Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bahan Pangan di Batam, Mudah Didapat, dan Harga Relatif Stabil

29 April 2020   12:05 Diperbarui: 29 April 2020   12:06 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga ikan dan seafood juga stabil. | Dokumentasi Pribadi

Saat membeli bumbu dapur di pasar tradisional Kota Batam, Kepulauan Riau, saya jarang menanyakan harga. Biasanya saya langsung memilih sesuai kebutuhan, setelah itu langsung membayar. 

Bukan apa-apa, harga berbagai komoditas bahan pangan di pasar tradisional Kota Batam, umumnya sudah harga pas. Bukan harga tawar seperti di beberapa pasar tradisional di kota lain.

Selain itu, harga bumbu dapur di setiap lapak pasar tradisional juga umumnya nyaris sama, paling ada satu-dua kios yang memberikan selisih harga lebih terjangkau sekitar Rp1.000 atau Rp2.000 per kilogram. 

Namun, karena jarang membeli bumbu dapur dalam jumlah banyak, saya biasanya berbelanja bumbu dapur secara random di lapak mana saja yang menawarkan bumbu dapur lebih segar.

Aneka sayur dan bumbu dapur. | Dokumentasi Pribadi
Aneka sayur dan bumbu dapur. | Dokumentasi Pribadi
Saya biasanya hanya membeli cabai, bawang, kunyit, kencur, hanya satu ons setiap kali berbelanja, paling banyak seperempat kilo gram. Tomat juga paling membeli sekitar lima biji yang berukuran sedang.  

Bila membeli langsung banyak khawatir mubazir. Apalagi untuk masakan tertentu, saya lebih suka membeli bumbu jadi yang sudah dihaluskan.

Namun pada momen-momen tertentu, saya lumayan peduli terkait harga. Bukan apa-apa, khawatir uang belanja yang dibawa tidak mencukupi untuk membeli semua bahan pangan yang dibutuhkan. Bila ada bumbu dapur yang harganya sedang melonjak, dan ternyata saya tidak terlalu memerlukan, biasanya saya skip dulu.

Saat Ramadan seperti ini misalnya, saya lumayan aware terkait harga cabai dan bawang. Saat Ramadan, harga kedua bahan pangan itu biasanya melonjak cukup signifikan. Sehingga, sebelum membeli saya biasanya menanyakan terlebih dahulu. Apalagi bila di rumah masih ada sisa kedua bahan pangan tersebut.

Namun Ramadan tahun ini sepertinya sedikit berbeda. Berdasarkan obrol-obrol dengan beberapa penjual di Pasar Cahaya Garden, Batam, di hari kelima Ramadan, Selasa, 28 April 2020, harga bumbu dapur relatif stabil. Harga bawang merah dan bawang putih masih dikisaran Rp35.000 hingga Rp36.000 per kilo gram. Tomat sekitar Rp10.000 hingga Rp12.000 per kilo gram. Nah, harga cabai yang justru turun.

Harga bumbu dapur relatif stabil. | Dokumentasi Pribadi
Harga bumbu dapur relatif stabil. | Dokumentasi Pribadi
Cabai rawit yang sebelumnya dibanderol Rp7.000 per ons, kini hanya Rp4.000 per ons. Penurunan harga yang paling signifikan terjadi pada cabai merah. Bila sebelumnya harga cabai merah Rp60.000 per kilo gram, kini hanya sekitar Rp23.000 hingga Rp25.000 per kilo gram.

Saya sedikit terperanjat, biasanya setiap Ramadan harga cabai selalu "pedas". Harga cabai selalu melambung tinggi --"lupa turun", hingga Idulfitri tiba. Alhasil, ibu-ibu doyan pedas seperti saya harus rela mengeluarkan uang ekstra untuk berbelanja cabai rawit dan cabai merah.

Harga Sayuran Lebih Terjangkau, Ikan dan Daging Sapi Stabil

Secara keseluruhan harga bahan pangan di Kota Batam relatif stabil. Tidak ada yang melonjak drastis melampaui batas. Bahan-bahan pangan juga sangat mudah didapat. Pembeli juga sepertinya masih membeli dalam jumlah yang wajar. Tidak pernah ada panic buying seperti yang terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.

Harga beras masih stabil. | Dokumentasi Pribadi
Harga beras masih stabil. | Dokumentasi Pribadi
Harga beras, minyak goreng, gula pasir, masih dikisaran yang sama. Ramadan dan wabah corona tidak membuat harga komoditas bahan pangan tersebut merambat naik. Harga sayuran malah justru kembali stabil. Saat corona mulai merebak, harga sayuran di Kota Batam sempat naik cukup signifikan.

Akhir Maret hingga pertengahan April 2020, harga kangkung dan bayam sempat dibanderol Rp22.000 hingga Rp24.000 per kilo gram. Kini harga kedua sayuran itu kembali normal, hanya Rp10.000 per kilo gram. Harga sayuran di Batam memang fluktuatif. Tanpa ada alasan apapun suka tiba-tiba naik sendiri. Tidak lama kembali turun.

Harga kangkung dan bayam yang sempat melonjak, saat Ramadan malah kembali normal. | Dokumentasi Pribadi
Harga kangkung dan bayam yang sempat melonjak, saat Ramadan malah kembali normal. | Dokumentasi Pribadi
Selain itu, semua sayuran dijual dengan cara ditimbang, tidak dijual per ikat atau per papan. Kangkung, bayam, genjer, daun singkong, daun pepaya, hingga petai tetap ditimbang dan dijual berdasarkan kilo gram. 

