Waktu memasak yang terbatas di kala sahur, membuat kita harus pintar-pintar memilih menu. Tak hanya yang simpel dan mudah diolah, tetapi juga yang kira-kira disukai oleh seluruh anggota keluarga. Jangan sampai anak-anak suka, tetapi suami tidak suka masakan tersebut, atau sebaliknya.
Selain itu, menu sahur juga diusahkan harus lezat. Bila rasanya tidak begitu enak, butuh perjuangan agar makanan tersebut habis tertelan. Rasa ngantuk biasanya membuat selera makan sedikit berkurang. Alhasil, perlu "dopping" rasa gurih agar kita semangat menghabiskan makanan di kala sahur.
Tidak hanya itu, rentang waktu yang cukup lama untuk kembali mengisi perut, juga harus dipertimbangkan agar kita memilih makanan yang membuat kenyang lebih lama. Jangan sampai baru setengah hari perut sudah keroncongan, badan lemas, dan tidak kuat beraktivitas seperti biasa.
Sup Ayam Jadi Andalan
Saat sahur saya lebih suka memasak makanan yang berkuah. Alasannya masakan berkuah bisa membuat mata lebih "melek", apalagi bila disantap hangat-hangat. Selain itu, masakan berkuah lebih mudah dikunyah dan ditelan. Tidak terasa seret saat makanan tersebut sampai ditenggorokan.
Apalagi saya juga memiliki buah hati yang masih belajar berpuasa. Memastikan anak menyantap makanan yang cukup di kala sahur, lebih sulit dibanding "memaksa" anak berpuasa dari imsyak hingga adzan magrib berkumandang. Nah, biasanya makanan berkuah cukup membantu anak saya bersemangat menghabiskan makanan di waktu sahur.
Salah satu masakan andalan saya di kala sahur adalah sup ayam bening. Masakan ini relatif mudah dibuat. Tidak memerlukan bumbu yang aneh-aneh dan membuat "sakit kepala", terutama bagi saya yang tidak jago memasak. Hal yang paling penting, tidak membutuhkan waktu lama untuk memasak.
Tidak sampai 30 menit, masakan sudah siap disantap. Pada malam hari saya biasanya memang menyiapkan dulu bumbu, ayam dan sayuran untuk memasak sup tersebut. Ayam biasanya sudah saya ungkeb dulu sekitar lima menit untuk membuang darah kotor, setelah itu dicuci ulang dengan air yang mengalir, kemudian saya masukan ke wadah kedap udara dan disimpan di kulkas.
Begitupula dengan sayuran untuk tambahan sup, seperti buncis, wortel, dan kentang, sudah saya cuci dan potong-potong terlebih dahulu. Setelah itu, dimasukan ke dalam kulkas. Bila sedang rajin, bumbu halus dan bumbu bumbu aromatik yang akan dipotong-potong juga sudah saya siapkan dari malam sebelumnya dan disimpan di dalam kulkas. Sehingga, saat sahur tinggal cemplang-cemplung.
Kebetulan juga baru dapat tips menggodok daging ayam, maupun daging sapi, agar cepat empuk. Ternyata tinggal memasukan sendok stainless steel ke dalam sup yang sedang dimasak. Sendok yang menghantarkan panas tersebut membuat daging lebih cepat empuk. Lumayan lho, dengan api sedang, sup ayam yang saya buat sudah siap saji dalam waktu 15-20 menit. Sahur tadi saya sudah coba.
Kalau untuk sup daging sapi, kata teman saya yang memberikan tips, butuh waktu sekitar 60 hingga 90 menit. Saya belum pernah coba. Mungkin lain waktu. Kebetulan sup daging sapi juga menjadi salah satu menu favorit kami di waktu sahur. Namun bila sup ayam dibuat dadakan saat sahur, sup daging sapi biasanya saya buat menjelang berbuka puasa karena membutuhkan waktu yang lebih lama.