Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wacana dan Aksi Islam di Indonesia

5 September 2021   23:23 Diperbarui: 5 September 2021   23:35 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Judul: Islam Liberal Paradigma Baru Wacana dan Aksi Islam di Indonesia

Penulis: Zuly Qodir

Penerbit: Pustaka Pelajar

Tahun terbit: 2003

Bahasa: Indonesia

ISBN 9793477288

Perbincangan tentang wacana dan praktik Islam liberal di Indonesia hampir selalu menimbulkan kesan penasaran, bahkan menjadi kajian dan diskursus. Ada sebagian kalangan yang menyebut gerakan Islam liberal "aneh", nyeleneh dan sering kali panen hujatan dan "cemoohan".

Ada sebagian kalangan yang menyebutkan bahwa Islam liberal dalam istilah Zuly Qodir (selanjutnya disebut Zuly) ingin memberikan tafsir baru yang akan menjadi paradigma baru bagi perkembangan dan aksi Islam Indonesia, di tengah dinamika tumbuh kembangnya isu sosial keagamaan. Untuk mengupas tentang Islam liberal dan turunannya, berikut ulasan singkat buku ini.

Buku yang di tulis Zuly ini punya keinginan menampilkan wajah Islam liberal di Indonesia. Menurut penulisnya, salah satu alasan buku ini hadir karena di dorong oleh rasa penasaran mengapa gerakan Islam liberal mendapatkan beragam tanggapan.

Ketika membaca buku ini, kita akan menemukan ulasan, kajian dan potret gerakan pemikiran Islam dari komunitas Jaringan Islam Liberal (JIL) yang bergerak dinamis dengan gagasan-gagasan yang cemerlang, namun tidak jarang juga dianggap kontroversial.

Di halaman kata pengantar, bahkan Zuly mengaku dituduh sebagai propagandis Islam liberal yang dianggap merusak akidah keimanan umat Islam. Tuduhan terhadap dirinya bahkan membuat dirinya penasaran apa yang "aneh" dari Islam liberal, karena ada yang memuji, ada juga yang menghujatnya. 

Lebih lanjut, Zuly mengungkapkan bahwa Islam sebagai agama harus dipelajari dan dipahami secara kontekstual. Karena Islam bukan agama yang given sekali jadi,  al-Qur'an serta hadis sekali turun. Islam liberal akan menjadi bagian tersendiri bagi  masyarakat muslim Indonesia, terangnya.

Zuly mengungkapkan dalam halaman pendahuluan bahwa gerakan Islam kontemporer yang diawali dengan reformasi 1998 oleh mahasiswa dan masyarakat yang telah membawa perubahan baru dalam kehidupan sosial di Indonesia. Zuly menitik beratkan pada tradisi kritik dan kontrol yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Di bab ini juga banyak dikemukakan latar belakang dan alasan munculnya gerakan individu dan kelompok sipil militan yang tergabung dalam berbagai asosiasi.

Menariknya, Zuly juga mengkritik "pedas" terhadap kemunculan kelompok Islam yang dalam istilahnya dianggap "mendua". Baginya, kemunculan gerakan Islam militan disebabkan oleh 2 hal, yaitu; faktor internal umat Islam yang telah terjadi penyimpangan norma agama, selanjutnya berkaitan dengan faktor eksternal umat Islam yang datang dari rezim orde baru atau eksploitasi Barat atas umat Islam.

Dalam bab Islam liberal: wajah baru Islam Indonesia kita akan menemukan ulasan tentang siapa para pemikir Islam liberal di Indonesia. Mulai dari Budi Munawar Rachman, Ulil Abshar Abdalla, Luthfi Assyaukanie, Abdul Mun'im DZ, Ahmad Sahal, Bachtiar Effendy, Deny, JA, Rizal Mallarangeng, Rizal Panggabean, Ikhsan Ali Fauzi, Taufik Adnan Amal, Nasaruddin Umar, dan Zuhairi Misrawi serta Komaruddin Hidayat. 

Menurut Zuly, mereka para generasi Islam liberal ini mencoba menawarkan Islam dalam wajahnya yang santun, ramah dan damai atau dalam perspektif teologis gerakan Islam liberal bisa disebut sebagai generasi Islam yang menganut teologi inklusif, pluralis dan dialogis.

Dalam pandangan Zuly, komunitas  Jaringan Islam Liberal (JIL) sangat eksklusif atau bukan komunitas "sembarangan". Dalam istilahnya, sebagai creative minority. Hal ini sangat berkaitan dengan tema-tema discourse yang ditawarkan.

Selanjutnya, dalam bab masa depan Islam Liberal di antara gerakan Islam lain kita akan disuguhi pembahasan 3 tema pokok; tema Islam Liberal, jama'ah dan gagasan Islam liberal. Mulai dari Islam dan demokrasi,  Islam dan kesetaraan gender, Syariah Islam dan HAM, Islam dan Pluralisme, Islam dan Hubungan antaragama akan diulas dengan narasi yang mengalir, agak "menghibur" dan enak di baca. 

Dalam bab tersebut, yang paling saya minati adalah tentang tema Islam dan kesetaraan gender. Zuly menyebutkan, jika prinsip keadilan gender sebenarnya memberikan peluang pada umat Islam, khususnya kaum perempuan yang selama ini mengalami penindasan dan ketidakadilan karena sistem yang tidak adil berkembang di tengah masyarakat yang dikuatkan oleh tradisi, pandangan keagamaan dan sistem politik yang tidak proporsional pada perempuan. Hak-hak perempuan menjadi pemimpin, warisan, poligami, isu privat dan publik juga dikupas dalam tema ini.

Zuly juga menjelaskan bahwa bahwa ketidakadilan bisa dialami laki-laki dan perempuan, namun ketidakadilan gender sementara ini lebih banyak menimpa perempuan. Bagi Zuly, laki-laki telah menikmati sistem yang kurang adil, dan melanggengkan penindasan sebagai bagian dalam hidupnya. 

Ketika membahas tema ini, Zuly juga menjelaskan bahwa perempuan juga memiliki hak bekerja, menduduki jabatan publik, upah yang layak serta tidak perlu mempersoalkan jenis kelamin biologis atau dibiarkan saja apa adanya. 

Dari uraian singkat dan sederhana dari buku yang sudah diterbitkan ulang sebagai edisi revisi pada 2007, tampaknya masih sangat relevan untuk kita baca sebagai bahan diskusi dan refleksi tentang proses lahirnya JIL di Indonesia pada waktu itu.

Hanya saja, di dalam buku ini saya belum menemukan gambaran bagaimana kontribusi dan keterlibatan perempuan dalam JIL. Apapun itu, bagi saya buku ini kaya akan khazanah pembahasan kontemporer yang akhir-akhir ini juga menjadi topik perbincangan berbagai kalangan. 

Pesan saya, ketika kita membaca buku ini sebaiknya dalam keadaan rileks, situasi tebang dan perlu ketelitian agar tidak ada yang terlewat. Terima kasih, wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun