Saat membeli bumbu dapur di pasar tradisional Kota Batam, Kepulauan Riau, saya jarang menanyakan harga. Biasanya saya langsung memilih sesuai kebutuhan, setelah itu langsung membayar.Â
Bukan apa-apa, harga berbagai komoditas bahan pangan di pasar tradisional Kota Batam, umumnya sudah harga pas. Bukan harga tawar seperti di beberapa pasar tradisional di kota lain.
Selain itu, harga bumbu dapur di setiap lapak pasar tradisional juga umumnya nyaris sama, paling ada satu-dua kios yang memberikan selisih harga lebih terjangkau sekitar Rp1.000 atau Rp2.000 per kilogram.Â
Namun, karena jarang membeli bumbu dapur dalam jumlah banyak, saya biasanya berbelanja bumbu dapur secara random di lapak mana saja yang menawarkan bumbu dapur lebih segar.
Bila membeli langsung banyak khawatir mubazir. Apalagi untuk masakan tertentu, saya lebih suka membeli bumbu jadi yang sudah dihaluskan.
Namun pada momen-momen tertentu, saya lumayan peduli terkait harga. Bukan apa-apa, khawatir uang belanja yang dibawa tidak mencukupi untuk membeli semua bahan pangan yang dibutuhkan. Bila ada bumbu dapur yang harganya sedang melonjak, dan ternyata saya tidak terlalu memerlukan, biasanya saya skip dulu.
Saat Ramadan seperti ini misalnya, saya lumayan aware terkait harga cabai dan bawang. Saat Ramadan, harga kedua bahan pangan itu biasanya melonjak cukup signifikan. Sehingga, sebelum membeli saya biasanya menanyakan terlebih dahulu. Apalagi bila di rumah masih ada sisa kedua bahan pangan tersebut.
Namun Ramadan tahun ini sepertinya sedikit berbeda. Berdasarkan obrol-obrol dengan beberapa penjual di Pasar Cahaya Garden, Batam, di hari kelima Ramadan, Selasa, 28 April 2020, harga bumbu dapur relatif stabil. Harga bawang merah dan bawang putih masih dikisaran Rp35.000 hingga Rp36.000 per kilo gram. Tomat sekitar Rp10.000 hingga Rp12.000 per kilo gram. Nah, harga cabai yang justru turun.
Saya sedikit terperanjat, biasanya setiap Ramadan harga cabai selalu "pedas". Harga cabai selalu melambung tinggi --"lupa turun", hingga Idulfitri tiba. Alhasil, ibu-ibu doyan pedas seperti saya harus rela mengeluarkan uang ekstra untuk berbelanja cabai rawit dan cabai merah.
Harga Sayuran Lebih Terjangkau, Ikan dan Daging Sapi Stabil
Secara keseluruhan harga bahan pangan di Kota Batam relatif stabil. Tidak ada yang melonjak drastis melampaui batas. Bahan-bahan pangan juga sangat mudah didapat. Pembeli juga sepertinya masih membeli dalam jumlah yang wajar. Tidak pernah ada panic buying seperti yang terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.
Akhir Maret hingga pertengahan April 2020, harga kangkung dan bayam sempat dibanderol Rp22.000 hingga Rp24.000 per kilo gram. Kini harga kedua sayuran itu kembali normal, hanya Rp10.000 per kilo gram. Harga sayuran di Batam memang fluktuatif. Tanpa ada alasan apapun suka tiba-tiba naik sendiri. Tidak lama kembali turun.
Walaupun sayuran-sayuran itu dikemas dengan cara diikat, saat membayar akan ditimbang terlebih dahulu. Itu makanya bila ada daun kangkung yang tidak mulus, lebih baik disingkirkan dari ikatan yang akan kita beli. Lumayan mengurangi berat hehe.
Untuk daging sapi tidak ada perubahan harga, tetap stabil di harga Rp90.000 per kilo gram. Hanya saja untuk ayam potong yang sudah bersih, tanpa jeroan dan kaki plus kepala, naik lumayan, harga sebelum Ramadan Rp30.000 per kilo gram, kini menjadi Rp38.000 per kilo gram.
Harga hewan laut biasanya sedikit melonjak saat musim angin utara, saat nelayan kesulitan melaut untuk mencari ikan. Namun, biasanya itu juga untuk jenis ikan tertentu saja.
Efek Covid-19, Pasar Tradisional Lebih Lengang
Pasar Tradisional Cahaya Garden merupakan salah satu pasar tradisional favorit di Kota Batam. Hampir setiap hari pasar ini ramai pengunjung. Namun, saat Covid-19 menerpa, perlahan pasar lebih lengang. Apalagi bila berkunjung saat siang hari. Lorong di pasar terlihat lebih sepi, padahal biasanya selalu ramai.
Meski terlihat sepi, banyak lapak ikan yang sudah tutup atau ikan yang dijual hanya tinggal satu-dua. Walaupun jumlah pengunjung terlihat lebih sedikit, jumlah bahan pangan yang dijual sepertinya masih tetap normal.Â
Pengunjung sepertinya memang mulai membatasi ke pasar tradisional, tetapi sekalinya berbelanja langsung membeli untuk kebutuhan satu minggu. Saya salah satunya.
Sebab, banyak penjual sayur yang membeli bahan pangan di pasar tradisional ini. Beberapa penjual di pasar tradisional lain juga tidak sedikit yang berbelanja di Pasar Tradisional Cahaya Garden.
Mau memilih berbelanja secara online (khawatir) mahal di ongkos. Pasar tradisional yang menerapkan penjualan secara daring di Kota Batam, lumayan jauh dari rumah. Sehingga, saya lebih memilih berbelanja sendiri secara berkala setiap lima hingga tujuh hari sekali.Â
Biasanya saya berbelanja secara singkat, tak lupa menggunakan masker dan sarung tangan. Setelah selesai berbelanja dan sampai rumah, langsung mandi dan mengganti semua pakaian.
Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H