Mohon tunggu...
Muslimah Fikrul Mustanir
Muslimah Fikrul Mustanir Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bersama menuju muslim kaffah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korupsi Berjamaah Buah dari Demokrasi-Sekuler

9 September 2018   18:20 Diperbarui: 9 September 2018   18:56 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

5. Peraturan Presiden  Nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional (stranas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang 2012-2025 dan Jangka   Menengah 2012-2014.

Dalam pasal 5 UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN diatur antara lain bahwa setiap penyelenggara Negara berkewajiban untuk tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan demikian, setiap aparatur Negara tidak boleh melakukan korupsi. 11/4/2013 (bppk.kemenkeu.go.id)

Meski dengan berbagai langkah upaya untuk pencegahan korupsi di lakukan, tapi nyatanya korupsi masih tetap marak. Ada banyak faktor kenapa pemberantasan korupsi masih juga belum efektif. Diantaranya adalah:

- Sistem sekuler dengan akidah pemisahan agama dari negara dan kehidupan menyebabkan nilai-nilai ketakwaan hilang dari politik dan pemerintahan. Tidak ada pada diri para politisi dan pejabat kesadaran senantiasa diawasi oleh Allah.

- Sistem politik demokrasi yang mahal menjadi salah satu sumber masalah korupsi. Butuh biaya besar untuk menjadi politisi dan pejabat yang mustahil bisa tertutupi dari gaji dan tunjangan selama menjabat.

- Sistem hukum berbelit untuk untuk membuktikan kasus korupsi dan banyak celah bagi koruptor untuk lolos. Dan sanksi koruptor yang ringan yang tidak membuat efek jera.

Pemberantasan korupsi secara efektif sulit kalau masih bergantung kepada sistem yang ada yaitu demokrasi-sekuler. Praktek korupsi hanya bisa di berantas dengan sistem hukum syariah.

Dalam syariah jelas harta yang diperoleh karena faktor jabatan, tugas, posisi, kekuasaan dan sebagainya sekalipun di sebut hadiah yang melebihi kewajaran yang tidak bisa di buktikan diperoleh secara legal, semua itu termasuk harta ghulul (korupsi).

Untuk para pelaku korupsi, Islam memberikan sanksi yang bisa memberikan efek cegah dan jera. Kadar sanksi atas tindak korupsi diserahkan kepada ijtihad khalifah atau qadhi (hakim), bisa di sita, di ekspos, penjara, hingga hukuman mati dengan mempertimbangkan dampak, kerugian bagi negara dan dhararnya bagi masyarakat.

Maka dengan sistem pemberantasan korupsi menurut syariah Islam, niscaya pemberantasan korupsi akan bisa diwujudkan.

Wallahu a'lam bi ash-shawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun