Oleh karena itu, bila memiliki rezeki berlebih lebih baik kita sedekahkan secara langsung pada orang yang membutuhkan yang kita kenal dengan baik. Bila tidak memungkinkan, bisa disalurkan melalui panti asuhan, Â rumah singgah, rumah zakat, atau instansi/yayasan kredibel yang bergerak dibidang tersebut.
Hindari memberi sedekah pada pengemis yang meminta-minta di jalan. Selain dilarang pemerintah melalui Perda --peraturan daerah, khawatir sedekah yang kita beri juga tidak tepat sasaran. Tidak mau kan, uang yang kita berikan dengan niat baik, digunakan untuk tujuan yang tidak baik.
![Salah satu billboard imbauan yang dipasang Pemerintah Kota Batam beberapa waktu lalu di jalan utama Kota Batam, Kepulauan Riau. | Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/05/14/14114644612127322584-5cdae5b095760e0947575a53.jpg?t=o&v=555)
Tak sedikit pengemis yang meminta belas kasihan orang untuk menumpuk kekayaan. Maret 2019 lalu, kita sempat terhenyak dengan berita yang mengisahkan ada pengemis di Kota Bogor, Jawa Barat, yang pergi pulang mengemis menggunakan mobil pribadi. Bukan mobil kaleng-kaleng yang sudah butut, tetapi mobil baru, yang mungkin orang yang memberi sedekah ke pengemis itu juga belum tentu punya kendaraan seperti itu.
Awal 2016 lalu, Batam juga sempat dihebohkan dengan berita seorang pengemis bapak-bapak yang katanya sehari bisa menghasilkan uang Rp1 juta. Berkat mengemis, Â pengemis yang biasa beroperasi di sekitar Nagoya-Jodoh itu, Â memiliki banyak kost-kostan, tinggal di rumah mewah, memiliki istri lebih dari satu, dan punya anak seorang dokter.
Ada orang yang tiba-tiba kaya karena mengemis bukan hal baru. Dulu saat saya kecil dan tinggal di sebuah desa sudah muncul fenomena seperti itu. Saya sempat bertetangga dengan orang yang tuna netra. Orang tersebut sudah berkeluarga dengan satu istri dan dua orang anak. Waktu itu mereka hidup sangat sederhana. Rumah mereka pun hanya terbuat dari anyaman bambu. Maklum, waktu itu lebih sering si istri yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Entah bagaimana awalnya, setelah anak-anaknya mulai besar dan bersekolah, ia mulai mengemis di kota. Awalnya ia mengemis dengan dibantu sang istri. Lama-lama setelah pendapatan mengemis terus bertambah, ia menyewa orang untuk menemani ia mengemis berkeliling dari satu jalan ke jalan lain.
Setelah mengemis dengan cara yang lebih "profesional" keadaan ekonomi orang tersebut terus meningkat. Ia bisa merenovasi rumah. Tempat tinggal yang tadinya gubuk, jadi rumah besar yang cukup megah. Tak hanya itu, berkat mengemis ia juga menambah istri, menikah lagi. Hadeeh!
Hindari Memberi Uang Pada Pengemis Anak
Profesi pengemis tak hanya didominasi orang yang sudah paruh baya, tidak sedikit pengemis yang masih berusia anak-anak. Kalau di Batam, Kepulauan Riau, saya sering bertemu pengemis anak-anak di sekitar Jodoh-Nagoya, tepatnya di lampu merah sekitar Hotel Nagoya Plaza.
Mereka biasanya bergerombol beberapa orang. Saat lampu merah menyala, mereka menyebar meminta sedekah pada para pengendara. Meski tidak memaksa, tetapi cukup membuat kita jengah. Mereka berulang-ulang meminta uang, "Om/Te, minta uangnya, Om/Te." Terus saja sampai akhirnya diberi atau lampu berubah warna menjadi hijau dan si pengendara melajukan kendaraan.