Mohon tunggu...
bunga artatya
bunga artatya Mohon Tunggu... -

bukan siapa-siapa tak ingin menjadi siapa-siapa..jangan tanya aku siapa,,hanya wanita yang mencoba untuk terus memahami...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanggung Jawab Hingga Akhir Hayat

27 Oktober 2010   03:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

hari ini kompasiana rame beut...dengan pembahasan yg sama yaitu seputar merapi dam yang nggak kalah seru tentang sosok mbah maridjan...jangankan kita yang memang benar-benar ada dekat dan itu adalah salah satu saudara kita...

pembahasan gunung meapi pun jadi headline di negara tetangga yang mengklaim kita saudara serumpunnya...

seperti apa sih sosok mbah maridjan???

Mbah Maridjan lahir tahun 1927 di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia mempunyai seorang istri bernama Ponirah (73), 10 orang anak (lima di antaranya telah meninggal), 11 cucu, dan 6 orang cicit.

Anak-anak Mbah Maridjan yang masih hidup bernama Panut Utomo (50), Sutrisno (45), Lestari (40), Sulastri (36), dan Widodo (30). Mereka ada yang memilih tinggal di Yogyakarta dan ada pula yang di Jakarta.

Di antara anak-anak Mbah Maridjan, juga ada yang siap mewarisi tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi dan kini telah menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Pada tahun 1970 Mbah Maridjan diangkat menjadi abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta dan oleh Sultan Hamengku Buwono IX diberi nama baru, yaitu Mas Penewu Suraksohargo1. Pada saat itu, sebagai abdi dalem, Mbah Maridjan diberi jabatan sebagai wakil juru kunci dengan pangkat Mantri Juru Kunci, mendampingi ayahnya yang menjabat sebagai juru kunci Gunung Merapi.

Pada saat menjadi wakil juru kunci, Mbah Maridjan sudah sering mewakili ayahnya untuk memimpin upacara ritual labuhan di puncak Gunung Merapi. Setelah ayahnya wafat, pada tanggal 3 Maret 1982, Mbah Maridjan diangkat menjadi juru kunci Gunung Merapi.

Sebagai seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta dengan jabatan juru kunci, Mbah Maridjan juga menunjukkan nilai-nilai kesetiaan tinggi. Meskipun Gunung Merapi memuntahkan lava pijar dan awan panas yang membahayakan manusia, dia bersikukuh tidak mau mengungsi.

Sikapnya yang terkesan mbalelo itu semata-mata sebagai wujud tanggung jawabnya terhadap tugas yang diamanatkan oleh Ngarsa Dalem.(di kutip dari KOmpas.com)

hari ini saya sangat dibuat bingung dengan komentar yang kebanyakan menghujat,menghakimi bahkan berkata hal yang tidak sepantasnya di katakan oleh orang yang berpendidikan..bagaimana kita bisa menghakimi,,kita bisa menghujat?sementara kita tak pernah tahu apa yang dipikirkan oleh sosok mbah maridjan,,begitu tinggi nilai pengabdiannya begitu luhur nilai tanggung jawab yang benar2 beliau junjung,,,buat saya ini adalah cerminan untuk kita semua 1001 mungkin kita mencari sosok yang sangat mampu mengemban amanah,,,bisakah para pemimpin kita sekarang yang kita serahi tanggung jawab,,rela mati untuk tanggung jawabnya..maka saya yakin mereka akan berpaling dan menjauh saat di tanya tentang hal itu...

mbah maridjan yang seyogyanya sosok sangat sederhana,tak mengharapkan imbalan apapun untuk pengabdiannya...mungkin yang beliau pikirkan hanyalah "lebih baik aku mati bersama tanggung jawabku,,daripada aku gagal mengemban tanggung jawabku"...pemikiran yang kadang dianggap tidak RASIONAL pemikiran yang dianggap keras kepala,,

lalu bagaimana dengan pemimpin2,,para pengemban tanggung jawab di negeri kita???

berkunjung ke daerah lokasi setelah keadaan kondusif,,setelah korban banyak berjatuhan..ya itu lah potret miris 2 generasi yang berbeda...

1 nilai luhur yang kita ambil bahwa tanggung jawab adalah pilihan,amanah dan pikiran

Selamat jalan mbah maridjan,,,semoga tenang di alam sana...amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun