Tak hanya orang dewasa yang terlibat pada pawai tersebut. Anak-anak juga ikut memeriahkan. Uniknya, karena Belakangpadang merupakan pulau kecil yang jalan utamanya hanya dilintasi sepeda motor dan becak, pawai tersebut juga hanya mengandalkan becak dan sepeda motor. Beberapa malah ada yang ditenteng begitu saja.
Namun justru karena pawai berlangsung secara perlahan, membuat suasana lebih meriah. Pengunjung dan masyarakat Belakangpadang yang sedang asyik ngopi atau berwisata kuliner di sepanjang pelabuhan, langsung brkerumum melihat para peserta pawai yang tampil dengan maksimal.
Semarak dengan Lomba Takbir Pentas
Selain pawai astaka, pengunjung dan masyarakat Belakangpadang umumnya langsung melanjutkan kemeriahan malam takbiran dengan menonton lomba takbir pentas yang start dan finish di lapangan yang sama dengan pawai astaka. Usai peserta berkeliling, pengunjung juga ikut peserta menuju Lapangan Indera Sakti. Biasanya mereka duduk di tribun yang ada disekitar lapangan. Tribun mini yang dibuat dari bahan semen.
Beberapa ada yang memilih duduk langsung di atas sepeda motor yang mereka bawa. Biasanya yang duduk di atas sepeda motor adalah pengunjung yang tidak menonton hingga akhir. Jadi agar praktis, dan kapan saja bisa pulang, memilih menonton sambil duduk diatas sepeda motor.
Peserta yang lumayan banyak, mengharuskan lomba berakhir hingga tengah malam. Bagi saya yang memiliki anak kecil, biasanya hanya menonton tidak lebih dari pukul 22.00 WIB. Kasihan si kecil yang harus menahan kantuk, terlebih esok harinya harus menjalankan shalat Idulfitri di lapangan yang sama.