Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Sosok Istimewa Tiada Dua

16 November 2020   11:14 Diperbarui: 16 November 2020   11:18 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan si sulung. Dokumentasi pribadi.

Kalau saya pribadi, meski anak  sudah menyatakan mengerti dengan materi yang diajarkan sang guru, saya akan meminta anak memahami ulang materi yang dipelajari. Terlebih saat ia akan mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru.

Untuk pelajaran non eksakta, saya akan meminta anak membaca ulang materi yang diajarkan dari buku paket. Saat membaca, saya juga akan meminta si kecil memberi tanda hal-hal yang dirasa penting. Biasanya diberi garis bawah atau diwarnai. Setelah selesai, saya baru meminta anak mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Untuk pelajaran eksakta, saya akan meminta anak mengerjakan soal yang setipe dengan soal latihan yang diberikan oleh guru. Biasanya saya membuat soal sendiri, "mencontek" dari soal yang diberikan guru. Saya hanya mengganti jenis dan jumlah benda yang harus dihitung. Nanti kalau anak mengatakan sudah mengerti, baru diminta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Sebisa mungkin saya tidak secara langsung membantu anak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Biar anak belajar memecahkan masalah sendiri. Belajar mengerjakan beragam tipe soal. Terlebih tugas yang diberikan guru umumnya bertujuan untuk mengukur kemampuan akademis siswa. Apakah anak sudah mengerti dengan materi yang dijelaskan, atau masih belum mengerti. Bila anak bisa mengerjakan tugas tersebut dengan baik dan benar, seharusnya anak sudah mengerti dengan materi yang diajarkan.

Jujur, menjadi "guru sekolah" bagi anak sendiri merupakan tantangan. Saya harus telaten mengajari hingga anak benar-benar mengerti. Sebab, kalau bukan kita yang mengajari hingga anak bisa, siapa lagi? Terlebih saat pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19. Belajar secara virtual dengan guru terbatas.

Guru tidak seleluasa menerangkan saat belajar secara tatap muka langsung. Apalagi namanya anak-anak, saat diterangkan gurunya melalui aplikasi google meet, ngakunya mengerti-mengerti saja. Saat sudah selesai dan diminta mengerjakan soal, baru bilang sebenarnya belum begitu mengerti dengan materi tersebut.  

Beruntung anak saya baru kelas tiga SD, materi pelajaran yang dipelajari tidak begitu sulit. Pelajaran eksak hanya matematika. Itu pun masih yang sederhana. Saya masih menguasai materi tersebut. Sehingga, tidak ada kendala berarti saat diminta anak mengajarkan ulang hingga ia mengerti dengan materi tersebut.

Sebagai Ibu, Tak Pernah Ada Kata Berhenti Belajar

Sebagai sekolah pertama bagi sang buah hati, ibu dituntut cerdas dan berwawasan luas. Tak hanya secara intelektual, tetapi juga secara emosional. Oleh karena itu, bagi seorang ibu, tak pernah ada kata berhenti belajar. Apalagi saat membesarkan anak, kita tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman. Kita harus tahu ilmunya. Agar tumbuh kembang anak dapat optimal, baik secara fisik maupun mental.

Satu hal yang harus diingat, anak itu peniru ulung. Ia tidak hanya belajar dari apa yang kita katakan, tetapi juga dari apa yang kita lakukan. Itu makanya, bila ingin memiliki anak yang ramah, kita sebagai ibu harus ramah, bila ingin anak kita berani, kita juga harus berani, bila ingin anak rutin makan buah, kita harus rutin makan buah, bila ingin anak suka membaca, kita juga harus suka membaca.

Selain itu, meski bagi orang lain kita adalah "remahan rengginang", bagi seorang anak seorang ibu adalah idolanya. Seorang yang hebat. Perempuan super. Sosok yang ingin ia tiru. Oleh karena itu, setiap kali si buah hati ingin tahu sesuatu, orang pertama yang ia tanya adalah sang ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun