Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lelang Pengelolaan SPAM, Ini 6 Saran untuk BP Batam

27 Mei 2021   16:08 Diperbarui: 27 Mei 2021   16:18 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini di setiap Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik BP Batam memang sudah memiliki gedung sendiri. Hanya saja menurut saya, gedung-gedung tersebut kurang representatif. Lokasinya lumayan jauh dari jalan utama. Selain itu, selain di IPA Mukakuning, kantor-kantor tersebut tidak terlalu besar.

Apalagi untuk konsesi ke depan BP Batam rencananya akan memisahkan antara kerjasama di bagian hulu dan hilir. Jadi ada operator swasta sendiri yang akan mengelola bagian hulu, yakni waduk/dam dan IPA, dan ada operator swasta sendiri untuk mengelola bagian hilir, yakni pendistribusian air bersih dari IPA ke pelanggan, penanganan kebocoran, dan layanan pelanggan.

Nah, gedung-gedung di sekitar IPA sudah pasti lebih cocok untuk operator baru yang mengelola bagian hulu. Untuk operator yang mengelola bagian hilir sebaiknya memiliki gedung baru milik sendiri. Setidaknya untuk kantor pusat. Kantor utama dan kantor pelayanan pusat.

Kalau untuk kantor pelayanan cabang, tidak masalah menyewa seperti saat ini. Toh sifatnya juga sementara. Kantor pelayanan pembantu hanya untuk membantu mengikis jarak dengan pelanggan. Mempermudah pelanggan mendapatkan pelayanan. Bila ke depan tempatnya dinilai kurang representatif, atau tidak lagi diperlukan, tinggal ditutup atau dipindahkan.

Hindari Potensi Saling Tunjuk Kesalahan

Bila ada dua operator swasta berbeda yang mengelola SPAM Batam, tentu akan ada potensi konflik tersendiri. Saat ada gangguan suplai air, air yang didistribusikan kepada pelanggan keruh, berbusa, berbau, atau tidak sesuai standar, jangan sampai alih-alih mengatasi permasalahan tersebut, pengelola bagian hulu dan hilir malah saling menyalahkan.

Oleh karena itu BP Batam harus secara jelas membuat batasan dan tanggung jawab antara pengelola bagian hulu dan hilir. Apalagi ini nanti swasta dengan swasta lho, kedudukannya sama. Hanya sebagai operator. Bukan lagi seperti ATB dengan BP Batam dulu. Swasta dan instansi pemerintah. Operator dengan regulator.

Membenahi Daerah yang Belum Terlayani Secara Optimal

ATB dulu pernah mengklaim, kontinyuitas suplai air rata-rata per hari adalah 23,7 jam. Itu berarti bila di rata-rata mereka hanya mati air sekitar lima jam per hari. Bila dikalkulasikan secara hari totalnya sedikit sih. Selama sebulan hanya mati air sekitar enam hari delapan jam. Namun, bagi yang mengalami lumayan juga lho. Apalagi bila mati airnya di jam-jam biasa kita mengerjakan pekerjaan rumah.

Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kesal, dongkol. Apalagi bila tidak sempat menampung air. Makin deh geram. Terlebih bila matinya bukan karena ada perbaikan, kebocoran atau hal lain yang memang krusial. Mati begitu saja secara tiba-tiba.

Dulu sewaktu masih di kelola ATB, saya sering juga kena penggiliran mati air. Biasanya pukul 20.00 air mulai mati, nyala lagi pukul 05.00. Nyaris setiap malam seperti itu. Mau gosok gigi dan cuci muka sebelum tidur tidak ada air. Sekarang setelah dikelola PT Moya Indonesia mati airnya tidak setiap malam. Namun, pagi pun suka mati air. Jam 09.00 mati, nyala lagi sore pukul 15.00.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun