Saat pertama kali pindah ke Batam saya sedikit stress. Harga sayuran di Batam itu lumayan tinggi. Pernah harga sekilo kangung, kacang panjang, hampir sama dengan harga sekilo daging ayam. Duh, padahal saya orang Sunda yang kadang lebih memilih makan sayuran dibanding makan daging.
Selain itu, harga sayuran juga dibuat per kilo, bukan perikat seperti di beberapa kota di Indonesia. Kangkung, bayam, sawi, dijual per kilo gram. Bahkan petai yang biasanya di kota lain dijual per papan, di Batam dijual per kilo. Jadi kalau mau beli petai ditimbang dulu, termasuk bonggol-bonggolnya yang berwarna cokelat.
Pisang pun demikian. Kalau di kota lain pisang dijual per sisir, atau per tandan, di Batam dijual per kilo. Pisang yang mau dibeli ditimbang dulu, baru dibayar sesuai beratnya.Â
Tidak diseragamkan per sisir berapa gitu, atau per tandan berapa. Walaupun memang pas dibeli tidak boleh satuan, tetap harus satu sisir atau setengah sisir. Atau sesuai dengan porsi yang sudah dipotong si penjual.
Beras Dijual Per Kilo, Bukan Per Liter
Tak hanya sayuran yang dijual per kilo gram, beras pun demikian. Bila di kota lain beras eceran biasanya dijual dengan besaran liter, di Batam dijual dengan besaran kilo gram.
Dulu, pas pertama kali pindah ke Batam, saya sedikit bingung. Tapi sekarang sudah biasa, apalagi sekarang jarang beli beras eceran. Biasanya langsung membeli beras karungan antara lima liter hingga 10 liter.
Telur Dijual Per Butir
Nah, kalau sayuran dan beras dijual per kilogram, telur ayam di Batam justru dijual per satuan. Nyaris tidak ada yang dijual per kilo gram. Biasanya dijual per 10 butir. Tetapi bisa juga dibeli satuan. Satu telur biasanya dijual beda-beda, tergantung besar kecilnya telur tersebut.
Penjual biasanya sudah memisahkan telur-telur tersebut berdasarkan ukuran. Meski beberapa ada juga yang disatukan. Mungkin karena ukuran telur-telurnya juga memang nyaris sama.