut dengan anak ABK (anak berkebutuhan khusus) , dimana pada umumnya mereka memiliki beberapa perbedaan dengan orang pada umumnya. Mereka memiliki berbagai macam keistimewaan di dirinya.

Seperti yang kita ketahui, pada umumnya orang-orang bahkan saya sendiri pada awalnya tidak terlalu mengetahui berbagai macam keistimewaan yang mereka miliki, saya hanya mengetahui beberapa seperti tunarungu, tuna netra, dan autis atau biasa orang awam seperti saya menyebutnya "idiot". Namun setelah berkecimpung di dunia yang mempelajari dan memperdalam ilmu tentang mereka saya mengetahui ada banyak sekali yang tidak saya ketahui tentang anak anak yang memiliki keistimewaan tersebut dimana biasanya mereka disebut dengan "penyandang disabilitas"

Penyandang disabilitas bukanlah penyakit ataupun kekurangan yang harus di bedakan dengan manusia lainnya, dimana itu adalah suatu keistimewaan yang kita miliki, mereka juga tidak pernah ingin ada diposisi itu. Para penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama layaknya manusia pada umumnya, mereka juga memiliki hidup yang sama seperti kita, mempunyai tujuan untuk kedepannya dan lain lain.
Dalam Islam kita tidak boleh membedakan mereka seperti dalam firman Allah.

"Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu..." (An Nur: 61)

Dalam potongan Surat An Nur ayat 61 di atas, dijelaskan bagaimana Islam memandang sama dan setara orang-orang yang dengan keterbatasan fisik dengan manusia lainnya. Islam mengecam sikap diskriminatif terhadap penyandang disabilitas. Lebih lagi, sikap diskriminatif termasuk kedalam kesombongan dan akhlak buruk.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh seseorang niscaya punya suatu derajat di sisi Allah yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai derajat tersebut." (Abu Daud).

Keterbatasan fisik juga merupakan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, dan sesuai hadis yang tercantum, dengan ujian inilah, derajat kemuliaan yang tidak bisa dicapai hanya dengan amal akan diberikan. Maka dari itu kita sebagai manusia yang pasti tidak sempurna dimana juga memiliki beberapa kekurangan yang mungkin saja tidak terlihat oleh orang lain harus saling menghargai dan membantu saudara kita yang memiliki keistimewaan tersebut.

Pada tulisan pertama saya ini saya akan sedikit membahas mengenai salah satu disabilitas dalam anak berkebutuhan yang menurut saya sudah banyak diketahui orang lain namun masih banyak disalah artikan, yaitu autis.
Autis sendiri  merupakan suatu gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku namun banyak sekali orang yang menganggap autis sama dengan down syndrom dimana pada dasarnya itu cukup berbeda dimana down syndrom adalah gangguan genetika paling umum yang menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu. 

Jumlah penyandang autis di Indonesia menyentuh angka 150.000-200.000 anak dan jumlah penyandang disabilitas autis laki-laki  empat kali lebih besar dari pada anak perempuan (Kusumayanti, 2011; Pratiwi, 2013; Mujiyanti, 2011).penyebab autis sendiri belum diketahui secara pasti. Berdasarkan penelitian, diketahui penyebab munculnya gejala autis adalah bahan metabolit sebagai hasil proses metabolisme (asam organik) merupakan bahan yang dapat mengganggu fungsi otak dan keadaan tersebut biasanya dimulai dengan gangguan pencernaan sedangkan down syndrom sendiri biasanya terjadi karena faktor genetik.

autis sendiri terbagi kedalam  2 jenis yaitu perilaku yang  (berlebihan) dan perilaku deficit (berkekurangan). Perilaku ekesif sendiri adalah perilaku yang hiperaktif dan tantrum (mengamuk) seperti menjerit, mengepak, menggigit, mencakar, memukul dan termasuk juga menyakiti diri sendiri (self abuse). Perilaku defisit adalah perilaku yang menimbulkan gangguan bicara atau kurangnya perilaku sosial seperti tertawa atau menangis tanpa alasan atau melamun ( Pratiwi, 2013; Judarwanto, 2005). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun