Saat pertama kali dikembangkan oleh pemerintah pusat melalui Otorita Batam (sekarang BP Batam) pada tahun 1971, Batam, Kepulauan Riau, digadang-gadang akan dibangun untuk menyaingi negara termakmur di kawasan Asia Tenggara, Singapura.
Kala itu, pemerintah pusat melakukan beragam persiapan, perencanaan, pembangunan infrastruktur, hingga promosi investasi ke berbagai negara untuk menjadikan Batam sebagai kawasan industri.
Namun, setelah lebih dari 50 tahun berlalu, mengapa Batam belum juga sanggup menjadi pesaing Singapura?
Butuh Waktu, Dana dan Usaha
Mimpi menjadikan Batam sebagai pesaing Singapura, tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi Batam dibangun nyaris dari nol. Sebelum ada perhatian khusus dari pemerintah pusat, Batam sangat minim fasilitas.
Berdasarkan buku "Mengungkap Fakta Pembangunan Batam", dulu Batam merupakan pulau yang didominasi hutan belantara. Masih berbentuk rawa dan belukar. Nyaris tanpa denyut kehidupan. Penduduk awal yang berjumlah sekitar 6.000 jiwa umumnya tinggal di sekitar pesisir pantai.
Belum ada listrik. Saat itu masyarakat menggunakan lampu minyak dan diesel perseorangan sebagai penerangan di malam hari.
Sumber air bersih juga sangat terbatas. Air tanah yang berasal dari sumur bahkan diprediksi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan air bersih di Batam.
Akhirnya, secara bertahap Otorita Batam (BP Batam) membangun jaringan listrik dan membuat waduk.
Setelah Batam semakin berkembang, instansi tersebut juga mencari pengelola air bersih yang mumpuni untuk mengelola air bersih di Batam. Untuk listrik, akhirnya diserahkan ke PLN.
Dulu, jangankan ada bandar udara, pelabuhan laut, jalan pun bahkan masih berbentuk tanah yang berlumpur. Bukan jalan aspal yang lebar dan mulus seperti saat ini.
Perlu waktu, dana, dan usaha. Terlebih bila ingin mengejar negara semaju Singapura.
Soeharto Lengser
Saat Batam mulai bersolek sebagai kawasan industri, Soeharto selaku penggagas, lengser sebagai presiden pada tahun 1998.
Setelah itu, Otorita Batam (BP Batam) juga tidak lagi seleluasa dulu melebarkan langkah. Dampak pemberlakukan otonomi daerah di era reformasi yang semakin komprehensif, Batam sempat memiliki dua nahkoda, Kepala Otorita Batam (kini BP Batam) dan Wali Kota Batam. FYI, sejak 2019, Kepala BP Batam dan Wali Kota dijabat oleh sosok yang sama.
Kedua pimpinan di Kota Batam tersebut memiliki kewenangan masing-masing. Terkadang tumpang-tindih. Meski mereka memiliki niat sama-sama baik untuk memajukan Kota Batam, tetap saja kebijakan yang diambil terkadang tidak selalu seiring-sejalan yang terkadang menyebabkan kendala untuk meningkatkan pembangunan dan investasi.
Bermunculan Kawasan Industri di Negara Tetangga
Setelah berubah dari pulau yang didominasi semak belukar menjadi kawasan industri yang diperhitungkan di kawasan Asia Pasifik, pembangunan di Batam justru seperti jalan di tempat. Tidak lagi segencar dulu saat awal-awal dibangun.
Sementara, negara-negara tetangga justru mulai bersolek. Mereka mulai membangun kawasan industri dengan beragam penawaran menarik bagi investor, mulai dari Malaysia, Vietnam, Thailand hingga Myanmar.
Usaha Batam untuk bersaing dengan Singapura semakin berat.
Apakah Batam Gagal?
Tentu tidak! Bila dibandingkan dengan kota besar lain di Indonesia, kondisi Batam cukup baik. Hampir semua fasilitas yang dibutuhkan masyarakat maupun kalangan industri tersedia dengan baik dan cukup.
Batam kini menjadi salah satu lokomotif ekonomi nasional. Jumlah penduduk naik berlipat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam, pada 2020 penduduk Kota Batam mencapai 1.196.396.Â
Pertumbuhan ekonomi juga terbilang baik. Bahkan pertumbuhan ekonomi Kota Batam tahun 2021 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional dan Provinsi Kepulauan Riau.
Pertumbuhan ekonomi Kota Batam tahun 2021 mencapai 4,75 persen, sementara pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau 3,43 persen dan pertumbuhan ekonomi nasional 3,69 persen.Â
Beberapa tahun terakhir ini pembangunan di Kota Batam juga semakin masif. Hal yang paling terlihat adalah pembangunan infrastruktur jalan.
Jalan-jalan raya di Batam yang merupakan faktor krusial untuk menopang mobilisasi barang maupun orang semakin lebar, nyaman dan aman. Pembangunan jalan tidak hanya di satu titik, tetapi di setiap sudut Kota Batam, mulai dari Batuaji hingga Bengkong, mulai dari Nongsa hingga Marina.
Tidak hanya itu, kota yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura ini juga sedang melakukan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sekupang, hub logistik, KEK Batam Aero Technic, Nongsa Digital Park, hingga Kawasan Industri Maritim.
Bandara dan pelabuhan juga dilakukan pengembangan, mulai dari Bandara Internasional Hang Nadim, hingga Pelabuhan Batuampar dan Pelabuhan Wilayah Kabil.
Batam kini memang tidak hanya fokus di ranah industri, kota yang dipimpin oleh HM Rudi ini juga semakin intens mengembangkan daya tarik di bidang pariwisata. Selain hotel dan resort sebagai andalan untuk tujuan Meeting, Incentives, Conventions and Exhibitions (MICE), juga mengandalkan beragam destinasi wisata yang menarik, baik untuk wisatawan lokal, maupun mancanegara.
Untuk destinasi wisata di kawasan Sekupang, ada Taman Rusa Sekupang, Batam Forest Top, hingga Tebing Langit Bukit Dangas Sekupang. Untuk wilayah Bengkong ada Ocarina hingga Dino's Gate.
Untuk wilayah Nongsa, ada Desa Wisata Bakau Serip yang tahun 2022 ini meraih penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, ada Kampung Terih yang tahun 2018 lalu meraih juara Anugerah Pesona Indonesia (API).
Apa Batam Masih Mungkin Mengimbangi Singapura?
Tidak ada yang tidak mungkin. Namun, memang memerlukan pimpinan yang visioner. Selain memiliki rencana yang sophisticated, juga harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan rencana tersebut.
Penduduknya juga harus mendukung upaya tersebut. Salah satunya jangan sampai infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah malah dirusak.
Kabel di pedestarian dirusak dan dijarah. Tempat duduk di halte digondol. Belum lagi pencurian fasilitas umum lain.
Duh, kalau penduduknya masih seperti itu, kapan kita majunya?
Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H