Walaupun sayuran-sayuran itu dikemas dengan cara diikat, saat membayar akan ditimbang terlebih dahulu. Itu makanya bila ada daun kangkung yang tidak mulus, lebih baik disingkirkan dari ikatan yang akan kita beli. Lumayan mengurangi berat hehe.

Untuk daging sapi tidak ada perubahan harga, tetap stabil di harga Rp90.000 per kilo gram. Hanya saja untuk ayam potong yang sudah bersih, tanpa jeroan dan kaki plus kepala, naik lumayan, harga sebelum Ramadan Rp30.000 per kilo gram, kini menjadi Rp38.000 per kilo gram.

Harga ayam mengalami sedikit kenaikan. | Dokumentasi Pribadi
Harga ayam mengalami sedikit kenaikan. | Dokumentasi Pribadi
Untuk ikan segar, udang, sotong, kerang masih stabil. Udang ditawarkan bervariasi tergantung dari ukuran, mulai dari Rp45.000 per kilo gram hingga Rp110.000 per kilo gram, sotong kecing Rp45.000 per kilo gram, sementara yang berukuran sangat besar Rp70.000 per kilo gram.

Harga ikan dan seafood juga stabil. | Dokumentasi Pribadi
Harga ikan dan seafood juga stabil. | Dokumentasi Pribadi
Harga aneka hewan laut memang cenderung lebih stabil. Mungkin karena Batam dikelilingi laut dan banyak warga yang berprofesi sebagai nelayan. 

Harga hewan laut biasanya sedikit melonjak saat musim angin utara, saat nelayan kesulitan melaut untuk mencari ikan. Namun, biasanya itu juga untuk jenis ikan tertentu saja.

Efek Covid-19, Pasar Tradisional Lebih Lengang

Pasar Tradisional Cahaya Garden merupakan salah satu pasar tradisional favorit di Kota Batam. Hampir setiap hari pasar ini ramai pengunjung. Namun, saat Covid-19 menerpa, perlahan pasar lebih lengang. Apalagi bila berkunjung saat siang hari. Lorong di pasar terlihat lebih sepi, padahal biasanya selalu ramai.

Lebih lengang. | Dokumentasi Pribadi
Lebih lengang. | Dokumentasi Pribadi
Satu hari menjelang Ramadan, pasar terlihat lebih ramai, tetapi tetap tidak seramai tahun lalu. Tahun lalu sampai berdesak-desakan, sampai sulit menunggu giliran untuk memilih ikan atau daging yang ingin di beli. Terkadang saat sampai ke depan lapak, ikan atau daging yang mau dibeli sudah keburu habis.

Saat pagi pengunjung lebih ramai. | Dokumentasi Pribadi
Saat pagi pengunjung lebih ramai. | Dokumentasi Pribadi
Kemarin (28/4) saat saya berkunjung, pengunjung pasar jauh lebih sepi. Entah karena saya datang lebih siang, sekitar pukul 09.00 WIB. Pengunjung Pasar Tradisional Cahaya Garden biasanya memang lebih ramai di pagi hari. Pasar ini buka sekitar pukul 05.00 WIB.

Meski terlihat sepi, banyak lapak ikan yang sudah tutup atau ikan yang dijual hanya tinggal satu-dua. Walaupun jumlah pengunjung terlihat lebih sedikit, jumlah bahan pangan yang dijual sepertinya masih tetap normal. 

Pengunjung sepertinya memang mulai membatasi ke pasar tradisional, tetapi sekalinya berbelanja langsung membeli untuk kebutuhan satu minggu. Saya salah satunya.

Lebih lengang. | Dokumentasi Pribadi
Lebih lengang. | Dokumentasi Pribadi
Selain itu, meski mulai banyak yang memilih berbelanja ke warung sayur dekat rumah untuk meminimalisir terpapar covid-19, bahan pangan di Pasar Tradisional Cahaya Garden sepertinya tetap laris. 

Sebab, banyak penjual sayur yang membeli bahan pangan di pasar tradisional ini. Beberapa penjual di pasar tradisional lain juga tidak sedikit yang berbelanja di Pasar Tradisional Cahaya Garden.

Lapak ikan. | Dokumentasi Pribadi
Lapak ikan. | Dokumentasi Pribadi
Meski khawatir dengan virus corona, saya termasuk yang lebih memilih berbelanja langsung ke pasar tradisional. Alasannya, lebih leluasa memilih bahan pangan yang dibutuhkan. Apalagi Pasar Cahaya Garden juga hanya berjarak sekitar 1,3 kilo meter dari rumah. Tidak terlalu jauh.


Mau memilih berbelanja secara online (khawatir) mahal di ongkos. Pasar tradisional yang menerapkan penjualan secara daring di Kota Batam, lumayan jauh dari rumah. Sehingga, saya lebih memilih berbelanja sendiri secara berkala setiap lima hingga tujuh hari sekali. 

Biasanya saya berbelanja secara singkat, tak lupa menggunakan masker dan sarung tangan. Setelah selesai berbelanja dan sampai rumah, langsung mandi dan mengganti semua pakaian.

Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun