Â
Pasalnya, berdasarkan data yang dikutip kompas.com, potensi ekonomi dari hilirisasi di ketiga sektor tersebut sangat besar, yaitu mencapai 715 miliar dollar AS dan dapat membuka lapangan kerja hingga 9,6 juta.
Tidak hanya itu, meski hanya mengoperasikan smelter, total kapasitas produksi PT GNI diprediksi dapat mencapai hingga 2 juta unit Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.
Secara tidak langsung, PT GNI ikut berkontribusi meningkatkan penerimaan negara. Anyway, program hilirisasi memang dimaksudkan untuk meningkatkan produk akhir dari usaha pertambangan atau pemanfaatan terhadap mineral agar tercipta nilai tambah yang lebih besar.
Sebelumnya, tambang mineral cenderung diekspor dalam bentuk mentah. Hal tersebut kurang menguntungkan, pertama Indonesia kehilangan peluang mendapatkan nilai tambah, kedua pihak asing lebih banyak diuntungkan.Â
Dengan mendapatkan bahan baku industri secara langsung, mereka secara otomatis mendapat nilai tambah yang jauh lebih besar.
Adanya pengolahan minerba, penerimaan negara dari nikel bisa lebih besar 19 kali lipat, dari bauksit bisa melonjak 30 kali lipat sedangkan dari tembaga dan pasir besi, masing-masing bisa melambung hingga tujuh kali dan 11 kali lipat.
Belum lagi lingkungan dan masyarakat di sekitar smelter dapat lebih berdaya, kesejahteraan ekonomi mereka bisa lebih meningkat, dan fasilitas umum juga pasti akan jauh lebih baik. Hal tersebut seperti yang sudah dilakukan oleh PT GNI selama beberapa tahun ke belakang.
Salam Kompasiana! (*)
Â