Dalam syariat, memberi kesempatan pada pikiran untuk mencemaskan hal-hal yang masih dalam alam gaib, termasuk thulul amal. Angan-angan yang terlalu jauh. Â Menurut Dr. 'Aidh al-Qarni, tindakan itu tidak masuk akal karena kita seperti berusaha berperang melawan bayang-bayang.
Ia menyarankan untuk membiarkan masa depan datang sendiri. Lebih baik kita menikmati dan mengoptimalkan hari ini. Sebab, hari ini jelas-jelas milik kita. Â Â Â Â Â Â Â Â
Mengajarkan Kita untuk Ikhlas
Buku "La Tahzan: Jangan bersedih" mengajarkan kita untuk ikhlas. Saat kita sudah baik kepada seseorang, akan tetapi orang tersebut mengingkari kebaikan yang sudah kita berikan, jangan baper. Jangan galau karena kita tidak menerima ucapan terima kasih dari orang tersebut.
Tabiat mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan merupakan penyakit umum yang menimpa manusia. Lebih baik lupakan saja bakti yang sudah dipersembahkan. Ikhlas. Kita berharap saja pahala dari Allah SWT.
Mengajarkan Kita Untuk Bersyukur
Buku "La Tahzan" juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan jangan bersedih atas kejadian apapun yang  menimpa kita, termasuk saat menerima cobaan, tertimpa kesulitan, mendapat cercaan dari orang lain, hingga mengalami rezeki yang sulit.
Kita diingatkan untuk berbaik sangka kepada Allah SWT.
Dr. 'Aidh al-Qarni menuliskan dalam salah satu bagian dari buku ini bahwa dunia terlalu hina untuk membuat kita bersedih. Apalagi terkadang ujian dan cobaan dari Allah SWT merupakan karunia, sementara nikmat yang kita dapat justru merupakan ujian.
Hal itu dikarenakan kadang kala Allah menganugerahkan nikmat dengan cobaan, dan menguji sebagian kaum dengan nikmat.
Sebenarnya ada banyak hal yang diulas di dalam buku "La Tahzan: Jangan Bersedih" ini. Namun, bila dirinci satu persatu akan terlalu banyak. Selain itu, saya juga masih berjuang membacanya hingga tuntas.