Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran Hampir Tiba, Kue Kering Apa yang Paling Kamu Suka?

15 Mei 2020   20:49 Diperbarui: 15 Mei 2020   20:58 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deretan kering yang dijual di salah satu supermarket Kota Batam, Kepulauan Riau. | Dokumentasi Pribadi

Sama seperti halnya ketupat dan opor ayam, merayakan Hari Raya Idulfitri tanpa sajian kue kering rasanya kurang afdol. Kemeriahaan lebaran rasanya sedikit berkurang. Alhasil, satu-dua hari sebelum Hari Raya Idulfitri tiba, aneka kue kering biasanya sudah dijejerkan di meja. Siap untuk disuguhkan bagi para tamu yang berkunjung untuk silaturahmi.

Ada yang sengaja secara khusus membuat sendiri kue-kue kering itu, ada yang memesan ke tukang kue langganan, ada juga yang memilih cara praktis, yakni membeli aneka kue kering yang sudah jadi yang ditawarkan di berbagai toko kue dan supermarket. Tinggal menyiapkan uang, bisa langsung membawa pulang bertoples-toples kue kering.

Dulu saat saya kecil, jenis kue kering yang disajikan sangat terbatas. Kue kering yang selalu ada di meja tamu keluarga kami adalah kue kering semprit bikinan sendiri. Sisanya, kue-kue tradisional kampung yang juga dibuat sendiri satu minggu sebelum lebaran. Biasanya usai sahur, kami sekeluarga tidak melakukan aktivitas lain selain membuat kue.

Jadwal membuat kue disesuaikan dengan ketahanan dari kue tersebut. Semakin tahan kue itu disimpan, semakin cepat ia dibuat. Dulu saat saya kecil, kue yang pertama kali selalu dibuat adalah jipang. Jipang ini adalah kue yang dibuat dari aron --beras ketan yang dijadikan seperti nasi kemudian dikeringkan, setelah kering digoreng hingga keriuk. Setelah berbentuk butiran nasi seperti kerupuk, dicampur gula pasir, dicetak, kemudian diiiris panjang-panjang.

Setelah itu membuat kue cincin. Kue cincin itu dibuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah cair. Setelah dicampurkan hingga kalis, dibuat bulat-bulat seperti donat, setelah itu digoreng. Biasanya setiap habis sahur saya didaulat membantu membulat-bulatkan kue cincin, ibu saya yang menggoreng.

Selain kue cincin, kami juga membuat wajit. Biasanya wajit yang dibuat dari campuran beras ketan, kelapa dan gula pasir/gula merah itu, ibu saya yang membuat. Beliau membolak-balikan adonan selama beberapa jam hingga adonan mengental dan berbentuk seperti lem. Saya biasanya hanya membantu mengemas ke kertas wajit yang dibuat kotak kecil memanjang.

Kue jipang. | Gambar diambil dari detik.com
Kue jipang. | Gambar diambil dari detik.com
Setelah saya beranjak remaja, ibu saya sudah jarang membuat kue-kue tradisional. Kue tradisional berganti dengan kue kering modern, seperti putri salju, nastar, kastengel, lidah kucing, ketapang dan kue kacang. Kue-kue tersebut ada yang dibuat sendiri, ada juga yang dibeli dari teman atau kerabat.

Terlebih, usai pulang mudik dari rumah nenek, nenek saya biasanya membawakan beragam kue tradisional tersebut saat kami pulang. Sehingga, daripada double-double kuenya, lebih baik kami membuat dan membeli kue-kue masa kini, nenek membuat kue tradisional. Sehingga, bisa saling bertukar kue.

Lalu Mana Kue Kering yang Paling Favorit?

Saya pribadi paling suka kue kering semprit. Entah mengapa, sejak dulu tidak pernah bisa menolak pesona dari kue kering ini. Membuat sendiri, atau beli, rasanya selalu enak. Mungkin karena bahan kue semprit sangat standar. Tidak ada edisi premium seperti kue kering yang lain.

Kue kering semprit. | Gambar diambil dari cookpad.com
Kue kering semprit. | Gambar diambil dari cookpad.com
Bahan utamanya hanya tepung terigu, margarin, telur dan gula pasir. Takaran dari bahan-bahan utamanya juga umumnya harus proporsional, tidak boleh ada yang kurang ataupun berlebihan Nanti bisa terlalu keras, atau justru ambyar. Mungkin ini juga salah satunya ya, mengapa kue semprit rasanya hampir selalu sama.

