Tidak muluk-muluk, Ramadan tahun ini saya hanya berharap menjadi pribadi yang lebih peduli. Seseorang yang lebih ringan untuk melakukan kebaikan-kebaikan kecil secara spontan.
Tanpa diminta terlebih dahulu, hanya melakukannya begitu saja, karena melihat orang tersebut memang perlu dibantu, dan saya --saat itu, kebetulan mampu untuk membantu.
Sejak kecil kita selalu diberi wajengan untuk ringan tangan, peduli kepada sesama, membantu orang yang membutuhkan secara spontan. Namun, seiring waktu, terkadang kita terlalu fokus dengan kepentingan sendiri. Alhasil, kita tidak terlalu menyadari dengan kesulitan yang dialami oleh orang lain. Terlebih hanya kesulitan-kesulitan kecil.
Hal Kecil, Berdampak Besar
Ada banyak kebaikan yang sudah saya terima, bahkan dari orang-orang yang tidak saya kenal. Bagi sebagian orang --bahkan bagi si penolong, mungkin itu hanya kebaikan kecil, pertolongan selintas lalu, tetapi bagi saya pribadi kebaikan-kebaikan tersebut sangat berarti. Alhasil, sangat terinspirasi untuk melakukan kebaikan yang sama.
Salah satu kebaikan yang masih saya ingat adalah saat saya akan membuka pagar rumah. Waktu itu saya baru pulang menjemput si sulung sekolah dengan menggunakan sepeda motor.Â
Tak mau repot, waktu itu saya membuka pintu pagar langsung dari atas motor. Tidak turun terlebih dahulu, begitu pula dengan si sulung yang saya bonceng di bagian belakang motor.
Sebelum-sebelumnya saya selalu sukses membuka pintu pagar rumah tanpa harus turun terlebih dahulu dari sepeda motor. Namun, hari itu tidak.Â
Saat akan membuka pintu pagar, motor saya tiba-tiba oleng. Saya dan si sulung hampir jatuh dari atas motor. Beruntung tiba-tiba ada tetangga yang sigap berlari dan menahan motor yang saya tumpangi.
Padahal tetangga saya itu perempuan. Dalam keadaan normal, sepertinya ia tidak akan sanggup menahan beban yang lumayan berat seperti itu. Namun, karena panik, dan sangat tulus menolong, beliau sanggup menahan motor tersebut hingga motor kembali dapat berdiri dalam keadaan stabil.
Kebaikan lain yang masih saya ingat adalah saat saya berbelanja lumayan banyak dari salah satu supermarket dekat rumah. Efek belanjaan yang terlalu berat dan banyak, kantung belanja yang saya gunakan jebol. Barang belanjaan berhamburan kemana-mana.
Apesnya, waktu itu saya menggunakan sepeda motor. Kantung belanjaan saya kaitkan di cantolan bawah sepeda motor. Kurang beruntungnya lagi, saat itu saya sedang melintasi tanjakan sekaligus belokan. Tidak memungkinkan untuk berhenti dan memunguti belanjaan tersebut secara langsung.
Namun tiba-tiba, ada orang baik hati yang memunguti belanjaan-belanjaan tersebut. Memasukan kembali ke kantung plastik yang bagian bawahnya sudah ia betulkan --meski tidak sempurna.Â
Setelah barang belanjaan tersebut selesai ia punguti, langsung diberikan kepada saya yang masih mematung di atas motor. Jujur, saya langsung terharu. Apalagi saya tidak kenal dengan orang baik tersebut.
Pernah juga kunci motor saya tidak sengaja dimasukan ke dalam bawah jok saat saya sibuk memotret suasana sebuah jalan. Waktu itu saya sempat panik. Bagaimana saya melanjutkan perjalanan, mana jarak ke rumah lumayan jauh. Beruntung di sekitar situ ada bengkel motor. saya akhirnya meminta tolong petugas bengkel untuk membongkar bagian jok agar kunci motor dapat dikeluarkan.
Namun tiba-tiba, saat si petugas bengkel menyiapkan perkakas, si pemilik bengkel mengatakan, tidak perlu melakukan tindakan serepot itu. Ia bisa mengambil kunci langsung tanpa harus membongkar motor. Betul saja, kurang dari satu menit kunci motor saya sudah dapat terambil dari bawah jok. Pemilik bengkel itu hanya mengambil begitu saja kunci tersebut. Jok motor hanya diangkat sedikit.
Saat saya menyelipkan uang sebagai ucapan terima kasih, pemilik bengkel tersebut menolak. Ia bilang, ia hanya berniat membantu. Tidak ada hal sulit yang ia lakukan sehingga harus dibayar.
Dari orang-orang baik itu saya belajar, berbagi kebaikan itu tak harus selalu berasosiasi dengan materi. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu orang lain tanpa "modal". Hanya perlu niat baik dan rasa peduli.
Memanfaatkan Momen Bulan Seribu Berkah
Berbuat baik seharusnya bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, tidak perlu menunggu momen Ramadan. Hanya saja, momen bulan seribu berkah dan ampunan ini memang memiliki "pesona" tersendiri. Setiap bulan spesial ini tiba, selalu ada harapan yang terpatri di dalam hati. Terbersit begitu saja. Seperti halnya kita menetapkan resolusi di kala tahun baru menjelang.
Terlebih ada "iming-iming" pahala yang lebih besar, berlipat-lipat dari bulan-bulan hijriah lain, apabila kita melakukan kebaikan di bulan Ramadan. Sehingga, hampir setiap umat muslim lebih bersemangat untuk lebih taat beribadah, lebih banyak melakukan kebaikan, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ah, semoga harapan baik ini dapat terwujud dengan baik. Tidak terlupakan begitu saja seperti halnya resolusi tahun baru. Tahu-tahu Ramadan berakhir, sementara daftar harapan masih belum terpenuhi sesuai harapan.
Nah, Kalau teman-teman Kompasianer, apa harapan di Ramadan 2020 ini?
Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H