Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lakukan Tiga Hal Ini agar Pertanian Indonesia Maju

2 Mei 2019   14:44 Diperbarui: 2 Mei 2019   15:21 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lindungi lahan pertanian. | Dokumentasi Pribadi


Proses nandur misalkan, bisa menggunakan alat seperti traktor/mobil kecil yang memungkinkan bibit padi ditanam tanpa si petani harus bersentuhan dengan lumpur. Bibit padi disimpan dibagian belakang, kemudian mesin dijalankan oleh manusia, agar si bibit dapat ditanam satu persatu.


Begitu pula saat memanen, bisa menggunakan mesin otomatis yang memungkinkan proses panen lebih cepat dan efisien. Tidak ada lagi petani yang mengeluh sakit pinggang karena kebanyakan membungkuk memotong padi dengan ani-ani, atau sakit kedua lengan karena kebanyakan menghempas-hempaskan padi ke gerejag/gebotan.


Saat sudah menjadi gabah, petani tinggal memasukan gabah tersebut ke mesin pengering. Sehingga, tak perlu repot membolak-balik gabah yang masih basah dihalaman rumah. Gabah tinggal simpan di mesin pengering dan otomatis padi yang masih basah tersebut akan kering sendiri. Bahkan untuk beberapa mesin ada yang sudah otomatis langsung dimasukan ke dalam karung.

Namun sayangnya, teknologi pertanian tersebut seperti di awang-awang. Belum banyak petani yang memanfaatkan teknologi tersebut. Alasannya mungkin karena belum tahu, kalaupun sudah tahu mungkin jadi mundur teratur karena melihat harga yang harus dibayarkan juga tidak murah.

Pemerintah mungkin bisa memfasilitasi agar teknologi-teknologi tersebut dapat tejangkau oleh petani. Entah memberikan pinjaman lunak, memberikan bantuan satu desa --yang potensial untuk pertanian-- satu alat, atau memberdayakan insinyur dalam negeri untuk membuat alat tersebut yang harganya terjangkau oleh petani. Atau bila memungkinkan memanfaatkan dana desa yang digelontorkan pemerintah untuk membeli alat-alat tersebut.

Bila proses pertanian sudah canggih dan tidak lagi tradisional seperti saat ini, yakin deh akan banyak generasi muda yang tertarik berkarir di bidang pertanian. Apalagi dengan alat-alat tersebut juga proses pertanian menjadi lebih efisien dan efektif. Sehingga diharapkan, produksi pertanian menjadi lebih meningkat, kesejahteraan petani semakin baik.

Lulusan Pertanian Wajib Berkarir Sesuai Bidang

Coba perhatikan, hampir tidak ada lulusan kedokteran yang tidak menjadi dokter. Namun coba lihat, ada begitu banyak sarjana lulusan pertanian yang berkarir di bidang lain. Ada yang menjadi guru, jurnalis, humas, bankir, bahkan ada yang menjadi kepala cabang sebuah showroom.

Dokumentasi kompas.com
Dokumentasi kompas.com
Seharusnya, agar pertanian Indonesia maju, khusus untuk lulusan di bidang pertanian diperketat. Setelah lulus harus mengabdikan diri di bidang pertanian. Bila tidak mau, jangan mengambil jurusan di bidang pertanian. Kalaupun tidak memungkinkan seumur hidup mengabdi di bidang pertanian, setidaknya ada masa bakti beberapa tahun yang harus dipenuhi.

Aturan ini mungkin untuk tahap awal bisa diterapkan di perguruan tinggi negeri. Jangan menerima mahasiswa yang mendaftar di jurusan pertanian hanya karena asal masuk perguruan tinggi negeri. Setelah program ini berhasil di negeri, baru diterapkan di swasta. Nah, agar programnya terlihat menarik, beri beasiswa yang lebih banyak dibanding jurusan lain. Atau hal lain yang menjadi nilai tambah.

Bila "petani" yang berilmu mengabdikan diri, seharusnya pertanian di Indonesia menjadi lebih baik. Tidak ada lagi masa tanam dikira-kira. Semua proses pertanian dilakukan sesuai ilmu. Namun agar ilmu yang diterapkan selalu up to date, harus terus dilakukan pelatihan secara berkala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun