Hobi membaca membuat saya lumayan "melek" kesehatan sejak kecil. Majalah anak-anak umumnya rajin mengulas hal-hal sederhana untuk menjaga kesehatan, mulai dari imbauan untuk mencuci tangan sehabis dari toilet, hingga anjuran untuk menggosok gigi sebelum tidur.
Menariknya, artikel-artikel di majalah itu tak hanya menyerukan hal-hal baik tersebut, tetapi  juga menyertakan alasan mengapa kita harus melakukan kebiasaan baik itu. Tentu, dengan kalimat yang cukup menarik.
 Alhasil, usai membaca artikel tersebut, saya jadi tertular untuk ikut membiasakan hal-hal baik itu untuk menjaga kesehatan.
Semakin besar, kesadaran untuk menjaga kesehatan semakin meningkat. Terlebih akses untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan juga semakin beragam. Tak melulu melalui majalah, tetapi juga terkadang mendapat informasi langsung dari para petugas kesehatan yang "berkampanye" sehat secara berkala.
Menjadi Ibu, Semakin Konsen Menjaga Kesehatan Keluarga
Sejak menjadi seorang ibu pada akhir 2011 lalu, saya semakin konsen terkait kesehatan. Saya selalu mengupayakan agar saya, suami, dan si kecil selalu dalam keadaan sehat. Bukan apa-apa, saat salah satu anggota keluarga sakit, semua menjadi repot. Jadwal kegiatan menjadi terganggu.
Apalagi bila yang sakit adalah si buah hati, masih balita pula. Semalaman bisa rewel. Alhasil kita sebagai orang tua menjadi kurang tidur. Bila hanya sakit sehari, atau dua hari, mungkin masih bisa menahan kantuk. Namun, bila sakit berhari-hari, lumayan juga membuat mata pedih dan kepala pening.
Bila si kecil sakit berkepanjangan, tak menutup kemungkinan membuat kita juga menjadi ikut sakit. Terlebih, saking konsennya merawat si kecil, memikirkan beragam cara agar si kecil lekas sembuh, Â kita juga abai dengan kesehatan sendiri. Apalagi bila si kecil terkena penyakit yang rentan menular, seperti batuk, pilek, atau campak. Tak menutup kemungkinan kita juga ikut tertular.
Itu makanya, saya selalu mengupayakan agar seluruh anggota keluarga selalu sehat. Salah satu cara yang paling mudah dilakukan oleh saya sebagai seorang ibu adalah dengan menjaga asupan makanan yang dikonsumsi. Sebisa mungkin, saya, suami dan anak-anak makan tepat waktu dengan menu sehat dan seimbang.
Makanan dipercaya sebagai garda utama untuk menjaga kesehatan. Bila asupan makanan baik, kesehatan juga akan baik. Sebaliknya, bila asupan makanan tidak dijaga, kesehatan juga akan sulit terjaga. Biasanya saya akan memasak dan menyiapkan sendiri makanan-makanan tersebut, setidaknya makanan utama. Namun bila tidak memungkinkan, biasanya saya membeli di penjual olahan makanan yang terpercaya, baik kebersihan maupun bahan-bahan yang digunakan.
Selain itu, saya, mengupayakan agar keluarga kecil saya rutin berolah raga. Hanya saja, bila memaksakan diri dengan olah raga murni seperti bermain tenis, jalan cepat, bermain bulu tangkis, agak sulit dilakukan. Maklum saya memiliki dua anak yang masih lumayan kecil. Anak pertama masih kelas dua SD, sementara anak kedua baru genap berusia 14 bulan.
Alhasil saya hanya mengupayakan agar anak-anak saya aktif bergerak. Biasanya setiap akhir pekan saya ajak mereka ke playground. Bermain perosotan, "panjat tebing", "flying fox", hingga bermain sepeda. Selain bisa mengolah tubuh, juga dapat sekalian belajar bersosialisasi dengan pengunjung lain.
Bila bosan berkunjung ke taman bermain, sesekali saya mengajak anak-anak berenang. Biasanya hanya bermain air sambil berkeliling kolam. Anak-anak umumnya senang bermain air. Terlebih bila di kolam renang tersebut disediakan beragam fasilitas bermain, seperti peosotan dan air mancur.
Namun, bila isi dompet sedang tidak bersahabat, saya biasanya mengajak anak-anak berkeliling komplek dengan menggunakan sepeda. Anak yang paling besar menggunakan sepeda roda empat, saya mendorong adiknya dengan menggunakan sepeda roda dua. Terkadang juga menggunakan kereta dorong.
