Selain itu Kota Nishapur juga merupakan kota kelahiran dari seorang Ilmuwan Islam dari Persia lainnya. Yaitu Umar Khayyam. Seorang polimat, matematikawan, filsuf, astronom, dan penyair. Ia merupakan ahli sastra dalam khasanah kesusastraan Islam. Pada tahun 1859, penyair Inggris, Edward FitzGerald, menerjemahkan sekitar 600 puisi yang ditulis oleh Khayyam dan menerbitkannya sebagai kumpulan berjudul The Rubaiyat of Omar Khayyam. Hingga Omar Khayyam sering disebut sebagai  William Shakespeare dari Timur. Tidak hanya pada kesusastraan, kontribusinya juga pada ilmu matematika. Metode umum penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi dalam Aljabar dan memperkenalkan solusi persamaan kubus hingga penyempurnaan penghitungan basis kalender yang kita hingga hari ini. Bahkan namanya pun diabadikan dalam penamaan Asteroid 3095 hingga kawah di bulan. Indonesia pun memiliki Umar Kayam yang mungkin namanya terinspirasi dari Omar Khayyam. Seorang budayawan, Penulis, dan Akademisi yang lahir di Ngawi pada masa Hindia Belanda dan seorang Guru Besar di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada. Bahkan beberapa film pernah dibintangi seperti G.30S PKI sebagai pemeran Presiden Soekarno.
Kota kota yang saling berdekatan ini, seperti Neyshabur, Tous, Mashhad bagaikan segitiga Joglo Semar (Jogja, Solo, Semarang). Kota kota ini melahirkan filsuf filsuf, ilmuwan dan penyair Islam pada hidup pada periode yang hampir sama. Neyshabur sendiri merupakan ibukota dari Kekaisaran atau Kerajaan Seljuk pada awal berdirinya. Keberadaan Kekaisaran ini juga terkait dengan munculnya Kerajaan Ottoman atau juga disebut sebagai Kesultanan Utsmaniyah di Anatolia yang berbatasan dengan Byzantium. Keduanya sama sama berasal dari etnis Oghuz Turk. Kemudian sebuah perjalanan sejarah pun saling mengait antara Kekaisaran Seljuk, Ottoman, Mongol hingga Byzantium atau Kerajaan Romawi di Timur serta Safavid di Selatan Iran.Â
***
Perjalanan ke Mashad dengan menggunakan kereta ini bukan sekedar merasakan istimewanya transportasi massal ini. Namun perjalanan ini seperti sebuah hijrah untuk mengungkapkan hal hal yang tidak diketahui sebelumnya. Seperti sebuah perjalanan misterius ke masa lalu, dan kemudian kembali dengan isi kepala yang penuh dengan sebuah rasa takjub. Sebuah inspirasi untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dengan menyaring bahkan menghilangkan sifat sifat buruk yang dimiliki. Untuk kemudian menjalani perikehidupan dengan lebih lapang dan bersih serta lurus. Seperti lurusnya perjalanan kereta dalam deretan rel rel besi yang tersusun rapi hingga tujuannya. Hingga sebuah kejayaan yang tidak hanya untuk dikenang namun untuk diperjuangkan agar bisa tercapai. Sejarah mungkin berulang seiring dengan tibanya kereta Fadak di kota  Mashhad. Hanya Anda yang tahu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H