Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

5 Keunikan Pasar Tradisional Kota Batam

15 September 2021   23:18 Diperbarui: 16 September 2021   09:02 3879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di salah satu pasar tradisional Kota Batam. | Dokumentasi Pribadi

Setiap pasar tradisional di suatu wilayah, umumnya memiliki keunikan tersendiri. Ada yang unik dari sisi bangunan, lokasi, hingga barang yang dijual.

Lalu apa keunikan pasar tradisional di Kota Batam, Kepulauan Riau?

Harga Pas

Pasar tradisional umumnya identik dengan aktivitas tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Namun, di pasar tradisional Kota Batam tidak demikian. Harga sayur, ikan, daging sapi/ayam, telur, buah dan berbagai bahan pangan yang ditawarkan penjual (umumnya) dibanderol dengan harga pas.

Barang yang dijual umumnya dibanderol dengan harga pas. | Dokumentasi Pribadi
Barang yang dijual umumnya dibanderol dengan harga pas. | Dokumentasi Pribadi

Kalaupun nanti ada pengurangan harga, bukan karena penawaran si pembeli, tetapi karena inisiatif si penjual. Mungkin pembeli tersebut membeli dalam jumlah banyak, barang yang dijual tinggal sedikit dan sudah sisa pilihan orang, jadi tidak sebesar atau sesegar produk sebelumnya.

Atau harga barang yang dibeli digenapkan. Misalkan Rp51.000, jadi hanya Rp50.000 saja. Biar tidak repot memberi kembalian, atau karena penjual tersebut tidak memiliki uang kembalian pecahan kecil.

Itu pun pengurangan harga yang diberikan penjual kepada pembeli tidak begitu banyak. Biasanya hanya berkisar ribuan saja, tidak sampai belasan ribu per total belanjaan.

Jual ikan hiu hingga ikan pari. | Dokumentasi Pribadi
Jual ikan hiu hingga ikan pari. | Dokumentasi Pribadi

Saya jadi ingat saat pertama kali berbelanja di pasar tradisional Kota Batam. Saat itu saya tidak jadi berbelanja karena setiap kali minta potongan harga kepada penjual hanya diberi potongan harga Rp1.000. Beberapa bahkan ada yang menolak memberi potongan harga.

Waktu itu saya berpikir, mungkin saya tidak jago nawar. Jadi, daripada kena getok harga  mending nanti saya balik lagi saja berbelanja bareng tetangga sebelah rumah. Sehingga, saat itu saya memutuskan untuk berbelanja sementara di supermarket yang memang menerapkan harga pas.

Udang yang dijual beraneka jenis, tinggal pilih. | Dokumentasi Pribadi
Udang yang dijual beraneka jenis, tinggal pilih. | Dokumentasi Pribadi

Belakangan saya tahu, barang-barang yang dijual di pasar tradisional Kota Batam memang ditawarkan dengan harga sebenarnya, harga pas, bukan harga untuk ditawar lagi seperti di beberapa pasar tradisional pada umumnya. Jadi kalau ada pembeli yang menawar, penjual biasanya dengan halus menolak.

Pantas selama berbelanja, pembeli hanya menanyakan berapa harga barang yang akan mereka beli, setelah itu pilih-pilih, lalu membayar begitu saja. Tidak ada tawar menawar harga. 

Terkadang ada yang menjual ikan yang tidak biasa. | Dokumentasi Pribadi
Terkadang ada yang menjual ikan yang tidak biasa. | Dokumentasi Pribadi

Bagus sebenarnya sistem seperti ini. Apalagi untuk orang yang tidak tahu harga pasaran dan tidak jago menawar. Jadi saat berbelanja di pasar tradisional, tidak khawatir kena getok harga.

Harga Ikan dan Daging Seragam

Harga daging ayam, daging sapi, ikan, sotong, udang yang dijual di setiap lapak di suatu pasar tradisional di Kota Batam umumnya seragam. Bila lapak yang satu menjual daging ayam potong segar Rp36.000/kilo gram, lapak yang lain juga akan menjual di harga yang sama.

Harga ikan dan daging dijual seragam antara lapak penjual yang satu dengan yang lain. | Dokumentasi Pribadi
Harga ikan dan daging dijual seragam antara lapak penjual yang satu dengan yang lain. | Dokumentasi Pribadi

Kalau pun ada yang menjual dengan harga yang lebih rendah, biasanya karena jenisnya yang berbeda. Mungkin yang dijual ayam potong es. Atau kalau udang atau sotong, ukurannya lebih kecil. Atau kesegarannya sudah berkurang. Mungkin sudah disimpan satu-dua hari sebelumnya, bukan baru diambil dari pusat penangkaran.

Semua Sayur dan Bumbu Dapur Ditimbang

Saat pertama kali pindah ke Batam saya sedikit stress. Harga sayuran di Batam itu lumayan tinggi. Pernah harga sekilo kangung, kacang panjang, hampir sama dengan harga sekilo daging ayam. Duh, padahal saya orang Sunda yang kadang lebih memilih makan sayuran dibanding makan daging.

Semua sayuran dan bumbu dapur ditimbang, dijual per kilo, termasuk kangkung dan petai. | Dokumentasi Pribadi
Semua sayuran dan bumbu dapur ditimbang, dijual per kilo, termasuk kangkung dan petai. | Dokumentasi Pribadi

Selain itu, harga sayuran juga dibuat per kilo, bukan perikat seperti di beberapa kota di Indonesia. Kangkung, bayam, sawi, dijual per kilo gram. Bahkan petai yang biasanya di kota lain dijual per papan, di Batam dijual per kilo. Jadi kalau mau beli petai ditimbang dulu, termasuk bonggol-bonggolnya yang berwarna cokelat.

Pisang pun demikian. Kalau di kota lain pisang dijual per sisir, atau per tandan, di Batam dijual per kilo. Pisang yang mau dibeli ditimbang dulu, baru dibayar sesuai beratnya. 

Tidak diseragamkan per sisir berapa gitu, atau per tandan berapa. Walaupun memang pas dibeli tidak boleh satuan, tetap harus satu sisir atau setengah sisir. Atau sesuai dengan porsi yang sudah dipotong si penjual.

Beras Dijual Per Kilo, Bukan Per Liter

Tak hanya sayuran yang dijual per kilo gram, beras pun demikian. Bila di kota lain beras eceran biasanya dijual dengan besaran liter, di Batam dijual dengan besaran kilo gram.

Dulu, pas pertama kali pindah ke Batam, saya sedikit bingung. Tapi sekarang sudah biasa, apalagi sekarang jarang beli beras eceran. Biasanya langsung membeli beras karungan antara lima liter hingga 10 liter.

Telur Dijual Per Butir

Nah, kalau sayuran dan beras dijual per kilogram, telur ayam di Batam justru dijual per satuan. Nyaris tidak ada yang dijual per kilo gram. Biasanya dijual per 10 butir. Tetapi bisa juga dibeli satuan. Satu telur biasanya dijual beda-beda, tergantung besar kecilnya telur tersebut.

Penjual biasanya sudah memisahkan telur-telur tersebut berdasarkan ukuran. Meski beberapa ada juga yang disatukan. Mungkin karena ukuran telur-telurnya juga memang nyaris sama.

Kalau keunikan di pasar tradisional di kota teman-teman Kompasianer seperti apa? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun