Beras sudah ditanak
Lirih rindu ibu anak
Kepul asap dari celah serapah
Ibu menangis, bertanya pada anak
“Adakah lagi yang berarti dari yang mati?”
Anak hanya mendongkak perih, linu, dan rindu
Ibu menangis, bertanya anak padanya
“Mak, apakah lagi arti dari yang berarti ketika beliau telah mati?”
Ibu menangis dan meraba dan menjawab
“Ada nak, lirih sendu bahagia mu!!”
Anak ingin beranak
Ibunya menolak, dan menyerapah
“Anak haram mu, ku tolak dunia akhirat!”
Anak menangis, ibunya berontak
“Anak haram, entah dari tetes mani siapa!!”
Anak menangis, sesegukan . . .
(Teriak lawak sang gagak, riakkan heningnya pinggir kali sebelah gedung Asia Afrika)
Beras sudah ditanak
Tawa riang ibu, anak, dan bapak
Kepul asap dari celah knalpot mobil berkilap tanpa atap
Ibu bertanya, anak terbahak
“Kamu akan jadi orang?”
Dan anak lantang menjawab
“Iya bu, Orang Jalang”
Semobil terbahak
Sang bapak bangga pada anak
(Teriak lawak sang gagak, kotori langit lembayung paris van java)
Beras sudah ditanak
Tawa riang koruptor tamak
Polisi korup
Pejabat korup
Dosen korup
Musikus korup
Dokter korup
Pengemis korup
Saudagar korup
Semua korup
(Teriak lawak sang gagak, cengkerami langit malam by pass soekarno hatta)
Euis hanya tergolek
Ditangannya seutas tambang
Dia mati bunuh diri
Bergelantungan di jembatan depan BiP
Di janinnya ada segumpal mani dari para yang korup dan bapak yang terbahak
(Teriak lawak sang gagak, akhirnya dia menangis sendiri)
10.04 pm, 23 Agustus 2009
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H