Peneliti asal Inggris itu mengungkapkan, bila pengurangan emisi tidak segera dilakukan, bukan hanya keadaan panas ekstrem yang akan semakin gawat dan sering, tetapi respon darurat dan pemulihan akan semakin sulit untuk dilakukan.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai masyarakat umum biasa, mungkin sempat terbersit dalam hati kita, saya mah apa atuh? Biar pejabat-pejabat pemerintahan saja yang memikirkan dan melakukan hal tersebut.
Duuuh, padahal pengurangan emisi harus dilakukan secara kompak oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia. Meski mungkin skalanya berbeda-beda, tergantung kapasitas masing-masing individu.
Apalagi sejak Confrence of Parties (COP) 21 Paris yang dilakukan 2015 lalu, semua bangsa sepakat mengikat secara hukum untuk mengurangi emisi karbon global dan menjaga pemanasan dibawah ambang batas 2 derajat celcius.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Iklim Paris itu bahkan mewajibkan negara industri dan maju mencapai Net-Zero Emissions (NZE) atau Nol-Bersih Emisi (NBE) pada 2050.
Net zero emission yang dimaksud dalam konferensi tersebut adalah nol bersih emisi karbon negatif. Kalaupun ada emisi karbon yang dihasilkan manusia, sepenuhnya dapat diserap di bumi, baik diserap secara alami oleh tumbuhan maupun dengan bantuan teknologi canggih buatan manusia. Sehingga, tidak ada yang menguap sampai ke atmosfer dan memicu pemanasan global.
Indonesia sendiri menargetkan untuk mencapai net-zero emissions paling lambat tahun 2060. Saat ini, berbagai kebijakan pembangunan rendah karbon mulai diterapkan di berbagai sektor.
Hemat Listrik
Hal termudah yang dapat kita lakukan untuk mendukung gerakan net-zero emissions adalah dengan menghemat penggunaan listrik. Selain mudah, penghematan penggunaan listrik juga dapat memberikan dampak ekonomi kepada kita secara langsung. Tagihan listrik bisa lebih kecil. Uang yang tadinya digunakan untuk membayar tagihan listrik bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.