Usai lebaran sedikit membaik, setidaknya tidak setiap malam dan tidak setiap hari. Seminggu paling dua kali "kambuh" seperti itu. Namun, saat Ramadan 2021 lalu, setiap malam dan setiap pagi mati air. Jadi, nyala air di rumah hanya dari pukul 15.00 sampai dengan 20.00. Nyala lagi pukul 03.00 sampai pukul 08.00. Saking kesalnya, saya sampai membuat status di facebook, mati air sudah seperti nama rumah makan padang, siang-malam hehe.
Sebenarnya mati air wajar. Sebab, pasti ada saja perbaikan/pemeliharaan yang harus dilakukan oleh pengelola SPAM yang berdampak kepada suplai air. Namun, bila terjadi setiap hari, dengan durasi yang cukup lama. Tidak lagi wajar. Harus ada upaya untuk memperbaiki hal tersebut.
Ingat lho, tidak semua pelanggan memungkinkan untuk memiliki penampungan air. Apalagi dalam jumlah banyak. Sebaiknya, memang sistem distribusi air bersihnya dibenahi. Sehingga, kalaupun mati air sifatnya insidensial, bukan rutin dengan jadwal yang sama setiap hari.
Jadi sebelum memutuskan operator pengelola SPAM yang baru, BP Batam sebaiknya sudah memiliki daftar daerah-daerah yang suplai airnya belum optimal. Permasalahannya di sana seperti apa. Jangan sampai permasalahan tersebut hanya diatasi dengan buka-tutup katup/valve.
Sebaiknya disusuri akar masalahnya, sehingga suplai air ke setiap pelanggan bisa optimal. Bila memang pipa di perumahan pelanggan bermasalah, terlalu kecil, tidak lagi representatif karena pertambahan jumlah pelanggan yang cukup signifikan, diganti. Bila memang arealnya terlalu tinggi sehingga air tidak bisa mengalir secara optimal ke daerah sana, diakali dengan teknologi. Atau bangun tanki air di sekitar daerah tersebut. Sehingga air bisa tetap optimal.
BP Batam harus memastikan pengelola SPAM baru yang terpilih kelak, mau berkomitmen memperbaiki suplai air yang belum optimal. Diperinci juga tahapannya seperti apa, deadline teratasinya kapan.
CSR Hanya untuk Menjaga Ketahanan Air Bersih
Sumber daya air di Batam sangat terbatas. Sumber air baku di Pulau Batam hanya mengandalkan air hujan yang di tampung di waduk/dam. Oleh karena itu, sebaiknya untuk pengelola SPAM Batam ke depan, BP Batam mewajibkan dana CSR hanya dikeluarkan untuk menjaga sumber daya air di Batam.
Tidak perlu lah membuat acara futsal, beasiswa, atau sapi kurban seperti yang dilakukan oleh pengelola air perpipaan sebelumnya. Bukan, bukan, kegiatan tersebut kurang bermanfaat. Hanya saja, menjaga sumber daya air di Pulau Batam lebih krusial dibanding kegiatan-kegiatan tersebut.
Biarlah perusahaan lain yang melakukan kegiatan di bidang itu. Untuk pengelola SPAM sebaiknya lebih mengutamakan CSR di bidang lingkungan. Menjaga dam, menjaga ketahanan air bersih di Batam. Toh, hasilnya untuk masyarakat Batam juga. Apalagi air merupakan elemen paling penting untuk kehidupan.
Sudah sangat panjang tulisannya. Sekian. Salam Kompasiana! (*)