Biasanya setiap kali makan di sini, tagihan saya tidak pernah lebih dari Rp30.000 untuk satu porsi makan. Padahal itu sudah temasuk minuman, lauk utama yang lumayan "wah", sayur, dan lauk tambahan, seperti goreng tempe atau parkedel.
Bila dibungkus, bisa jauh lebih hemat lagi. Mengeluarkan uang Rp100.000, sudah bisa mendapat macam-macam. Bahkan bisa untuk dua kali makan untuk keluarga kecil dengan dua orang dewasa dan dua anak. Sudah dapat sate, ikan, ayam, sup, hingga aneka sayuran mulai dari sayur terong hingga sayur asem.
Bayangkan saja pepes ayam harganya hanya Rp13.000/bungkus. Itu pepes lho yang bikinnya lumayan ribet. Ukurannya besar lagi, bumbunya juga banyak. Padahal untuk ukuran ayam yang sama di sekitar rumah sudah dipatok harga Rp15.000/porsi, tanpa nasi. Itu pun hanya ayam goreng atau ayam bakar yang proses membuatnya tidak seribet pepes.
Berdasarkan obrolan-obrolan ringan dengan salah satu petugas di rumah makan tersebut, harga makanan-makanan yang ditawarkan di Rumah Makan Sunda Bu Joko bisa jauh lebih terjangkau karena sekali memasak langsung dalam porsi yang banyak. Sangat banyak bahkan.
Hal itu disesuaikan dengan jumlah tamu, yang selalu membeludak setiap hari. Pengunjung tak hanya ramai saat jam makan siang, tetapi hampir di setiap waktu operasional.
Dulu sebelum pandemi Covid-19 menerpa, pengunjung rumah makan tersebut tak hanya warga Batam, tetapi juga para wisatawan mancanegara yang berasal dari negeri tetangga.
Para pelancong tersebut hobi duduk-duduk menikmati aneka masakan khas Jawa Barat dari mulai sarapan, makan siang, hingga makan malam.