Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Ramadan, Saatnya Berbagi Makanan di Masjid Dekat Rumah

10 April 2022   15:45 Diperbarui: 10 April 2022   15:49 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap Ramadan tiba, ada satu tradisi yang selalu dilakukan oleh warga di pemukiman tempat saya tinggal.

Warga secara bergantian menyediakan makanan berbuka puasa untuk pengurus dan pengunjung masjid di dekat rumah, Masjid Darul Muta'allim, Batam, Kepulauan Riau.

Ketua RT biasanya yang mengkoordinir hal tersebut. Setiap hari di bulan Ramadan ada beberapa warga muslim yang diminta menyediakan makanan berbuka puasa tersebut. Satu rumah akan kebagian satu kali.

Hal ini sifatnya sukarela. Warga bisa membawa makanan berbuka puasa apa saja seikhlasnya. Bisa makanan ringan seperti kue dan camilan, bisa makanan berat seperti nasi dan lauk pauk, bisa juga hanya minuman kemasan atau minuman berpemanis.

Jumlah yang harus dibawa juga tidak ditentukan. Bisa berapa saja.


Lalu, bagaimana kalau sudah ditunjuk tetapi kita keberatan dengan hal tersebut? Tidak masalah. Kalau pun kita "mangkir", tidak akan kena sanksi apapun karena ini sifatnya sukarela. Sedekah.

Saat menyerahkan makanan-makanan tersebut ke pengurus masjid juga tidak pernah ditanya makanan tersebut dari blok apa, nomor rumah berapa. Anonim.

Paling kalau kenal dengan pengurus masjid yang menerima, otomatis tahu itu makanan berbuka puasa dari siapa.

Namun, warga umumnya antusias menyediakan makanan berbuka puasa tersebut setiap kali mendapat giliran.

Apalagi hampir setiap umat muslim tahu, betapa besar pahala menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa.

Dalam HR Tirmidzi, hadist sahih dan terkenal, disebutkan Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun."

Warga Sangat Kompak

Saya tidak tahu pasti kapan tradisi menyediakan makanan secara bergantian untuk berbuka puasa ini dimulai. Namun, sejak tinggal di perumahan ini lebih dari satu dasawarsa lalu, kebiasaan ini sudah ada.

Beberapa hari sebelum mendapat giliran menyediakan makanan berbuka puasa, ketua RT biasanya akan memberi tahu.

Ramadan tahun ini saya dan keluarga kebagian menyediakan makanan berbuka puasa kemarin, Sabtu, 9 April 2022. Satu hari sebelum mystery challenge 1 Kompasiana. Sangat kebetulan.

Saya tinggal di salah satu pemukiman lama. Salah satu pemukiman awal yang berkembang di Batam. Umumnya para penghuni adalah warga yang sudah sepuh.

Kalau pun ada keluarga-keluarga muda, umumnya anak dari para pemilik rumah awal, atau para penghuni kostan.

Alhasil, mungkin itu makanya warga begitu kompak.

Berbagi Makanan Memiliki Keutamaan Tersendiri

Sedekah makanan memiliki keutamaan tersendiri. Baik di bulan Ramadan maupun bulan-bulan lain.

Begitu pentingnya amalan sedekah ini, Allah bahkan menyebut orang-orang yang enggan berbagi makanan kepada orang yang membutuhkan sebagai pendusta agama.

Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Ma'un ayat 1-3:

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin."

Selain Surat Al-Maun, pentingnya berbagi makanan juga tercantum dalam Q.S Al-Balad ayat 10-14:

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan). Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar. Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (Yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makanan pada hari terjadi kelaparan."

Bila membaca tafsir Al-Qurthubi mengenai Surat Al Balad ayat 14, kita dapat menyimpulkan bahwa pahala bersedekah berbagi makanan itu bertingkat-tingkat sesuai dengan kondisi orang yang disedekahi.

Apabila kita memberi makan kepada orang yang sangat membutuhkan, maka pahala yang didapat juga semakin besar.

 "Memberi makanan adalah kemuliaan, dan jika disertai dengan kelaparan yang amat sangat maka lebih mulia lagi."  (Tafsir Al-Qurthubi 20/69).

Al-Qurthubi adalah seorang imam, ahli hadis, dan seorang mufassir Al-Quran yang terkenal.

Oleh karena itu, sebisa mungkin ayo kita sisihkan sebagian rezeki untuk membantu sesama. Seikhlasnya, semampunya. Apalagi tujuan utama berbagi makanan adalah untuk berbagi kepada yang membutuhkan.

Tidak ada ketentuan khusus dalam bentuk jumlah. Bila hanya mampu sedekah segelas air, bisa berbagi segelas air. Jika hanya bisa berbagi sepiring nasi, bisa sedekah sepiring nasi. 

Hanya saja tentu harus makanan yang layak makan dan minum.

Terlebih, sedekah makanan tidak hanya bernilai pahala, tetapi juga sarat akan nilai sosial. Sedekah makanan dapat lebih mengeratkan ukuwah hingga menekan tingkat kriminalitas.

Sering mendengar kan ada beberapa kasus pencurian karena rasa lapar yang tak lagi tertahan? Namun, tidak ada makanan yang bisa dikonsumsi.

April 2020 lalu ada pria yang mencuri beras di Medan karena kelaparan efek tidak lagi berpenghasilan imbas dari pandemi Covid-19.

Masih di bulan dan tahun yang sama, ada pemulung yang terpaksa mencuri padi karena ia dan anggota keluarganya kelaparan.

Ada juga yang terpaksa mencuri sawit karena sang buah hati kelaparan. Pencuri tersebut mengatakan akan menjual sawit hasil curian itu untuk membeli beras.

Makanan-makanan tersebut bisa kita salurkan sendiri secara langsung ke orang per orang secara spontan, bisa juga melalui panti asuhan, masjid atau lainnya. Senyamannya kita.

Salam Kompasiana! (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun