Sumber air bersih juga sangat terbatas. Air tanah yang berasal dari sumur bahkan diprediksi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan air bersih di Batam.
Akhirnya, secara bertahap Otorita Batam (BP Batam) membangun jaringan listrik dan membuat waduk.
Setelah Batam semakin berkembang, instansi tersebut juga mencari pengelola air bersih yang mumpuni untuk mengelola air bersih di Batam. Untuk listrik, akhirnya diserahkan ke PLN.
Dulu, jangankan ada bandar udara, pelabuhan laut, jalan pun bahkan masih berbentuk tanah yang berlumpur. Bukan jalan aspal yang lebar dan mulus seperti saat ini.
Perlu waktu, dana, dan usaha. Terlebih bila ingin mengejar negara semaju Singapura.
Soeharto Lengser
Saat Batam mulai bersolek sebagai kawasan industri, Soeharto selaku penggagas, lengser sebagai presiden pada tahun 1998.
Setelah itu, Otorita Batam (BP Batam) juga tidak lagi seleluasa dulu melebarkan langkah. Dampak pemberlakukan otonomi daerah di era reformasi yang semakin komprehensif, Batam sempat memiliki dua nahkoda, Kepala Otorita Batam (kini BP Batam) dan Wali Kota Batam. FYI, sejak 2019, Kepala BP Batam dan Wali Kota dijabat oleh sosok yang sama.
Kedua pimpinan di Kota Batam tersebut memiliki kewenangan masing-masing. Terkadang tumpang-tindih. Meski mereka memiliki niat sama-sama baik untuk memajukan Kota Batam, tetap saja kebijakan yang diambil terkadang tidak selalu seiring-sejalan yang terkadang menyebabkan kendala untuk meningkatkan pembangunan dan investasi.