Dulu, ketika saya masih kecil (kira-kira masih usia Sekolah Dasar) pernah mendengar ungkapan di majelis kajian agama yang menyebutkan kurang lebih begini bunyinya; "..., Dengan agama hidup menjadi terarah...,".
Bagi saya tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut, karena agama hadir dengan harapan dan cita-cita sebagai way of life (jalan kehidupan) umat manusia. Hanya saja sebagai pribadi yang berakal hendaknya ketika menerima ajaran agama tidak menganggapnya sebagai "paket" yang haram untuk dikaji dan dikritisi. Bukankah kita ini termasuk golongan yang orang-orang yang berpikir?Â
Agama bukanlah "bingkisan" yang hadir di ruang hampa dan bebas dari segala bentuk dinamika di dalamnya. Bagi saya, agama akan selalu berkaitan dengan urusan teologis; teks (ajaran tertulis/tidak tertulis), dan konteks (tempat dan waktu), atau bahkan memerlukan kontekstualisasi terhadap suatu ajaran.Â
Agama, tentu saja akan selalu menjadi inspirasi kejayaan tertinggi. Namun yang menyedihkan adalah manakala agama dapat dan kerap kali juga digunakan untuk membenarkan perilaku tidak elok, atau dalam istilah Charles Kimball destruktif dan bengis diantara individu maupun dalam proses politik lokal dan nasional. Dengan mudah, kita dapat menjumpai penggunaan jargon-jargon atas nama agama ketika menghakimi orang lain kafir, sesat dan masuk neraka gara-gara berbeda pandangan dan pendapat.
Pertanyaan yang muncul adalah, ada apa dengan agama? Benarkah agama memang mengandung unsur-unsur yang "merestui" tindakan teror, bahkan kekerasan? Benarkah agama berperan sebagai sumber masalah, atau sumber jalan keluar? Mungkinkah terjadi pertentangan dan tindakan koruptif di tubuh agama?Â
Buku berjudul Kala Agama Jadi Bencana atau When Religion Becomes Evil karya Charles Kimball akan membawa para pembacanya mengembara kepada cakrawala pengetahuan dalam memahami mengapa ada kejahatan dilakukan atas nama agama.
Buku ini, sangatlah cocok dan relevan sebagai tambahan referensi atau bahkan sebagai bahan kajian perbandingan studi agama, sosiologi, fenomenologi, atau bahkan humaniora. Terlebih, bagi Anda semua para juru dakwah, para pemerhati isu sosial, akademisi, mahasiswa, pegiat literasi membaca, aktivis dialog antar umat beragama dan semua entitas yang haus akan pemikiran keagamaan.
Charles Kimball merupakan Guru Besar Studi Agama dan ketua Departemen Agama di Universitas Wake Forest. Doktor lulusan Universitas Harvard dalam bidang Perbandingan Agama dengan spesialisasi di bidang Studi-Studi Islam.
Buku ini menguraikan 5 hal yang dapat menjadikan agama sebagai evil (bencana), yaitu. Pertama, claim of truth  (klaim kebenaran) mutlak. Kedua, taqlid atau kepatuhan buta. Ketiga, membangun zaman "ideal". Keempat, menghalalkan segala cara demi meraih tujuan dan kelima menyerukan perang suci.
Menurut Kimball, setiap agama didasarkan atas gagasan bahwa ada sesuatu yang salah, atau dalam istilah lain tidak hidup dalam zaman "ideal". Manusia dalam pandangan Kimball memiliki berbagai sifat-dasar yang buruk.Â
Bagi Kimball, kita musti mewaspadai terhadap orang-orang dan kelompok-kelompok yang cetak biru politiknya didasarkan atas mandat dari surga yang implementasinya diserahkan kepada manusia. Agama, dalam konteks ini dengan mudah dapat disalahkan, ungkap Kimball.Â
Di sisi lain, Kimball juga sangat memahami jika institusi dan ajaran utama merupakan komponen penting dalam semua sistem keagamaan. Akan tetapi, orang juga menggunakan tujuan menghalalkan segala cara ketika mereka ingin melindungi institusi dan ajaran agama yang dirasakan sedang dalam bahaya.Â
Perang, dan kejahatan dilakukan atas nama agama bagi Kimball ternyata lebih  banyak dibandingkan atas nama kekuatan institusional lain dalam perjalanan sejarah umat manusia. Dan sayangnya, fakta yang menyedihkan ini masih terus ada hingga saat ini.
Pada bagian lain, Kimball menyatakan bahwa para pemimpin agama terus melukiskan perang ini sebagai perang suci, Â meskipun sebenarnya ketika menyatakan perang tersebut "suci" merupakan tanda yang pasti tentang agama yang diselewengkan.
Saat membahas mengenai perang suci, pembaca akan disuguhi uraian Kimball yang menyebut bahwa baik umat Kristen maupun Muslim sama-sama mengklaim bahwa perdamaian ada di dalam inti kedua agama ini. Kedua agama ini memiliki sejarah yang panjang dan bergejolak, para pengikutnya berperang karena alasan-alasan yang dinyatakan suci.Â
Menurut hemat saya, berbagai masalah rumit ini-terutama akar-akar kekerasan religius-dicoba ditelusuri dan dipetakan oleh Charles Kimball. Dengan peta analisis yang disajikan oleh buku ini, Kimball tampaknya telah berhasil menjelaskan berbagai gejolak dan fenomena kekerasan religius dewasa ini.Â
Saya merasa, buku ini juga telah sukses mengaduk-aduk pengetahuan yang selama ini saya anggap benar. Agaknya ketika membaca buku Kimball ini Anda semua perlu memiliki pikiran terbuka, tidak anti kritik dan perlu "mengolah" konteksnya agar tidak baper dan gelisah  galau merana (gegana).Â
Charles Kimball telah mengimbau-untuk tidak menyebut memberi fatwa-kepada kita agar kembali kepada agama autentik, yakni, ketika beragama tidak sekedar setia dengan doktrin skriptural yang statis, tetapi kepada iman yang hidup dan menghidupi kemanusiaan universal.
Demikian spoiler singkat buku Kala Agama Jadi Bencana karya Charles Kimball yang sering kali menjadi rujukan dalam studi-studi dan kajian agama. Akhirnya, terlepas dari pro-kontra terhadapnya, buku ini dapat menjadi bahan diskusi dan refleksi yang kaya bagi para penganut, pengamat, dan pengkaji agama.
Judul Buku: Kala Agama Jadi Bencana
Penulis: Charles Kimball
Penerbit: Mizan
Cetakan: I, Juni 2013
ISBN:978-979-433-752-3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H