Nelson Mandela, misalnya, dalam perjuangannya melawan apartheid di Afrika Selatan, menekankan pentingnya rekonsiliasi dan kesetaraan rasial, serta keadilan sosial bagi semua lapisan masyarakat.[6] Konsep ini dapat dilihat sebagai relevansi dari prinsip keadilan yang diajarkan oleh Nabi Syuaib AS, di mana perjuangan untuk keadilan ekonomi dan sosial dipandang sebagai kewajiban moral yang harus ditegakkan oleh pemimpin.[7]
Â
Sementara itu, Martin Luther King Jr. di Amerika Serikat menekankan pentingnya perlawanan terhadap ketidakadilan rasial dan diskriminasi. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal mendorong kesetaraan sosial dan menuntut pengakuan terhadap hak-hak dasar setiap individu, yang sejatinya adalah refleksi dari ajaran Nabi Syuaib AS mengenai pentingnya kesejahteraan masyarakat secara adil.[8]
Â
- Kisah Nabi Syuaib AS
Â
Nabi Syu'aib AS memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi Ibrahim AS melalui garis keturunan salah satu putra Ibrahim, yaitu Madyan. Ibunya sendiri adalah putri dari Nabi Luth AS. Karena itu, Nabi Syu'aib diutus setelah Nabi Luth AS namun sebelum Nabi Musa AS. Urutan ini didasarkan pada ayat Al-Qur'an, yaitu dalam Surah Hud ayat 89 dan Surah Al-A'raf ayat 103.
Â
Salah satu rasul Allah SWT yang disebutkan dalam Al-Qur'an, menggambarkan bagaimana beliau menerapkan keadilan sosial di tengah masyarakatnya, yaitu Bani Midyan. Nabi Syuaib AS terkenal atas kebijaksanaan dan keadilannya dalam memimpin. Kisah Nabi Syuaib AS, salah satu rasul Allah SWT yang disebutkan dalam Al-Qur'an, menggambarkan bagaimana beliau menerapkan keadilan sosial di tengah masyarakatnya, yaitu Bani Midyan. Nabi Syuaib AS terkenal atas kebijaksanaan dan keadilannya dalam memimpin.
Â
Nabi Syu'aib memulai dakwahnya dengan mengajak kaumnya untuk bertauhid, yaitu menyembah Allah dan meniadakan kekuatan apa pun yang menguasai diri selain-Nya. Dalam ajaran ini, hawa nafsu termasuk salah satu kekuatan yang sering mendominasi manusia.[9] Oleh sebab itu, dakwah Syu'aib juga berfokus pada mengoreksi perilaku buruk kaumnya yang dapat dikatakan sebagai bentuk penyembahan kepada hawa nafsu. Di antara perilaku menyimpang yang sudah menjadi kebiasaan di kalangan kaum Madyan adalah: (1) mengurangi timbangan dan takaran, (2) mengambil hak orang lain secara curang, (3) menimbulkan kerusakan di muka bumi,[10] (4) mengancam orang beriman untuk membunuh mereka jika tidak menyerahkan harta, dan (5) menghalangi orang lain dari jalan Allah.
Â