Apesnya, waktu itu saya menggunakan sepeda motor. Kantung belanjaan saya kaitkan di cantolan bawah sepeda motor. Kurang beruntungnya lagi, saat itu saya sedang melintasi tanjakan sekaligus belokan. Tidak memungkinkan untuk berhenti dan memunguti belanjaan tersebut secara langsung.
Namun tiba-tiba, ada orang baik hati yang memunguti belanjaan-belanjaan tersebut. Memasukan kembali ke kantung plastik yang bagian bawahnya sudah ia betulkan --meski tidak sempurna.Â
Setelah barang belanjaan tersebut selesai ia punguti, langsung diberikan kepada saya yang masih mematung di atas motor. Jujur, saya langsung terharu. Apalagi saya tidak kenal dengan orang baik tersebut.
Pernah juga kunci motor saya tidak sengaja dimasukan ke dalam bawah jok saat saya sibuk memotret suasana sebuah jalan. Waktu itu saya sempat panik. Bagaimana saya melanjutkan perjalanan, mana jarak ke rumah lumayan jauh. Beruntung di sekitar situ ada bengkel motor. saya akhirnya meminta tolong petugas bengkel untuk membongkar bagian jok agar kunci motor dapat dikeluarkan.
Namun tiba-tiba, saat si petugas bengkel menyiapkan perkakas, si pemilik bengkel mengatakan, tidak perlu melakukan tindakan serepot itu. Ia bisa mengambil kunci langsung tanpa harus membongkar motor. Betul saja, kurang dari satu menit kunci motor saya sudah dapat terambil dari bawah jok. Pemilik bengkel itu hanya mengambil begitu saja kunci tersebut. Jok motor hanya diangkat sedikit.
Saat saya menyelipkan uang sebagai ucapan terima kasih, pemilik bengkel tersebut menolak. Ia bilang, ia hanya berniat membantu. Tidak ada hal sulit yang ia lakukan sehingga harus dibayar.
Dari orang-orang baik itu saya belajar, berbagi kebaikan itu tak harus selalu berasosiasi dengan materi. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu orang lain tanpa "modal". Hanya perlu niat baik dan rasa peduli.
Memanfaatkan Momen Bulan Seribu Berkah
Berbuat baik seharusnya bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, tidak perlu menunggu momen Ramadan. Hanya saja, momen bulan seribu berkah dan ampunan ini memang memiliki "pesona" tersendiri. Setiap bulan spesial ini tiba, selalu ada harapan yang terpatri di dalam hati. Terbersit begitu saja. Seperti halnya kita menetapkan resolusi di kala tahun baru menjelang.
Terlebih ada "iming-iming" pahala yang lebih besar, berlipat-lipat dari bulan-bulan hijriah lain, apabila kita melakukan kebaikan di bulan Ramadan. Sehingga, hampir setiap umat muslim lebih bersemangat untuk lebih taat beribadah, lebih banyak melakukan kebaikan, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ah, semoga harapan baik ini dapat terwujud dengan baik. Tidak terlupakan begitu saja seperti halnya resolusi tahun baru. Tahu-tahu Ramadan berakhir, sementara daftar harapan masih belum terpenuhi sesuai harapan.