Berjalan-jalan di sekitar rumah dengan anak-anak sangat menyenangkan. Kita dapat sekalian berinteraksi dengan tetangga. Selain itu juga jadi lebih mengenal lingkungan sekitar. Terlebih, tetangga dekat rumah lumayan banyak yang memelihara hewan, mulai dari kelinci hingga ayam kate. Hewan peliharaan tersebut biasanya diberi kandang di depan rumah dan dapat dilihat siapa saja yang melintas.
Saya biasanya mendampingi anak-anak berolahraga sambil bermain ini bersama suami. Namun, bila tidak memungkinkan biasanya kami lakukan secara bergantian. Keliling-keliling bersama anak-anak seperti itu, lumayan juga menguras energi. Membuat badan keringetan seperti layaknya habis berolah raga. Apalagi anak kedua saya masih semangat-semangatnya ditatih berjalan ke sana kemari.
Kesehatan Lebih Penting dari Apapun
Sejak kecil, orang tua saya selalu menekankan bahwa kesehatan itu lebih penting dari apapun. Ibu saya bilang, jangan pernah pelit untuk makan makanan bergizi. Lebih baik uang habis untuk makan enak yang bergizi, daripada habis untuk berobat karena kurang asupan makanan yang baik.
Ibu saya bilang, kesehatan merupakan kunci dari semua hal. Kita tidak akan optimal mencurahkan kasih sayang kepada keluarga, atau orang terkasih, bila tubuh kita sendiri didera sakit. Begitupula dengan beribadah. Penyakit tertentu, terkadang membuat kita tidak bisa maksimal menunaikan perintah sang khalik.
Terlebih sehat adalah anugerah dan harus diupayakan. Uang bahkan tidak dapat menggantikan kesehatan. Kita dapat membayar orang untuk menggantikan semua tugas kita --memasak, mencuci, menyetir, hingga hamil dan melahirkan anak. Namun, saat kita terbaring sakit tak berdaya, tak seorangpun yang dapat menggantikan kita.
Saat sehat, hidup terasa jauh lebih menyenangkan. Kita dapat melakukan apa saja., mulai dari menemani anak menari, hingga berkeliling negeri. Kita dapat menikmati hidup tanpa ganjalan apapun. Bahkan saat tidak memiliki apapun, kita dapat mengupayakan selama badan kita sehat dan bugar.
Sedia Payung Sebelum Hujan
Namun, walaupun telah mengupayakan agar badan selalu sehat dan fit, ada kalanya kita harus KO dengan penyakit. Entah itu karena tertular orang sekitar, terkena penyakit turunan, atau sialnya (baca: sudah takdir) kita terkena mutasi sel, sehingga mengalami penyakit degeneratif, seperti kanker dan sejenisnya.
Kita tidak pernah tahu kan jalan hidup yang sudah ditakdirkan Yang Maha Kuasa. Terkadang kita diberi "titipan" penyakit karena berbagai alasan. Oleh karena itu, memang harus sedia payung sebelum hujan. Menyiapkan proteksi untuk pengobatan sebelum didera sakit.
Terkadang saat ini kita merasa mampu, tetapi saat terkena suatu penyakit kita tiba-tiba masuk dalam kategori kurang mampu karena biaya pengobatan yang tidak sedikit. Terlebih bila pengobatan tidak bisa dilakukan di kota tempat kita tinggal. Harus ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Jangan sampai menggadaikan nyawa hanya karena tidak ada biaya, atau asuransi yang sudah kita miliki tidak menanggung biaya perawatan tersebut.
Beruntung searang ada Sun Medical Platinum, perlindungan kesehatan berstandar dunia. Saat kita dan keluarga sakit, asuransi tambahan ini dapat memberikan perawatan berkualitas agar kita dapat kembali fit menjalani keseharian.
Menariknya, asuransi ini memberikan perlindungan hingga usia 88 tahun. Selain itu, juga memberikan layanan perawatan lengkap di jaringan rumah sakit rekanan di seluruh dunia. Tak hanya terbatas di Indonesia. Menariknya, perawatan yang ditawarakan juga mencakup perawatan untuk efek samping kemoterapi dan terapi pendukung untuk pemulihan, seperti terapi wicara dan okupasi.
Hal yang paling menarik, batasan pemilik polis lumayan panjang, mulai dari usia 18 hingga 70 tahun. Jarang-jarang ada yang menawarkan untuk mengcover asuransi para usia lanjut. Biasanya dibatasi hingga usia setengah abad.
Penggantian biaya perawatan juga dibayarkan sesuai tagihan, bahkan biaya yang dicover bisa sampai Rp7,5 miliar. Menariknya lagi, dapat digunakan juga untuk keperluan operasi rekonstruksi akibat kecelakaan, maupun kanker.
Wah, asuransi yang menarik. Terlebih buat kami yang tinggal di daerah perbatasan. Lebih dekat ke Singapura dan Malaysia dibanding ke ibukota negara, Jakarta. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H