Selain bapak penjual es lilin, di perumahan tempat saya tinggal juga suka ada anak kecil yang menjual aneka buah-buahan. Buah-buahan itu biasanya dikemas per kilo gram di sebuah plastik. Biasanya anak itu membawa beberapa kantung buah. Tidak tentu. Dijajakan dengan cara berjalan kaki.
Saat anak itu pertama kali berjualan di pemukiman tempat saya tinggal, saya mengira itu anak tetangga yang keletihan dan menumpang duduk. Kala saya iseng bertanya, ternyata ia berjualan buah. Ia katanya berjalan kaki dari Batuaji sambil menjajakan buah. Bila sudah terjual semua baru pulang.
Saat tahu anak tersebut berjalan kaki dari Batuaji, saya sedikit terperanjat. Jarak dari rumah soalnya lumayan jauh. Menggunakan kendaraan roda empat saja jarak tempuhnya bisa 30 hingga 45 menit. Apalagi berjalan kaki. Biasanya saat anak tersebut berjualan saya membeli dua sampai tiga kantung.
Sudah agak lama anak itu tidak terlihat, biasanya seminggu atau dua minggu sekali suka muncul, sore-sore manawarkan buah salak hingga lengkeng. Mungkin efek pandemi Covid-19 sehingga ia tidak berjualan lagi, atau sebelum sampai ke daerah tempat saya tinggal buah yang ia jual sudah keburu habis.
Saya suka bersedekah dengan membeli dagangan seperti itu. Selain membantu si penjual, kita juga sekalian membeli untuk memenuhi kebutuhan kita. Apalagi produk yang mereka jajakan juga berkualitas bagus. Bedanya, kita tidak leluasa memilih seperti berbelanja di toko karena barang yang dijual hanya itu.
Menyantuni Pemulung
Beberapa waktu belakangan ini, saya sering menyisihkan uang untuk memberi sedekah beberapa pemulung. Jumlahnya tidak tentu, tergantung dari kondisi dompet. Biasanya tidak ada kriteria khusus pemulung seperti apa yang saya beri sedekah, saat melihat pemulung itu hati merasa tergerak untuk sedekah, saya langsung sedekah begitu saja.
Kepada pemulung itu saya lebih suka memberi uang, bukan makanan atau barang. Bukan apa-apa, kalau uang mereka bisa gunakan untuk keperluan apapun. Kalau makanan terkadang mereka juga sudah punya. Terkadang di gerobaknya, suka ada beberapa bungkus makanan. Saat ditanya, katanya tadi ada yang memberi.
Uang bisa digunakan untuk biaya anak si pemulung sekolah, bisa juga untuk berobat bila memang sedang ada yang sakit. Atau bisa juga untuk keperluan lain. Kalau pun memberi barang bekas, biasanya memberi botol-botol kemasan, atau jerigen plastik. Biasanya saya kumpulkan dari bekas minyak goreng atau air minum dalam kemasan.
Bila diberi pakaian bekas, sepatu atau tas bekas kadang ada beberapa dari mereka yang tidak mau. Biasanya terpentok dari segi ukuran. Terlalu kecil, atau malah terlalu besar. Terkadang karena mereka juga sudah sepuh dan tinggal sebatang kara. Sehingga, tidak memerlukan barang-barang seperti itu.
Sedekah yang saya lakukan belum seberapa dibanding yang sudah dilakukan oleh orang-orang lain di luar sana. Namun, sedekah sekecil ini pun ternyata sudah membuat saya bahagia. Connecting happiness melalui sedekah sangat terasa. Kadang berpikir, apalagi kalau sedekah lebih besar ya? Rasa bahagianya pasti lebih besar.