Beberapa ada juga yang mengembangkan kue semprit ini dengan varian rasa yang lain, seperti cokelat, keju, sagu hingga red velvet. Namun, secara keseluruhan, ada benang merah diantara kue-kue semprit itu. Ada rasa yang khas yang langsung terasa di lidah saat pertama kali menggigit --kecuali yang rasa sagu.

Selain faktor rasa, saya menyukai kue semprit sepertinya karena unsur terbiasa. Setiap Idulfitri, kue ini selalu hadir menemani. Selalu tersaji di meja tamu kami. Kue ini seperti kue legendrais keluarga. Kue andalan untuk disuguhkan kepada para tamu. Meski terkadang membuat sendiri, terkadang membeli.

Dulu saya mengira kue kering ini kue asli Indonesia. Sebab sejak saya masih bocah, di setiap rumah, baik di kota maupun desa, hampir selalu tersedia kue kering semprit ini setiap kali lebaran tiba. Namun, setelah membaca beberapa referensi, kue semprit katanya berasal dari Jerman sana.

Nama asli kue semprit pun ternyata sangat khas Jerman, "spritz", yang kalau dalam Bahasa Indonesia berarti "semprot" atau "muncrat". Nama tersebut sangat sesuai dengan cara membuatnya. Adonan kue dimuncratkan dengan alat pembuat kue secara khusus. Biasanya berbentuk huruf "S" atau "O".

Beberapa ada juga yang dibuat berbentuk bunga, biasanya tengah-tengah dari kue tersebut diberi choco chips sebagai pemanis. Sebagian ada juga yang dibentuk persegi panjang begitu saja. Bentuk kue ini memang sesuai selera dari yang membuat, meski umumnya berbentuk bunga mawar atau huruf "O".

Percayalah Setiap Kue Kering Ada Penggemarnya

Diantara semua kue kering yang selalu disuguhkan saat lebaran, saya tidak terlalu suka dengan kastangel. Kue kering keju yang biasanya disajikan dengan ukuran persegi panjang tersebut menurut saya rasanya sedikit aneh. Asin tetapi hanya samar-samar. Tidak ada rasa manis sama sekali seperti umumnya kue-kue kering.

Aneka kue yang disuguhkan saat lebaran. | Dokumentasi Pribadi
Aneka kue yang disuguhkan saat lebaran. | Dokumentasi Pribadi
Namun jangan salah, anak sulung saya justru pecinta kue ini. Mungkin efek sangat menyukai keju. Kue kering yang berasal dari Belanda ini memang berbahan dasar keju. Seperti yang kita tahu, Belanda memang salah satu penghasil keju. Sehingga tak heran kue ini sangat kental dengan keju. Selain sebagai bahan dasar, hiasan untuk kue juga terbuat dari taburan keju.

Selain kastangel, saya juga tidak terlalu suka dengan kue kering putri salju. Menurut saya rasanya kurang paripurna. Namun jangan salah, bagi kebanyakan orang, sama halnya seperti nastar, kue putri salju merupakan salah satu kue wajib hidang saat Idulfitri tiba. Kue ini hampir selalu ada di meja-meja ruang tamu yang menggelar open house.

Suami saya salah satu pecinta kue putri salju. Biasanya ia rajin memesan kue putri salju ke salah satu rekan yang biasa menjual aneka kue kering setiap kali Idulfitri menjelang. Terkadang, sebelum lebaran tiba, kue tersebut sudah nyaris habis karena dicicil dikudap. Alhasil, beberapa hari menjelang Idulfitri, melipir ke supermarket untuk membeli kembali kue putri salju untuk hidangan tamu saat Idulfitri.

Kadang kue kering favorit saat lebaran itu bukan enak atau tidak enak, tetapi biasa atau tidak biasa. Sejak kecil, saya mungkin terbiasa mengkonsumsi kue-kue kering dengan rasa manis yang lumayan pekat. Sehingga, kastangel dan kue putri salju tidak begitu saya suka. Namun, kue-kue yang manisnya paripurna seperti nastar, kue kacang, lidah kucing saya sangat suka.

Lalu, kue kering apa yang biasanya selalu juara saat Idulfitri tiba? Jawaranya sangat mudah ditebak, yakni nastar, disusul kue putri salju. 

Kalau teman-teman Kompasianer, kue kering apa yang paling disuka? Yuk, berbagi di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun