Batam, Kepulauan Riau, memang surga kuliner. Kota yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura ini tak hanya menawarkan aneka penganan khas Melayu yang didominasi oleh makanan olahan yang berasal dari laut. Namun, juga makanan-makanan lezat dari daerah lain di Indonesia.
Makanan Sunda salah satunya. Ada banyak makanan khas dari Jawa Barat yang dijual di berbagai titik di Kota Batam, mulai dari yang berbentuk warung makan, gerai di food court, hingga di restoran yang cukup besar. Saking banyaknya, terkadang membuat orang Sunda --saya setidaknya, suka merasa sedang berada di kampung halaman sendiri.
Namun, diantara semua penjual makanan khas tanah pasundan, yang paling favorit adalah Rumah Makan Sunda Ibu Joko. Gerainya ada dua, di Nagoya, tepatnya di samping Hotel Goodway yang sudah tidak lagi beroperasi, dan di Batamcentre, tepatnya di samping jalan utama dari arah Coastarina ke Masjid Agung Batam.
Menu Lezat, Beragam, dan Terjangkau
Saat masuk ke rumah makan ini, kita seperti sedang menghandiri kondangan. Depan pintu masuk sudah terhampar aneka makanan khas Sunda, mulai dari pindang dan pepes ikan, semur jengkol, empal, sayur asem, sayur lodeh, sate, urap, karedok, hingga aneka sup. Kita tinggal mengambil piring, mengantre mengambil makanan, kemudian memilih meja dan kursi yang disediakan.
Setelah kita duduk manis, nanti akan ada petugas yang mendatangi untuk menanyakan akan memasan minuman apa. Selain itu, untuk mencatat makanan yang kita ambil. Kita tak usah repot bilang makanan apa saja yang kita sudah ambil, petugas dengan cekatan akan menghitung sendiri berdasarkan yang ia lihat. Setelah selesai mencatat, kita akan diberi kertas kecil berisi jumlah tagihan yang saat kita pulang harus dibayar di kasir.
Biasanya setiap kali makan di sini, tagihan saya tidak pernah lebih dari Rp30.000 untuk satu porsi makan. Padahal itu sudah temasuk minuman, lauk utama yang lumayan "wah", sayur, dan lauk tambahan, seperti goreng tempe atau parkedel.
Bila dibungkus, bisa jauh lebih hemat lagi. Mengeluarkan uang Rp100.000, sudah bisa mendapat macam-macam. Bahkan bisa untuk dua kali makan untuk keluarga kecil dengan dua orang dewasa dan dua anak. Sudah dapat sate, ikan, ayam, sup, hingga aneka sayuran mulai dari sayur terong hingga sayur asem.
Bayangkan saja pepes ayam harganya hanya Rp13.000/bungkus. Itu pepes lho yang bikinnya lumayan ribet. Ukurannya besar lagi, bumbunya juga banyak. Padahal untuk ukuran ayam yang sama di sekitar rumah sudah dipatok harga Rp15.000/porsi, tanpa nasi. Itu pun hanya ayam goreng atau ayam bakar yang proses membuatnya tidak seribet pepes.
Berdasarkan obrolan-obrolan ringan dengan salah satu petugas di rumah makan tersebut, harga makanan-makanan yang ditawarkan di Rumah Makan Sunda Bu Joko bisa jauh lebih terjangkau karena sekali memasak langsung dalam porsi yang banyak. Sangat banyak bahkan.
Hal itu disesuaikan dengan jumlah tamu, yang selalu membeludak setiap hari. Pengunjung tak hanya ramai saat jam makan siang, tetapi hampir di setiap waktu operasional.
Dulu sebelum pandemi Covid-19 menerpa, pengunjung rumah makan tersebut tak hanya warga Batam, tetapi juga para wisatawan mancanegara yang berasal dari negeri tetangga.
Para pelancong tersebut hobi duduk-duduk menikmati aneka masakan khas Jawa Barat dari mulai sarapan, makan siang, hingga makan malam.
Saat pandemi Covid-19 seperti saat ini pun pengunjung tetap ramai. Namun, ada beberapa yang lebih memilih makan di rumah dibanding makan di tempat. Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) jumlah pengunjung juga disesuaikan dengan aturan yang ditetapkan.Â
Sudah Buka Lebih dari Dua Dasawarsa, Petugas Para Mojang Sunda
Rumah Makan Sunda Ibu Joko ternyata sudah buka sejak tahun 1990-an. Awalnya hanya warung makan kecil. Namun, karena masakannya lezat, terjangkau dan variatif, berkembang hingga seperti saat ini. Masakan Rumah Makan Sunda Ibu Joko ini menurut saya yang sebagai orang Sunda, lumayan original rasa Sundanya.
Suasana rumah makan juga sudah seperti di warung-warung Sunda. Komunikasi antar petugas menggunakan Bahasa Sunda. Maklum, hampir seluruh petugas di rumah makan tersebut memang berasal dari Jawa Barat. Itu makanya saat ke rumah makan tersebut serasa sedang pulang kampung hehe.
Oiya, sekadar saran, bila berniat makan di sini sebaiknya diatas pukul 10.00, tetapi sebelum waktu makan siang tiba. Alasannya, bila datang terlalu pagi, belum semua jenis makanan tersedia. Sementara, bila datang terllau siang, ada beberapa jenis makanan yang suka sudah habis. Selamat Berkunjung. Selamat Makan. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H